Kaba Sutan Pangaduan

Kaba Sutan Pangaduan disebut juga Kaba Malin Dewa Nan Gombang Patuanan, merupakan salah satu dari 4 Kaba Tareh yang tergolong Tareh Runuik. Tareh Runuik merupakan tareh lanjutan yang lebih rinci, dibandingkan dengan Tareh Kudian, karena itu Tareh Runuik kemudian berkembang demikian luasnya dalam berbagai variasi kaba menjadi “cerita sejarah” yang sudah melegenda sampai saat ini. Yang disebut Tareh Runuik adalah:

  1. Kaba Cindua Mato
  2. Kaba Bongsu Pinang Sibaribuik
  3. Kaba Anggun Nan Tongga
  4. Kaba Malin Dewa Nan Gombang Patuanan (Kaba Sutan Pangaduan)

Kaba Malin Dewa Nan Gombang Patuanan versi Minangkabau yang pada zamannya sangat populer di Pariaman dan Pesisir Selatan, tidak lagi banyak yang mengenalnya, demikian juga para Tukang Rabab tidak lagi menguasai jalan ceritanya, kecuali ada pada kalangan peminat dan peneliti tertentu saja. Seperti budayawan Chairul Harun (alm) pernah membukukannya, tetapi tidak lengkap, dan Syamsuddin Udin “Kaba Gombang Patuanan: Tradisi Lisan Minangkabau, 1991.

Tokoh-tokoh Utama

  • Sutan Pangaduan, titik sentral cerita, seorang anak raja yang ibunya ditawan
  • Sutan Lembak Tuah, saudara satu ayah Sutan Pangaduan, berlainan ibu
  • Puti Sari Makah, saudara satu ayah Sutan Pangaduan, ibunya keturunan Arab
  • Rajo Unggeh Layang, raja yang menculik ibu Sutan Pangaduan
  • Puti Andam Dewi, ibu Sutan Pangaduan yang dalam tawanan

Jalan Cerita

Kampung Dalam sepeninggal Raja

Sutan Pangaduan adalah seorang Putra Mahkota dari Raja yang berkuasa di Kampung Dalam, Pariaman. Dia memiliki 2 saudara tiri lain ibu yaitu Sutan Lembak Tuah yang ibunya seorang rakyat biasa dan Puti Sari Makah yang ibunya adalah seorang keturunan Arab. Ibunda Sutan Pangaduan sendiri adalah seorang bangsawan yang bernama Puti Andam Dewi.

Sutan Lembak Tuah lebih tua daripada Sutan Pangaduan, tetapi dalam hal ilmu kebatinan, kesaktian dan kebijaksanaan, Sutan Pangaduan jauh lebih unggul.

Ketika Sutan Pangaduan masih kecil, ayahnya pergi bersemayam ke Gunung Ledang. Pada saat itu ibundanya Puti Andam Dewi diculik dan ditawan oleh Rajo Unggeh Layang di sebuah bukit. Puti Andam Dewi ditawan karena menolak diperistri oleh Rajo Unggeh Layang. Rajo Unggeh Layang sendiri berkuasa di negeri Taluak Singalai Tabang Papan. Sejak saat itu, Sutan Pangaduan dipelihara dan dibesarkan oleh nenek dan kakak sepupunya (dari pihak ibu) yang seorang pendekar di Kuala Pantai Cermin.

Sutan Lembak Tuah sendiri tetap tinggal di istana dan diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya, karena usianya paling tua di antara dua anak laki-laki. Sutan Lembak Tuah menjadi raja sejak usia muda. Secara adat, Sutan Pangaduan adalah putra mahkota yang sah, karena silsilah bangsawan dan orang terpandang lagi keramat yang dibawanya dari garis ibu, tetapi ibunda dari Sutan Lembak Tuah yang berhati jahat sangat berambisi untuk menjadikan anaknya sebagai raja. Ia rela menghalalkan segala macam cara agar tujuannya tercapai. Ambisi ini sangat dimaklumi karena ibu Sutan Lembak Tuah pada awalnya hanyalah orang kelas bawah yang nasibnya terangkat karena menikah dengan seorang raja.

Sutan Lembak Tuah cenderung manja dan kekanak-kanakan, sehingga ketika diangkat sebagai raja, ia menjelma menjadi raja yang semena-mena terhadap rakyatnya. Namun di kemudian hari ia dapat berubah menjadi raja yang bijak berkat nasihat dan bimbingan dari Sutan Pangaduan dan keluarga ayahnya.

