Kapal perusak Jepang Arashio
Arashio (荒潮 , Stormy Tide)[1] adalah kapal kedua dari kelas Asashio yang dibangun untuk Angkatan Laut Kekaisaran Jepang pada pertengahan tahun 1930-an dibawah Program Lingkaran Dua (Maru Ni Keikaku). PembangunanKapal perusak kelas Asashio merupakan penerus dari kelas Shiratsuyu. Kapal dalam kelas Asashio berukuran lebih besar dan tentunya lebih kuat dibanding kelas Shiratsuyu. Itu karena para insinyur perkapalan Jepang sudah tidak terikat lagi dengan Traktat Angkatan Laut London. Kapal dalam kelas ini dirancang untuk memanfaatkan keunggulan Jepang dalam teknologi torpedo, dan untuk mendampingi pasukan utama Jepang dan dalam pertempuran siang dan malam melawan Angkatan Laut Amerika Serikat di Samudra Pasifik.[2] Meski menjadi salah satu kelas perusak terkuat di dunia pada saat selesai dibangun, tidak ada satupun dari mereka yang sintas dari Perang Pasifik.[3] Karier dan nasibPada saat penyerangan di Pearl Harbor, Arashio dimasukkan ke Divisi Perusak ke-8, dan menjadi anggota Skuadron Perusak ke-2, bagian dari Armada Kedua. Ia mengawal Armada Selatan yang dipimpin oleh Laksamana Nobutake Kondō yang berangkat dari Distrik Jaga Mako untuk melindungi pasukan invasi Malaya dan Filipina pada bulan Desember 1941.[4] Arashio mengawal seorang konvoi pasukan Malaya dari Mako menuju Singora, dan kemudian ke Hong Kong pada tanggal 5 Januari 1942. Dia mengawal konvoi pasukan lainnya yang dari Davao yang kemudian membantu pasukan invasi Ambon (31 Januari), pasukan invasi Makassar kekuatan invasi (8 Februari) dan pasukan invasi Bali/Lombok (18 Februari). Pada malam tanggal 19 Februari 1942, Arashio berpartisipasi dalam Pertempuran Selat Badoeng. Ia terlambat memasuki pertempuran karena dia ditugaskan untuk menjaga kapal transportasi Sagami Maru, sehingga ia tidak terlibat sama sekali dalam pertempuran. Arashio kembali ke Arsenal Angkatan Laut Yokosuka pada bulan Maret. Dia membantu dalam pengepungan Corregidor di Filipina dari tanggal 24 April sampai 18 Mei, dan kemudian kembali ke Kure. Setelah mengawal konvoi ke Guam pada akhir Mei, Arashio menjadi pengawal untuk Kekuatan Invasi Midway dibawah perintah dari Laksamana Takeo Kurita selama Pertempuran Midway. Dia membantu penghancur Asashio dalam menyelamatkan korban yang selamat dari kapal penjelajah Mikuma, dan selama penyelamatan kru kapal penjelajah tersebut, Arashio mengalami kerusakan parah akibat serangan pesawat Angkatan Laut Amerika Serikat pada tanggal 6 Juni, dengan salah satu serangan bom telak menewaskan 37 awak kapal, termasuk beberapa korban yang selamat dari Mikuma, dan melukai banyak orang, termasuk komandan Divisi Perusak ke-8 Nobuki Ogawa. Walaupun mengalami kerusakan parah, Arashio tetap mengawal Mogami menuju Truk. Di Truk, ia menjalani perbaikan darurat yang dilakukan oleh Akashi, sehingga memungkinkan dia untuk kembali ke Arsenal Angkatan Laut Sasebo pada 23 Juli. Setelah selesai diperbaiki pada 20 Oktober, Arashio ditugaskan ke Rabaul. Ia menjalankan tiga belas kali "Tokyo Ekspres". Rute Tokyo Ekspres-nya meliputi Buna, Pulau Shortland, Kolombangara, Guadalkanal serta Wewak sampai pertengahan Februari 1943. Pada 20 Februari, menyelamatkan para korban selamat dari kapal saudarinya, Ōshio yang ditorpedo di lepas pantai Wewak. Arashio telah dipindahkan ke Armada Kedelapan pada 25 Februari 1943. Selama Pertempuran Laut Bismarck, kemudi belok Arashio rusak akibat terkena tiga bom dari pesawat pembom B-25 Mitchell milik USAAF bernama "Chatter Box" pada tanggal 3 Maret. Kejadian itu menyebabkan tabrakan Arashio dengan kapal pengangkut tentara Nojima Maru. Kapal perusak Yukikaze mengangkut 176 korban selamat dari kapal Arashio, tetapi tidak termasuk kaptennya (Hideo Kuboki). Badan kapal Arashio ditenggelamkan oleh pesawat terbang Angkatan Laut Amerika Serikat pada posisi 07°15′S 148°30′E / 7.250°S 148.500°E sekitar 55 mil laut (102 km; 63 mi) tenggara dari Finschhafen, Papua Nugini.[5] Dia dicoret dari daftar angkatan laut pada tanggal 1 April 1943. Kutipan
Referensi
Pranala luar |