Kali Bekasi

Kali Bekasi
Kelokan Kali Bekasi yang melintasi daerah Pekayon
Kelokan Kali Bekasi yang melintasi daerah Pekayon
Panorama sore Kali Bekasi di sekitar Rawalumbu
Panorama sore Kali Bekasi di sekitar Rawalumbu
Peta
Kali Bekasi yang dilintasi jalur kereta api di pusat kota Bekasi
Peta
Peta
Peta
Koordinat:
Lokasi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Kota/KabupatenKota Bekasi, Kabupaten Bekasi
Ciri-ciri fisik
Hulu sungai 
 - lokasiSukaraja, Bogor
 - elevasi700 meter
Hulu ke-2 
 - lokasiBabakan Madang, Bogor
 - elevasi900 meter
Hulu ke-3 
 - lokasiCibadak, Sukamakmur, Bogor
 - elevasi1200 meter
Hulu ke-4 
 - lokasiSirnajaya, Jonggol, Bogor
 - elevasi1400 meter
Gabungan huluTempuran sungai Cikeas-Cileungsi
Muara sungaiTeluk Jakarta (Laut Jawa)
 - lokasiHurip Jaya, Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Bekasi[1]
Kode DASDAS220046[1]
Luas DAS1.410 km2 (540 sq mi)[1]
Pengelola DASBPDAS Citarum-Ciliwung[1]
Wilayah sungaiWS Ciliwung-Cisadane[2]
Kode wilayah sungai02.05.A2[2]
Otoritas wilayah sungaiBBWS Ciliwung-Cisadane[2]
Anak sungai 
 - kiriSungai Cikeas
 - kananSungai Cileungsi
Berkas KMLDAS Bekasi


Kali Bekasi adalah salah satu sungai besar yang melintasi Kota Bekasi, provinsi Jawa Barat yang mengalir dari arah selatan menuju utara wilayah kabupaten Bekasi. Bersumber pada tempuran dua sungai di bagian selatan kota Bekasi, yaitu sungai Cikeas dan sungai Cileungsi yang keduanya berhulu di wilayah Sukaraja, Babakan Madang dan Sukamakmur kabupaten Bogor dan mengakhiri perjalanannya di bagian timur teluk Jakarta (laut Jawa), wilayah kabupaten Bekasi, melalui saluran inspeksi Cikarang - Bekasi Laut (dikenal dengan singkatan CBL) yang dibangun pada tahun 1977 hingga selesai tahun 1980 dan dijuluki sebagai saluran terbesar dan termodern di Indonesia pada era 1980-an.[3]

Pertemuan sungai Cikeas dan sungai Cileungsi di hulu Kali Bekasi dalam peta tahun 1901
Pertemuan sungai Cikeas dan sungai Cileungsi di hulu Kali Bekasi dalam peta tahun 1901

Di bagian tengah Kali Bekasi terdapat Bendung Bekasi yang bersilangan dengan Saluran Induk Tarum Barat atau dikenal sebagai Kali Malang yang berfungsi untuk menjaga elevasi muka air Kali Bekasi agar dapat mengalirkan air baku ke Jakarta dan irigasi di hilir bendung. Sejalan dengan perkembangan pemukiman di wilayah Jabodetabek, terjadi perubahan penggunaan lahan pada DAS Bekasi yang semula dapat menyerap air hujan, berubah menjadi aliran permukaan. Kondisi ini diperberat dengan menurunnya kapasitas alir dan tampung Kali Bekasi sebagai akibat terjadinya sedimentasi akibat erosi pada DAS bagian hulu [4]

Hidrologi DAS

Kali Bekasi merupakan aliran utama dalam sistem daerah aliran sungai (DAS) Bekasi yang memiliki luas 1.410 km2 (540 sq mi)[1] yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bogor pada bagian hulu hingga tengah DAS, sebagian Kota Bekasi pada bagian tengah DAS, dan sebagian besar Kabupaten Bekasi mulai dari bagian tengah hingga ke hilir DAS.[5]

Manajemen Sumber Daya Air (SDA)

Peta wilayah sungai (WS) Ciliwung-Cisadane dimana Kali Bekasi termasuk didalamnya bersama 14 DAS lainnya.
Peta wilayah sungai (WS) Ciliwung-Cisadane dimana Kali Bekasi termasuk didalamnya bersama 14 DAS lainnya.[2]
Foto kali Bekasi yang pernah dipublikasikan sebelum tahun 1880
Foto kali Bekasi yang pernah dipublikasikan sebelum tahun 1880

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tentang Sungai, pengelolaan DAS Bekasi berada dalam kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) yang berada di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan juga Perusahaan Jasa Tirta (PJT) dimana air dari Kali Bekasi tersebut digunakan pula sebagai sumber air baku oleh PT. PAM Jaya Jakarta dan PT. Tirta Baghasasi untuk pengelolaan air bersih. Pengelolaan DAS yang buruk dapat menyebabkan banjir besar di wilayah hilir. Salah satunya, sistem pengendalian air di daerah aliran sungai Bekasi yaitu bendung Prisdo (bendung Bekasi) yang berlokasi di Jalan Mayor Madmuin Hasibuan Kota Bekasi.[6]

Secara struktural pengendalian Bendung Prisdo berada dalam kewenangan BBWSCC. Pada saat limpasan di bendungan telah mencapai titik yang ditentukan maka petugas operator akan melakukan pengaturan laju aliran air dengan membuka/menutup pintu bendung. Pengaturan operasional buka tutup pintu ini memerlukan standar/petunjuk teknis tertentu sehingga saat buka/tutup pintu bendung akan memberikan dampak yang positif. Ketika pintu bendung dibuka tertalu dini, akan berdampak antara lain:[6]

