Kaesong
Kaesong (Gaeseong) adalah sebuah kota di Provinsi Hwanghae Utara, bagian selatan Korea Utara. Sebelumnya, kota ini merupakan Kota Terpimpin Langsung serta ibu kota Korea pada masa kerajaan Taebong dan kerajaan-kerajaan Goryeo setelahnya. Kota ini terletak dekat dengan Kawasan Industri Kaesong dan dekat dengan Korea Selatan. Di kota ini pula terletak reruntuhan Istana Manwoldae. Saat menjadi ibu kota Goryeo, kota ini bernama Songdo. Sempat menjadi pusat dagang produksi ginseng Korea, kini kota Kaesong menjadi pusat industri ringan Korea Utara. Saat Penjajahan Jepang atas Korea pada tahun 1910–1945, kota ini dikenal dengan penyebutan Jepangnya, yaitu Kaijō. Karena dekat dengan perbatasan Korea Selatan, kota ini merupakan pusat pertukaran ekonomi antarbatas kedua negara. Selain itu, Kawasan Industri Kaesong juga dikelola bersama oleh kedua negara. Pada tahun 2024, kota ini memiliki populasi 338.155 jiwa.[1] SejarahDi daerah Kaesong, tanda-tanda pendudukan oleh manusia dapat dijejak hingga zaman Neolitikum. Artefak seperti kriya Jeulmun, benda batu serta kapak batu telah ditemukan dari Osongsan dan Kaesong Nasong, dua benteng berdinding dobel yang terletak di Kaesong. Karena Kaesong telah berganti-ganti negara selama berabad-abad, namanya telah berubah. Kaesong terletak dalam konfederasi Mahan; pada pemerintahan Goguryeo, kota ini disebut sebagai Busogap. Sebelum kekuatan kerajaan Baekje akhirnya berhasil dimundurkan hingga barat laut Jungnyeong, Mungyeong Saejae dan Teluk Asan pada tahun 475, daerah ini merupakan bagian dari kerajaan Baekje. Pada tahun 555, tahun ke 16 kepemimpinan Raja Jinheung dari Silla, kota ini berada di bawah pemerintahan kerajaan Silla. Selama masa ini, namanya pun berubah menjadi Song'ak-gun. Menurut Samguk Sagi, ketika sebuah benteng dibangun pada tahun 694 pada tahun ketiga rezim Raja Hyoso dari Silla, Kaesong disebut sebagai "Song'ak (송악; 松嶽)". Dapat diasumsikan bahwa nama Song'ak telah digunakan sebelum penyebutan tersebut. GoryeoKerajaan Silla mulai mundur di akhir abad ke-9 dan periode perang antarpemimpin pun dimulai. Pada tahun 898, Kaesong jatuh ke tangan Gung Ye, pemrakarsa kerajaan Taebong yang tidak berumur panjang. Kemudian, kota ini jatuh ke tangan Goryeo pada tahun 919, oleh Wang Geon, yang bernama takhta Taejo dari Goryeo. Taejo mendirikan ibu kotanya di selatan kota Song'ak, kemudian menggabungkan Kaesong ke dalam daerah Song'ak di bawah nama "Gaeju". Pada tahun 919, Kaesong menjadi ibu kota kerajaan Goryeo. Pada tahun 960, tahun ke-11 kepemimpinan raja Gwangjong dari Goryeo, kota ini dinamai Gaegyeong; dan pada tahun 995, tahun ke-14 kepemimpinan raja Seonjong dari Goryeo, kota ini kembali berganti nama menjadi "Gaesong-bu". Gaesong-bu adalah istilah gabungan dari Song'ak-gun dan Gaesong-gun, yang berbeda dari daerah pra-1945, Gaesong-ri, Seo-myeon, dan Kaepung-gun. Pada tahun 1010, tahun pertama kepemimpinan raja Hyeonjong dari Goryeo, istana dan rumah-rumah kota ini hampir terbakar dalam konflik kedua Perang Goryeo-Khitan. Dengan demikian, pada tahun 1018, Gaesong-bu dimasukkan ke dalam sistem "bu" dan memimpin tiga unit