Kapal tempur Jepang Nagato

Nagato pada tahun 1944
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Nagato
Asal nama Provinsi Nagato
Pembangun Kure Naval Arsenal
Pasang lunas 28 Agustus 1917
Diluncurkan 9 November 1919
Sponsor Admiral Katō Tomosaburō
Selesai 15 November 1920
Mulai berlayar 25 November 1920
Dicoret 15 September 1945
Nasib Tenggelam sebagai target di Operasi Crossroads, 29/30 Juli 1946[1]
Status Situs penyelaman kapal karam[2][3]
Ciri-ciri umum (saat dibangun)
Kelas dan jenis Kapal tempur kelas-Nagato
Berat benaman 32.720 ton metrik (32.200 ton panjang) (standar)
Panjang 215,8 m (708 ft 0 in)
Lebar 29,02 m (95 ft 3 in)
Sarat air 9,08 m (29 ft 9 in)
Tenaga 80.000 shp (60.000 kW)
Pendorong
Kecepatan 26,5 knot (49,1 km/h; 30,5 mph)
Jangkauan 5.500 nmi (10.200 km; 6.300 mi) pada 16 knot (30 km/h; 18 mph)
Awak kapal 1333 orang
Senjata
Pelindung
  • Sabuk: 305–100 mm (12,0–3,9 in)
  • Geladak: 69 mm (2,7 in) + 75 mm (3,0 in)
  • Turet senjata: 356–190 mm (14,0–7,5 in)
  • Barbet: 305 mm (12,0 in)
  • Menara pengawas: 369 mm (14,5 in)
  • Nagato (長門) adalah kapal tempur super-dreadnought yang dibuat oleh Jepang pada tahun 1910-an. Kapal ini merupakan kapal pemimpin dari kelasnya sendiri, serta menjadi kapal tempur pertama di dunia yang memiliki meriam 410 mm. Kapal tempur ini sangat dibangga-banggakan oleh Isoroku Yamamoto pada saat penyerbuan Jepang ke Pearl Harbor dan kapal tempur ini juga pernah terlibat pada Pertempuran Teluk Leyte.

    Konstruksi

    Selesai dibangun pada tahun 1920, ia mempunyai bobot 42.850 ton, dengan kecepatan 27 knot, diisi oleh 1.368 awak kapal; yang dibangun dari tahun 1910-an dan merupakan kapal pemimpin kelasnya. Kapal itu dimodernisasi pada 1934-1936 dengan perbaikan pelindung dan mesin dan superstruktur dibangun kembali dalam gaya tiang pagoda.

    Masa dinas

    Pengeboman Pearl Harbor

    Nagato sekilas pernah ikut bertempur dalam Pertempuran Sino-Jepang pada 1937 dan sempat menjadi kapal benderanya Laksamana Isoroku Yamamoto kala penyerangan terhadap Pearl Harbor. Ia mengawal kapal induk yang selesai menyerang dan tak sempat ikut bertempur.

    Pertempuran Midway

    Selain berpartisipasi dalam Pertempuran Midway pada bulan Juni tahun 1942. Yamamoto pun memindahkan gelar kapal bendera ke kapal tempur Yamato. Nagato ikut kesana bersama kapal-kapal Kido Butai, tapi tidak ikut dalam pertempuran dan kembali ke Jepang membawa awak-awak kapal induk Kaga yang selamat.

    Ia menghabiskan 2 tahun pertama Perang Pasifik berlatih di perairan Jepang. Dia kemudian dipindahkan ke Truk pada pertengahan tahun 1943, namun sekali lagi tidak melihat pertempuran sampai baru pada bulan Juni 1944, Nagato mendapat kesempatan untuk bertempur dengan berpartisipasi dalam Operasi A-Go.

    Pertempuran Laut Filipina

    Dalam Pertempuran Laut Filipina, ia bertuags untuk menghadang pendaratan Sekutu di Mariana. Dalam Pertempuran Laut Filipina, Nagato mendapat serangan dari pesawat-pesawat Amerika Serikat, tetapi untung ia tidak mengalami kerusakan.