  • Dapat terjadi abrasi di sepanjang daerah aliran sungai;
  • Banjir di wilayah hilir kabupaten Bekasi;
  • Terganggunya pasokan air baku PT. PAM Jaya dan PT. PDAM Jasa Tirta;

Kali Bekasi dalam sejarah banjir kuno Kerajaan Tarumanegara

Dalam manuskrip Prasasati Tatar Sunda Kuno dinyatakan bahwa Kali Candrabhagha merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Tarumanegara, kerajaan tertua di Nusantara kedua yang berkuasa pada abad 5 sampai abad 7 Masehi. Dalam manuskrip prasasti tersebut. Kali Candrabhagha digali bertujuan untuk mengendalikan bencana banjir pada masa itu. Raja Purnawarman yang berkuasa tahun 317-356 tahun Saka (395-434 Masehi) itu memerintahkan untuk menggali kali tersebut.[7]

“Dulu Kali Candrabhagha di gali Purnawarman, Maharaja yang mulia yang mempunyai lengan kencang dan kuat. Setelah sampai ke istana, kali di alirkan ke laut. Istana Kerajaan Baginda Termashur. Kemudian baginda Parnuwarman menitahkan lagi menggali sebuah kali (sungai). Kali ini sangat indah dan jernih. Kali ini di sebut kali Gomati. Kali ini mengalir melalui kediaman nenekanda Raja Purnawarman. Kali Gomati 6.122 tumbak panjangnya, pekerjaan ini di mulai pada hari baik, tanggal 8 Paro Petang Bulan Phalguna. Kemudian disudahi pada hari tanggal ke 13 Paro Terang Bulan Caitra. Jadi hanya 21 hari saja untuk itu diadakan selamatan yang dilaksanakan para Brahmana. Untuk selamatan itu, Raja Purnawarman menghadiahkan 1.000 ekor sapi,”

Wilayah Sunda Kuno yang mencakup wilayah Banten, Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang dan Purbalingga di Jawa Tengah. Pusat ibu kota Kerajaan Tarumanegara berada di sebelah Utara Bekasi tepatnya berada di wilayah Babelan dan Tarumajaya, kabupaten Bekasi. Hal tersebut diperkuat oleh banyaknya artefak yang ditemukan pada beberapa situs disana.[7]

Pertama kali, perubahan kata dari Candrabhaga menjadi Bekasi dilontarkan Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka pada tahun 1951, seorang ahli filologi Universitas Indonesia yang memperoleh gelar doktor di Universitas Leiden, Belanda dalam bidang sastra Jawa tahun 1926[8] tersebut menyatakan, Bekasi berasal dari kata Candrabhaga, nama sungai yang dibangun pada abad ke-5 Masehi oleh Raja Tarumanagara yang bernama Rajadhiraja Yang Mulia Purnawarman. Data tersebut tertera dalam Prasasti Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.[9]

Kemudian kata Candrabhaga dibagi menjadi dua, yakni Candra yang berarti “bulan” dan Bhaga berarti “bahagia”. Kata Chandra dalam bahasa Sanskerta sama dengan kata Sasi dalam bahasa Jawa kuno, sehingga nama Candrabhaga identik dengan kata Sasibhaga, yang apabila diterjemahkan secara terbalik menjadi Bhagasasi. Atas dasar itulah, Poerbatjaraka menafsirkan Kali Candrabhaga identik dengan Kali Bekasi.[9][10]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e Hukum Online. "Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.511/MENHUT-V/2011". 
  2. ^ a b c d "PerMenPUPR No.04/PRT/M/2015 - Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai". PERATURAN.GO.ID. 
  3. ^ ATO, STEFANUS (2022-01-29). "Cikarang Bekasi Laut, Pengendali Banjir yang Jadi Tempat Sampah Terbesar". kompas.id. Diakses tanggal 2023-06-09. 
  4. ^ Kadri, Trihono (2007). Erosi Pada DAS Bekasi dan Pengaruhnya Terhadap Banjir. FTSP TRISAKTI. 
  5. ^ "Peta Interaktif". WebGIS MenLHK. Diakses tanggal 2023-10-09. 
  6. ^ a b "EBUFFER Pemerintah Kota Bekasi". ebuffer-bekasikota.web.id. Diakses tanggal 2023-06-09. 
  7. ^ a b "Sejarah Kali Bekasi, Sungai Peninggalan Raja Purnawarman untuk Mengendalikan Banjir Kuno di Kerajaan Tarumanegara". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2023-06-09. 
  8. ^ https://www.facebook.com/bisotisme; https://www.facebook.com/133170064075788 (2018-12-17). "Buku Sejarah Bekasi, Sejak Peradaban Buni Ampe Wayah Gini". @bisot notes (dalam bahasa Indonesian). Diakses tanggal 2023-06-14. 
  9. ^ a b alianwar (2010-03-26). "Candrabhaga, Kok, Jadi Bekasi (Ngalor-ngidul Bekasi, Radar Bekasi, Senin, 1 Februari 2010)". Ali Anwar. Diakses tanggal 2023-06-14. 
  10. ^ Riwayat Indonesia; Djilid 1 (edisi ke-1). Jakarta: Jajasan Pembangunan Djakarta. 1952. hlm. 14–15. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya