Kapal perusak Jepang Shinonome (1927)
Shinonome (東雲 , "Awan timur" atau "Fajar")[1] adalah kapal perusak kelas Fubuki keenam yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang setelah Perang Dunia I.Ketika ia mulai bertugas di medan perang, kapal ini merupakan yang salah satu kapal perusak terkuat di dunia.[2] Keunggulannya tetap tak tertandingi sepanjang tahun 1930-an, dan sistem senjatanya terbukti tetap tangguh selama Perang Dunia II. KonstruksiKonstruksi kapal perusak kelas Fubuki disahkan sebagai bagian dari program perluasan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada tahun fiskal 1923. Kapal dalam kelas ini dimaksudkan untuk memberi Jepang keunggulan kualitatif terhadap kapal paling modern di negara lainnya.[3] Kelas Fubuki merupakan loncatan jauh atas desain perusak sebelumnya, begitu banyak sehingga mereka disebut sebagai tipe khusus (特型 Tokugata). Ukuran besar, mesin yang kuat, kecepatan tinggi, radius aksi yang besar, dan persenjataan yang belum pernah terbayang sebelumnya memberikan kapal perusak dalam kelas ini kemampuan yang setara dengan sebuah kapal penjelajah ringan di angkatan laut lainnya.[4] Kelas kapal Fubuki merupakan yang terbaik sepanjang tahun 1930-an, dan tetap tangguh sampai akhir Perang Pasifik. Shinonome dibangun di Arsenal Angkatan Laut Sasebo sebagai "Perusak No. 40". Ia mulai dibangun tanggal 12 Agustus 1926, diluncurkan pada 26 November 1927, dan mulai ditugaskan pada 25 Juli 1928 serta dinamai Shinonome.[5] Masa dinasPra Perang Dunia IIShinonome dimasukkan ke Divisi Perusak ke-12 di bawah Armada Kedua. Selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Shinonome ditugaskan untuk patroli di pesisir selatan Tiongkok, dan berpartisipasi dalam Invasi Indochina Prancis pada tahun 1940. Perang dunia IIPada saat serangan di Pearl Harbor, Shinonome dimasukkan ke Divisi Perusak ke-12, Skuadron Perusak ke-3, Armada Pertama. Ia dikerahkan dari Distrik Angkatan Laut Kure ke pelabuhan Samah di Pulau Hainan. Dari tanggal 4 Desember hingga 12 Desember, ia mendukung pendaratan tentara Jepang di Kota Bharu, Malaya.[6] Pada 16 Desember 1941, Shinonome ditugaskan untuk mendukung pendaratan Jepang selama "Operasi B", yakni invasi Inggris di Kalimantan. Shinonome tenggelam pada 17 Desember, setelah dihantam dua bom dari sebuah perahu terbang Dornier Do 24 X-32 dari Pasukan Udara Angkatan Laut Kerajaan Belanda GVT-7, yang meledakkan magazen di belakang kapal itu.[7] Shinonome meledak dan tenggelam dengan semua krunya di sekitar Miri, Sarawak (04°24′N 114°0′E / 4.400°N 114.000°E) [8] Pada tanggal 15 Januari 1942, Shinonome dicoret dari daftar angkatan laut.[9] Bangkai kapalPosisi tepat dari bangkai Shinonome belum diketahui, tetapi mungkin terletak di suatu tempat antara Seria, Brunei sampai ke daerah utara, dan kota Miri sendiri. Tim peneliti bangkai kapal yang berbasis di Miri bersama dan dengan bantuan dari Belanda, telah mencari kapal itu sejak tahun 2004. Tim ini telah mengidentifikasi beberapa calon lokasi, dan sedang dalam proses konfirmasi. Posisi, orientasi dan kondisi bangkai kapal akan membantu memecahkan ketidakpastian mengenai keadaan sekitar bangkai Shinonome. Kutipan
Referensi
Pranala luar
|