    Pertempuran Teluk Leyte

    Nagato juga tidak menembak persenjataan utama melawan kapal musuh sampai Pertempuran Teluk Leyte di 24 Oktober 1944 dalam Pertempuran Laut Sibuyan. Dalam pertempuran ini Nagato terkena dua bom dalam sebuah serangan pesawat pengebom tukik Amerika Serikat. Bom pertama merusak pipa masuk udara di ruang ketel no.1 dan membungkam meriam-meriam Nagato. Sementara itu, bom kedua berhasil mengenai kantin dan ruang radio depan kapal. Tercatat dua bom tersebut membunuh 52 awak dan melukai 106 lainnya.

    Pertempuran Samar

    Hari berikutnya, Nagato diberikan kesempatan ikut dalam membalaskan dendam Jepang kepada angkatan laut Sekutu dalam Pertempuran Samar. Dalam pertempuran ini, Nagato melawan kapal-kapal induk pengawal dan perusak dari sebuah Gugus Tugas Amerika Serikat. Setelah kekalahan Jepang dalam Pertempuran Teluk Leyte, Nagato mulai bergerak mundur. Dalam gerak mundurnya ini, Nagato sempat mendapat serangan udara dari pesawat-pesawat pengebom tukik AS. Kerusakannya memang tidak seberapa, tapi kehilangan 38 awak kapal. Yang menarik dalam Pertempuran Teluk Leyte, di sini Nagato untuk pertama kalinya menembakkan armamen utamanya ke musuh dan benar-benar bertempur karena strategi IJN yang hanya memakai unit-unit vital dalam pertempuran yang menentukan saja Ia hanya mengalami kerusakan ringan dan kembali ke Jepang sebulan berselang.

    Nagato meninggalkan Brunei Darussalam di ikuti Yamato,Musashi,dan 6 kapal penjelajah.

    Nasib

    Ia rusak ringan selama Pertempuran Samar dan kembali ke Jepang pada bulan berikutnya. Nagato berada di Yokosuka pada tanggal 25 November 1944 untuk diperbaiki, beristirahat di tanah air. Jepang sudah benar-benar kehabisan persediaaan minyak dan bahan baku pada saat itu dan memutuskan untuk tidak sepenuhnya memperbaiki Nagato. Nagato diubah menjadi sebuah platform anti-pesawat mengambang dan ditugaskan untuk tugas pertahanan pesisir pada Februari 1945. Pada bulan Juni 1945, senjata-senjata anti-pesawat Nagato dibongkar/dilucuti untuk digunakan di darat.

    Ia diserang pada Juli 1945 kala Amerika berusaha membantai habis kapal-kapal Jepang yang tersisa, tapi ia hanya mengalami kerusakan ringan. Dalam serangan tersebut, Nagato menerima tiga bom yang juga membunuh Laksamana Muda Otsuka Miki. Serangan udara tersebut merupakan terakhir kalinya Nagato terlihat bertempur. Pada tanggal 30 Agustus 1945, Nagato diambil alih oleh Amerika Serikat mengingat Jepang telah menyerah secara informal. 13 hari setelah Perang Dunia II berakhir, Nagato dihapus dari daftar angkatan laut pada 15 September 1945.

    Pada pertengahan 1946, Nagato dilibatkan dalam Operasi Crossroads sebagai kapal percobaan terhadap serangan nuklir ke kapal. Nagato hanya mengalami kerusakan ringan pada test Able. Kapal ini tenggelam pada tahun 1946 karena dibuat sebagai target untuk tes nuklir bawah laut BAKER di Bikini Atoll dengan kerusakan yang jauh lebih hebat.[1]

    Lokasi karamnya pun menjadi tempat menyelam terpopuler top 10 berdasarkan majalah The Times tahun 2007[2][3]

    Catatan kaki

    1. ^ a b Tully
    2. ^ a b "Bikini Atoll Dive Tourism Information". Bikini Atoll Divers. Diakses tanggal 8 January 2014. 
    3. ^ a b Ecott, Tim (3 March 2007). "World's best wreck diving". The Times. London. Diakses tanggal 11 September 2009. (perlu berlangganan)

    Referensi

    • Campbell, John (1985). Naval Weapons of World War II. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-459-4.
    • Chesneau, Roger, ed. (1980). Conway's All the World's Fighting Ships 1922–1946. Greenwich, UK: Conway Maritime Press. ISBN 0-85177-146-7
    • Friedman, Norman (2011). Naval Weapons of World War One. Barnsley, South Yorkshire, UK: Seaforth. ISBN 978-1-84832-100-7.
    Kembali kehalaman sebelumnya