Saat berusia 10 tahun Sutan Pangaduan didatangi ayahnya yang bersemayam di Gunung Ledang secara batin. Ayahnya menugaskan Sutan Pangaduan untuk membebaskan ibunya dari tawanan dengan bantuan kakaknya Sutan Lembak Tuah yang tinggal di istana.

Sebelum berangkat ayahnya berpesan supaya Sutan Pangaduan tidak lupa menambah ilmu terlebih dahulu dari neneknya dari pihak ayah dan kemenakan perempuan ayahnya supaya dibekali dengan senjata keramat.

Kena Tipu

Dalam perjalanan dari Kuala Pantai Cermin ke Kampung Dalam, Sutan Pangaduan yang lugu diperdaya oleh seorang penipu. Gara-garanya sangat sederhana, Sutan Pangaduan tertangkap tangan sedang memetik setangkai kembang oleh sang penipu. Penipu itu membual bahwa kembang yang dipetik oleh Sutan Pangaduan adalah Kembang Bunga Larangan dan sebagai hukumannya ia didenda untuk menyerahkan baju bangsawan yang dipakainya. Penipu itu menggantinya dengan baju compang camping yang robek disana sini.

Sesampainya di Istana Kampung Dalam, Sutan Lembak Tuah sangat terkejut ketika melihat anak kecil berbaju compang camping yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan dirinya. Namun ibu Sutan Lembak Tuah yang berhati jahat merasa malu lalu menyuruh pengawal mengusir bahkan membunuh Sutan Pangaduan, padahal dia sebenarnya tahu bahwa yang datang adalah putra mahkota sebenarnya.

Ibu Sutan Lembak Tuah memerintahkan anaknya untuk berkelahi dengan Sutan Pangaduan, tetapi dalam perkelahian itu Sutan Lembak Tuah dapat dikalahkan. Pada saat itulah Sutan Pangaduan mengucapkan kata kunci yang membuktikan bahwa ia adalah saudara tiri dari Sutan Lembak Tuah. Hanya Sutan Lembak Tuah yang mengerti kata kunci tersebut karena ia sebelumnya juga didatangi sang ayah secara batin. Sutan Lembak Tuah memohon kepada ibunya agar Sutan Pangaduan diperbolehkan tinggal dalam istana.

Membebaskan Ibunda dari tawanan

Sutan Pangaduan lalu mengutarakan maksudnya bahwa dia mendapat tugas dari ayahnya untuk membebaskan sang ibunda, Puti Andam Dewi. Tentu saja ibu Sutan Lembak Tuah tidak setuju dengan rencana itu karena jelas akan menghalangi rencana-rencananya selama ini. Namun Sutan Lembak Tuah berhasil melunakkan hati ibunya dengan alasan bahwa dia juga mendapatkan wangsit yang sama dari sang ayah yang bersemayam di Gunung Ledang.

Dengan berat hati ibunda Sutan Lembak Tuah melepaskan kepergian anaknya beserta Sutan Pangaduan untuk membebaskan Puti Andam Dewi dari tawanan Rajo Unggeh Layang. Namun dibalik itu ia masih menyimpan satu rencana jahat yang terakhir.

Pada acara pelepasan secara resmi, ia berniat untuk meracun Sutan Pangaduan. Sebelum berangkat, kedua pangeran dihidangkan nasi terlebih dahulu bersama para pengiring. Nasi untuk Sutan Pangaduan telah ditaburi dengan racun. Sutan Pangaduan yang telah mendapatkan hikmah malah mengajak para hadirin untuk berbincang-bincang sampai nasi menjadi dingin. Karena nasi telah dingin, Sutan Pangaduan menolak untuk memakannya dan menyuruh pelayan untuk memberikan nasi itu kepada hewan peliharaan istana. Hewan itu langsung mati selesai menyantap nasi itu. Singkat kata, niat jahat ibunda Sutan Lembak Tuah pun terbongkar dan ia dihukum kurungan di istana. Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah akhirnya dapat pergi menunaikan tugasnya tanpa ada yang menghalangi lagi.

Sesampainya di bukit tempat Puti Andam Dewi ditawan, kedua pangeran terlibat perkelahian dengan ribuan penjaga bukit itu. Tatkala hampir berhasil membebaskan ibundanya, Sutan Pangaduan kehilangan konsentrasi karena kakaknya Sutan Lembak Tuah ambruk ditangan musuh. Akibatnya kedua kakak beradik ini berhasil diringkus oleh musuh.

