Joko EdanJoko Hadiwidjoyo atau lebih dikenal dengan nama Ki Joko Edan (lahir 20 Mei 1948) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal secara luas melalui pertunjukan-pertunjukan seni tradisional Jawa yaitu wayang kulit. Joko Edan merupakan penerima penghargaan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai sutradara pertunjukan wayang kulit yang melibatkan 34 kelompok seni, yang digelar di Balai Kota Semarang, tahun 2005. Dia adalah penggagas Festival Sanggit Dalang se-Jawa Tengah di RRI Semarang.[1][2][3] Latar belakangKi Joko Edan bernama asli Joko Prasojo. Kemudian ada nama lain, yang didapatkan setelah menikah, yaitu Joko Hadiwidjoyo. Sehingga sampai saat dini dikenal dengan sebutan Ki Dalang Joko Edan Hadiwidjoyo. Kiprahnya pada dunia seni pewayangan sudah memberikan kontribusi bagi pelestarian nilai-nilai budaya. Salah satu prestasi yang membanggakan ialah nama dirinya tercatat di Museum Rekor Indonesia sebagai sutradara pertunjukan wayang kulit yang melibatkan 34 (tiga puluh empat) kelompok seni, di Gedung Wali Kota Semarang pada Juli 2005. Joko adalah mantan suami dari pesinden Nurhana (penyanyi), dan dari hasil pernikahan ini lahir dua orang putri, Rahayu Hana Wijayanti dan Dewi Lestari Hana Wijayanti. Joko sudah mengakrabi duni seni sejak usia muda melalui ayahnya yang pencinta wayang kulit.[4] [5] Ki Joko menamatkan sekolahnya hanya sampai bangku Sekolah Dasar. Dia memilih lari dari bangku sekolah karena saat kelas dua SMP sempat tidak naik kelas sebanyak dua kali. Lepas dari sekolah, Joko ini melanjutkan perjalanan hidupnya sebagai anak jalanan. Setelah puas mendapat pengalaman macam-macam, dirinya dinasihati sang ayah dan diberi motifasi penuh untuk kembali belajar. Joko mendapat arahan untuk ikut kursus pedalangan di Ngesti Bhudaya selama tiga tahun. Baru saja menyelesaikan tahun pertamanya di kursus Pedalangan Ngesti Bhudaya, Joko mulai lari dari jadwal belajar yang ditentukan. Dia lebih memilih untuk sering-sering melihat dan mengikuti praktik pertunjukan langsung dari dalang-dalang kondang. Kemudian dari hasil banyak mengamati itu akhirnya Joko lebih mahir mendalang dan mencoba-coba mempraktikkan walau belum selesai belajarnya. Ternyata setelah dia coba, hasilnya adalah terlaksana dengan baik. Setelah itu kecintaannya semakin besar lagi pada dunia wayang ini. Pertama kali ia mendalang, yaitu di rumahnya sendiri pada saat ayahnya mengadakan acara Suronan untuk warga sekitar di tempatnya. Tokoh wayang yang menjadi idola Joko Edan adalah Rahwana. Alasan, Rahwana merupakan sosok raja yang full comitmen, berprinsip kuat, berani mengambil risiko tinggi, dan tak kenal menyerah dalam pencapaian cita-citanya. Sedang cerita wayang favoritnya adalah Mahabarata karena kandungan ceritanya sangat kompleks, ada unsur politik, ketatanegaraan, dan lain sebagainya. Selain mendalang, Ki Joko Edan juga menguasai seni musik. Dia terampil memainkan alat musik apapun kecuali biola. Dalam menjalankan pergelaran wayangnya, Ki Joko Edan melibatkan 63 personel yang tergabung dalam kelompok Wijoyo Laras, yang terdiri dari pengendang/pengrawit dan suarawati/pesinden. Kemmpuan dan ketokohannya di dunia seni pedalangan menjadikan dirinya sering diundang sebagai pembicara di beberapa seminar, sarasehan, dan diskusi kebudayaan. Kiprah kesenianKi Joko Edan telah melakukan ratusan kali pertunjukan wayang kulit di berbagai kota di Indonesia. Daftar berikut hanya sebagian perhelatan berskala besar yang pernah dilakukan olehnya:
Lihat pulaReferensi
|