hyeon, Jeongju, Deoksu, dan Gangeum. Di akhir abad ke-12, pemerintahan dan perbatasan kerajaan-kerajaan Korea tidak stabil. Seorang budak bernama Manjok (atau Manjeok) memimpin sekelompok budak lain yang berkumpul di luar Kaesong pada tahun 1198. Plot untuk revolusi ini berhasil dilawan oleh Choe Chung-heon. Ketika Yi Songgye berhasil meruntuhkan Goryeo pada tahun 1392 dan mendirikan kerajaan Joseon di bawah kepemimpinannya sebagai Taejo dari Joseon, ia memindahkan ibu kota dari Kaesong ke Hanyang (situs kota modern Seoul) pada tahun 1394. Abad ke-20 dan seterusnyaHingga Perang Korea, Kaesong berada dalam Provinsi Gyeonggi. Setelah Perang Dunia II, Korea dipisahkan menurut 38 derajat lintang utara. Sebenarnya, Kaesong berada di sebelah selatan garis tersebut (di dalam Korea Selatan). Namun, pertempuran Kaesong-Munsan berhasil dimenangkan Tentara Rakyat Korea (TPK) pada hari-hari pertama perang. Kota ini kemudian diambil kembali oleh Pasukan PBB pada tanggal 9 Oktober 1950 saat mengejar TPK, setelah pendaratan Inchon berhasil dilaksanakan. Pasukan PBB kemudian meninggalkan kota ini pada tanggal 16 Desember 1950 karena mereka harus kembali ke daerah sungai Imjin mengikuti intervensi Tentara Sukarela Rakyat Tiongkok. Kaesong kemudian berada di bawah kendali Tiongkok/Korea Utara hingga akhir perang. Negosiasi gencatan senjata dilakukan di Kaesong pada tanggal 10 Juli 1951, tetapi dipindahkan ke Panmunjom pada tanggal 25 Oktober 1951. Perjanjian Gencatan Senjata Korea, yang ditandatangani tanggal 27 Juli 1953, mengakui kendali Korea Utara atas Kaesong. Kaesong menjadi kota satu-satunya yang berpindah posisi dari Korea Selatan ke Utara sebagai hasil perang. Kaesong pascaperang serta bagian Provinsi Kyonggi yang berhasil direbut Korea Utara, kemudian dimasukkan ke dalam "Daerah Kaesong" (Kaesŏng Chigu; 개성 지구; 開城 地區). Pada tahun 1955, kota Kaesong menjadi "Kota Terpimpin Langsung" (Kaesŏng Chikhalsi; 개성 직할시; 開城 直轄市). Pada tahun 2002, Kawasan Industri Kaesong dibangun di sebagian daerah Kaesong. Pada tahun 2003, sisa daerah Kaesong (selain Kawasan Industri) masuk ke dalam Provinsi Hwanghae Utara. Kota ini dekat dengan Zona Demiliterisasi Korea yang membatasi Korea Utara dan Selatan. Geografi
Kaesong terletak tepat di tengah Semenanjung Korea dan merupakan kota paling selatan Korea Utara. Kota ini berbatasan dengan Kaepung, Changpung, Panmun, dan Kumchon. Pulau Kanghwa, Munisipalitas Incheon, terletak di selatan kota ini. Luas kota ini adalah 1.309 kilometer persegi. Pusat kota dikelilingi oleh Gunung Songak (489 m) dan Gunung Pongmyong. Pusat kota ini mengelilingi Gunung Janam (103 m) yang lebih kecil; di atasnya terletak patung Kim Il Sung yang menjadikan ikon kota ini. Sisi utara Kaesong berbatasan dengan ujung akhir Pegunungan Ahobiryong. Pegunungan ini berisi Gunung Chonma (757 m), Songgo, Gunung Myoji (764 m), Gunung Suryong (716 m), Gunung Chesok (749 m), Gunung Hwajang (558 m), serta Gunung Ogwan. Hampir seluruh area Kaesong adalah perbukitan rendah dengan tinggi kurang dari 100 meter. Sungai Imjin berada di garis perbatasan timur laut kota ini, dan Sungai Ryesong (ditransliterasi di Korea Selatan sebagai Yeseong-gang) mengalir di sisi barat hingga mencapai Sungai Han. Selain kedua sungai ini, sungai-sungai dan aliran kecil dan besar seperti sungai Samichon, Wolamchon, Chukbaechon, Kumsungch'on, serta Sach'on, ikut mengalir ke sungai Han. Terdapat daerah dataran yang luas di dekat basin sungai di bagian barat daya Kaesong, seperti Pungdokbol, Singwangbol, dan Samsongbol. Secara geografis, daerah Kaesong mengandung tiga lapisan, yaitu Proterozoik, Cenozoik, serta Paleozoik, serta granit intrusif Mesozoik. Bawah tanah Kaesong mengandung emas, seng, tembaga, fluorspar, batu kapur, granit, dan kaolin. Tanah hutan berwarna coklat yang terdapat di dekat area drainase sungai Yesong, Imjin, dan Han, adalah tanah aluvial dan salina. Iklim Kaesong secara garis besar hangat dan moderat. Suhu rerata tahunannya adalah 10 derajat Celsius. Bulan terdingin adalah Januari, ketika suhu rata-ratanya mencapai -5,9 derajat Celsius. Bulan paling panas adalah Agustus, dengan suhu rata-rata 24,7 derajat Celsius. Rerata curah hujan tahunan berkisar dari 1.300 hingga 1.400 milimeter. Durasi tanpa salju daerah Kaesong adalah paling lama di Korea Utara, yaitu 180 hari. Sekitar 55% daerah Kaesong adalah hutan (80% hutan pinus), dengan 40 spesies mamalia dan 250 spesies burung. Pembagian administratifSebelum 2002, Kota Terpimpin Langsung Kaesong terbagi menjadi satu kota (pusat kota Kaesong) serta tiga daerah, yaitu Daerah Changpung, Daerah Changpung, serta Panmunjom. Pada tahun 2003, P'anmun-gun dan sebagian Kaesong-si dipisahkan dari Kota Terpimpin Langsung Kaesong dan membentuk Kawasan Industri Kaesong. Bagian Kaesong yang tersisa kemudian dimasukkan ke dalam Provinsi Hwanghae Utara pada tahun 2002. Kini, Kaesong terbagi menjadi 24 distrik yang dikenal sebagai "dong", serta tiga desa yang disebut dengan "ri".[2] Budaya
Bangunan terkenalUniversitas (Industri Ringan) Koryo Songgyungwan, Universitas Komunis, serta Universitas Seni terletak di Kaesong. Museum Koryo, yang dulunya merupakan akademi Konfusius kota ini, berisi banyak relik seni dan budaya dari zaman Goryeo. Meskipun kebanyakan adalah replika karena yang aslinya disimpan di Museum Sejarah Sentral Korea di Pyongyang. Sebagai bekas ibu kota Goryeo, makam raja-raja Goryeo terletak di kota ini, meskipun kebanyakan tidak dapat diakses. Makam Raja Wanggon, pemrakarsa dinasti Goryeo, dibangun ulang di sisi barat kota di daerah Kaepung. Makam raja yang terkenal adalah Makam Raja Hyejong dari Goryeo (Makam Kerajaan Sollung), Makam Raja Gyeongjong dari Goryeo (Makam Kerajaan Yongrung), Makam Raja Seongjong dari Goryeo (Makam Kerajaan Kangrung), Makam Raja Hyeonjong dari Goryeo (Makam Kerajaan Sollung), Makam Raja Munjong dari Goryeo (Makam Kerajaan Kyongrung), dan Makam Raja Gongmin dari Goryeo (Makam Raja Kongmin). Kedua makam kerajaan Joseon yang terletak di Korea Utara juga terletak di Kaesong; kedua makam tersebut adalah Makam Kerajaan Hurung, yang berisi raja kedua dinasti Joseon, Jeongjong dari Joseon; dan Makam Kerajaan Cherung, yang berisi jenazah Ratu Sinui, istri pemrakarsa dinasti Joseon, Yi Songgye. MakananKultur makanan di Kaesong sudah sangat berkembang, mengingat sejarahnya sebagai ibu kota Goryeo dengan sejarah kepemimpinan selama 500 tahun. Gaya masakan Kaesong sering kali dibandingkan dengan gaya makanan Seoul dan Jeolla. Masakan Kaesong awalnya dianggap sebagai bagian dari masakan Gyeonggi, lantaran hingga tahun 1950, Kaesong berada di dalam provinsi Gyeonggi. Akan tetapi, provinsi Gyeonggi kemudian masuk ke dalam Korea Selatan, sementara Kaesong terletak di Korea Utara. Makanan khas Kaesong adalah bossam kimchi (kimchi bungkus), pyeonsu, sinseollo, seolleongtang, chueotang, joraengi tteokguk, umegi, dan gyeongdan. EkonomiTopografi, iklim, dan tanah Kaesong, sangat baik untuk produksi agrikultur. Sistem suplai air kota ini terdiri dari 18 waduk, termasuk Waduk Songdo, yang dibangun untuk industri pertanian; serta 150 titik pompa dan ratusan kolam yang dibendung. Sekitar 27% dari daerah Kaesong adalah tanah pertanian. Produksi utamanya adalah beras, maizena, kacang kedelai, gandum, dan barley. Produksi beras adalah yang terbesar, yaitu 60% dari seluruh produksi gandum; dua daerah produsen beras terbesar adalah Kaepung dan Panmun, yang menyuplai lebih dari 70% produksi beras. Selain itu, perkebunan sayur-mayur dan buah-buahan, termasuk buah delima, apel, dan persimmon, juga aktif. Peternakan dan produksi sutra juga aktif di daerah ini. Buah delima, terutama delima putih, adalah buah yang diproduksi banyak oleh Kaesong; sekitar 25% dari total produksi buah. Kedua daerah Kaepung-gun dan Panmun-gun juga dikenal sebagai daerah produsen ginseng Korea berkualitas yang dinamakan Goryeo Insam. Kaesong adalah sentra industri ringan Korea Utara. Di distrik urban Kaesong terdapat sebuah pabrik proses perhiasan, proses ginseng, dan proses sulam. Sejak zaman Goryeo, Kaesong adalah sentra industri handicraft seperti kriya Goryeo. Industri tekstil di kota ini baru berkembang sebagai bisnis utama, bersamaan dengan produksi bahan makanan sehari-hari dan produk ginseng, setelah pembagian kedua Korea. Industri terbesar kedua adalah industri pengolahan makanan, yang terutama memproduksi jang (semacam saus yang dibuat dengan kacang kedelai), minyak, makanan kaleng, minuman alkohol, minuman ringan, dan lain-lain. Selain itu, resin, kayu, kriya, sepatu, peralatan sekolah, instrumen musik, dan kaca, pun diproduksi oleh daerah ini. Kaesong memiliki pabrik-pabrik yang memproduksi mesin agrikultur dan reparasi traktor. Sejak 2002, markas Bank Sentral Korea Utara juga terletak di Kaesong. Bank ini memiliki cabang di kedua daerah Kaepung dan Panmun. Korea Utara dan Selatan secara bersama-sama menjalankan kompleks industri di Kawasan Industri Kaesong. Kawasan industri ini dibangun pada tahun 2005 dan mempekerjakan lebih dari 53.400 orang Korea Utara pada 120 pabrik tekstil dan benda lain milik Korea Selatan. Pada awal 2013, sekitar 887 orang Korea Selatan bekerja di kawasan industri ini. Kawasan industri ini memproduksi barang bernilai $430 juta pada tahun 2013 dan mempekerjakan 1/6 penduduk Kaesong. Kawasan industri ini ditutup mengikuti sejumlah pergolakan pada tahun 2013. Ditutup kembali tahun 2016. PariwisataKaesong adalah tujuan utama para pelancong mancanegara ke Korea Utara, dan salah satu dari dua lokasi di Korea Utara yang dapat diakses dari Selatan. Banyak situs peninggalan Goryeo yang terletak di Kaesong, seperti Gerbang Namdaemun Kaesong, Akademi Konfusius Songgyungwan (kini Museum Koryo), Jembatan Sonjuk, dan Paviliun Pyochung. Beberapa situs lain yang tidak begitu terkenal adalah Paviliun Kwandok, reruntuhan Istana Manwoldae peninggalan Goryeo, Kuil Anhwa, Ruang Sungyang, Ruang Mokchong, dan observatorium Kaesong Chomsongdae (개성 첨성대; 開城 瞻星臺). Di barat kota terdapat makam raja-raja Kongmin dan Wanggon; dua puluh empat kilometer di utara Kaesong terdapat Benteng Taehungsan, benteng Koguryo yang dibangun untuk melindungi Pyongyang. Di dalam benteng ini terdapat dua kuil, yaitu Kuil Kwanum dan Kuil Taehung. Air Terjun Pakyon yang terkenal juga terletak di Kaesong. Selain itu, juga terdapat patung Buddha besar yang berasal dari zaman Goryeo, yang dipahat di sisi Gunung Chonma. Kebanyakan turis yang mendarat di Kaesong ditempatkan di Hotel Rakyat Kaesong, di dalam 19 rumah tradisional hanok. Pendidikan di KaesongSungkyunkwan yang terletak satu kilometer utara dari jembatan Seonjukgyo, adalah institusi pendidikan tradisional di Kaesong. Institusi ini dibangun di Gukja-dong, pada tahun 992, di bawah kepemimpinan Raja Seongjong dari Goryeo. Institusi ini mencetuskan Konfusianisme Korea. Di bawah kepemimpinan Raja Chungnyeol dari Goryeo, namanya kemudian diganti menjadi Gukhak (국학; 國學) dan dipanggil dengan Seonggyungwan. Pada tahun 1367, tahun ke-16 rezim Raja Gongmin dari Goryeo, struktur institusi ini diubah; Yi Saek dan Jeong Mong-ju, dua orang ilmuwan Konfusianis, kemudian mengajar di sana sebagai dosen. Pada tahun 1592 pada tahun ke-25 rezim Seonjo dari Joseon, Kim Yuk membangun ulang institusi ini, yang hancur setelah dibangun Jepang pada Invasi Jepang ke Korea (1592-1598). Sekolah modern yang pertama muncul di Kaesong adalah Hanyeong Seowon (한영서원; 韓英書院), atau Sekolah Anglo-Korea, yang didirikan oleh Yun Chi-ho pada tahun 1906 dengan bantuan misionaris Amerika bernama Mr. Wasson dan Mr. Candler. Dari Gubernur Jenderal Korea, sekolah ini mendapatkan izin sebagai Sekolah Menengah Atas Songdo pada tahun 1917. Kemudian, pada tahun 1950, sekolah ini berkembang menjadi Yayasan Sekolah Songdo dan mendirikan Sekolah Menengah Pertama Songdo dan Sekolah Farmasi Songdo. Sekolah farmasi ini kemudian meluluskan 40 orang sarjana. Namun, ketika Perang Korea meletus, yayasan ini dipindahkan ke Incheon berikut SMA dan SMP Songdo yang masih ada sejak tahun 1953 hingga sekarang. Pada tahun 2002, di Kaesong terdapat 80 sekolah dasar negeri yang tersebar di setiap desa, 60 SMP, 3 akademi dan 3 universitas, seperti Universitas Politik Songdo, Universitas Pendidikan Kaesong, serta Universitas Komunis Kaesong. TransportasiKaesong terhubung dengan Pyongyang dan kota lainnya dengan jalur kereta dan jalan tol. Stasiun kereta utama kota ini adalah Stasiun Kaesong yang merupakan bagian dari Jalur Pyongbu. Kota kembarOrang-orang yang lahir di Kaesong
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
|