Bantuan dari Puti Sari Makah

Melihat keadaan yang di luar perkiraan, ayah Sutan Pangaduan mendatangi anak perempuannya Puti Sari Makah secara batin. Ia memerintahkan anak perempuannya itu untuk membebaskan istrinya Puti Andam Dewi dan kedua anak laki-lakinya yang sekarang jadi tawanan pula. Dalam penugasan itu Puti Sari Makah dibantu oleh kemenakan sang ayah (kakak sepupu Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah) dan kemenakan Puti Andam Dewi (kakak sepupu Sutan Pangaduan).

Ketiga perempuan ini pada saat itu telah menjadi pendekar-pendekar yang tangguh. Putri Sari Makah memiliki kemampuan ilmu batin untuk mengendalikan air sedangkan kedua sepupu Sutan Pangaduan masing-masing memiliki kemampuan untuk mengendalikan angin dan suara.

Dengan keahlian itu mereka menciptakan badai yang menaikkan air laut sampai ke atas bukit sehingga banyak pihak musuh yang mati. Badai itu hanya menyisakan tempat keluarga mereka ditahan, sehingga dengan mudah mereka dapat membebaskan ketiga tawanan.

Sayang sekali saat akan dibebaskan, Sutan Pangaduan kena hipnosis oleh seorang gadis kecil yang sebenarnya adalah adik Rajo Unggeh Layang yang menyamar. Gadis kecil itu minta dikasihani dan minta dibawa ikut serta karena takut hanyut dibawa badai. Seluruh kakak Sutan Pangaduan telah berusaha melarang niatnya untuk membawa serta gadis kecil itu, tetapi Sutan Pangaduan keras kepala dan tidak mendengarkan. Pada saatnya nanti gadis kecil ini akan menuntut balas.

Setelah Ibu Sutan pangaduan dibebaskan, mereka kembali ka daerah masing-masing. Ibu Sutan Pangaduan, Sutan Pangaduan dan kakak sepupunyo pulang ke Kampung Dalam. Puti Sari Makah kembali ke Makkah dengan hati risau karena tahu Sutan Pangaduan telah keliru menyelamatkan musuh. Sutan Lembak Tuah kembali ke kerajaannya dan berubah menjadi raja yang lebih dewasa dan bijaksana. Kemenakan ayah mereka juga pulang ke negeri masing-masing.

Tipu Muslihat Gadis Penyamar

Ketika Sutan Pagaduan beranjak dewasa ia menikah dengan anak gadis dari raja negeri tetangga. Ia pun dijadikan raja di negeri tersebut. Pada saat itu ibunda Sutan Pangaduan kembali diculik atas tipu muslihat gadis kecil yang kemarin diselamatkan dari badai di puncak bukit oleh Sutan Pangaduan. Sutan Pangaduan sangat menyesal karena tidak mendengarkan peringatan yang telah disampaikan oleh kakak-kakaknya, tetapi sesal sudah terlambat dan tidak berguna lagi. Apalagi selama ini ternyata gadis kecil itu telah meracun Sutan Pangaduan sedikit demi sedikit sehingga kesaktiannya agak berkurang.

Sutan Pangaduan terjebak dalam konflik batin antara ingin menyelamatkan ibu kandungnya yang kembali ditawan dan meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda. Ia juga gundah karena harus meninggalkan kerajaan dan rakyatnya. Namun istrinya bersedia mengalah dan memberikan dukungan untuk menyelamatkan ibu mertuanya. Sang Permaisuri berkata, “tidak usah cemaskan anak yang akan lahir ini karena setiap anak punya takdir masing-masing.”

Singkat kata akhirnya Sutan Pangaduan kembali berusaha membebaskan ibundanya. Sutan Lembak Tuah ikut serta pula karena ia bersikeras untuk membantu adiknya. Seperti yang telah diduga Sutan Pangaduan dapat dilumpuhkan dengan mudah karena kesaktiannya telah jauh berkurang. Akhirnya kedua raja itu (Sutan Pangaduan dan Sutan Lembak Tuah) kembali ditawan dan dirantai oleh musuh.

Pada suatu malam yang terang benderang oleh purnama dan pada waktu yang telah diperhitungkan, Sutan Pangaduan menghentakkan kakinya ke bumi sehingga timbul suara menggelegar bagaikan petir di daerah sekitarnya. Tapi goncangan itu belum cukup untuk memutuskan rantai yang mengikat kaki Sutan Pangaduam. Goncangan itu baru pertanda bahawa anaknya telah lahir ke dunia.

Penutup

Kisah Sutan Pangaduan ini sangat panjang, karena anak yang lahir itu kembali menuntut balas untuk membebaskan ayah dan neneknya.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya