John Winthrop
John Winthrop (lahir pada tanggal 22 Januari 1588 di Edwardstone, Suffolk, Inggris — meninggal pada tanggl 5 April 1649 di Boston, Koloni Teluk Massachusetts, Amerika Serikat) adalah seorang gubernur pertama Koloni Teluk Massachusetts dan merupakan tokoh utama pendiri Puritan di New England.[1] Kehidupan awalWinthrop lahir di Edwardstone, Suffock, Inggris pada 22 Januari 1588.[2] Ia lahir dan dibesarkan dari keluarga bangsawan dengan didikan agama yang kuat.[2] Winthrop menempuh pendidikan di Trinity College dan belajar tentang hukum di Gray's Inn.[2] Migrasi ke AmerikaPada tahun 1588, Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengalahkan Armada Spanyol dan berhasil meraih kejayaan di laut Eropa.[3] Pada masa tersebut, John Winthrop lahir dari sebuah keluarga Puritan.[3][4] Pada masa perang tersebut, inflasi besar-besaran sedang terjadi di Inggris.[3] Selain itu, angka kelahiran juga semakin tinggi. Hal ini meyebabkan, setiap orang di Inggris mengejar kekayaan apa pun risikonya dan mengorbankan jiwa mereka.[3] Sebagai akibat, upaya mereformasi Gereja Inggris telah goyah.[3] Para uskup yang semula bersemangat memburu para pembangkang agama, menolak untuk mematuhi aturan.[3] Orang-orang puritan seperti Winthrop dianiaya.[3] Pada saat itu, Winthrop mulai mengkhawatirkan masa depannya di Inggris.[3][4] Atas dasar alasan tersebut, Winthrop memutuskan untuk pindah ke Koloni Teluk Massachusetts yang menawarkan kesempatan untuk kebebasan beragama di Amerika.[3][4] Setelah beberapa pertimbangan, Winthrop akhirnya bermigrasi ke Amerika dan ia dipilih sebagai gubernur koloni Puritan di Massachusetts.[3][4] Ia bermigrasi ke Amerika dengan menggunakan kapal bernama Arbella.[3][4] Pemimpin PuritanSebagai pemimpin Puritan, Winthrop memiliki sebuah visi yang kental dengan ajaran Puritan.[1] Puritan sendiri merupakan sebuah gerakan orang-orang dari beberapa generasi setelah Reformasi di wilayah Inggris Raya dan Amerika Utara, yang berusaha mereformasi dan memurnikan gereja serta memimpin orang-orang kepada Alkitab, kehidupan yang saleh, mempertahankan konsistensi doktrin tentang anugerah.[5][6] Dengan kata lain, Puritan adalah gerakan untuk memimpin kekristenan kembali kepada Alkitab dan kehidupan yang kudus sebagai bukti dari pertobatan yang sejati.[5][6] Oleh sebab itu, agenda utama kaum Puritan adalah seruan pertobatan.[5][6] Khotbah-khotbah maupun tulisan-tulisan dari kaum Puritan selalu menekankan seruan untuk bertobat.[5][6] Sebagai gubernur Massachusetts dan salah satu pemimpin Puritan, visi tersebut adalah untuk menjadikan Massachussets sebagai tempat dengan masyarkat yang saleh dan taat beragama.[1] Namun visi tersebut tidak lagi dapat dijalankan ketika muncul gagasan yang memisahkan agama (ajaran gereja) dengan negara.[1] Gubernur Koloni Teluk MassachusettsKetika ia pindah dan menetap di Amerika pada 1630, ia berharap bahwa ajaran Puritanisme yang dia anut dapat berkembang di sana.[2] Ketika Winthrop tiba dengan kapalnya di Massachussetts, ia pernah menyampaikan sebuah khotbah dengan judul A Model of Christian Charity.[2] Dalam pidato tersebut terdapat sebuah analogi yang sangat dikenal, analagi tersebut adalah City Upon a Hill atau kota di atas bukit.[2] Pada khotbah tersebut, Winthrop mengangatakan bahwa We shall be as a city upon a hill, the eyes of all people are upon us / Kita akan menjadi sebuah kota di atas bukit, pandangan semua orang akan tertuju pada kita.[2] Winthrop menginginkan agar Massachusetts menjadi kota di atas bukit tersebut.[2] Melalui frasa tersebut ia mengajak agar masyarakat Massachusetts bisa hidup dengan secara terhormat dan beriman pada agama.[2] Ia mengingatkan rekan-rekan Puritannya tentang perjanjian mereka dengan Tuhan. Ia mendesak rekan-rekannya untuk menghormati tugas dan kewajiban mereka, atau pasti kita akan binasa. Namun yang mendasari peringatan tersebut adalah, Winthrop menaruh harapan besar akan perkembangan Puritan di Massachusetts. Ia juga berharap bahwa Massachusets dapat menjadi contoh Puritan yang dapat di Inggris dan Eropa. Sebagai seorang penganut Puritanisme, Winthrop tidak percaya pada pemisahan gereja-negara.[2] Bagi Winthrop negara dengan agama tidak bisa dipisahkan.[2] Ia percaya bahwa negara bertanggung jawab untuk menegakkan ketentuan dan kebijakan yang berkaitan dengan agama dan ritual keagamaan seperti Sabat dan sejenisnya.[2] Winthrop membantu perkembangan persemakmuran di mana ia terlibat dalam pemungutan suara yang dibatasi hanya untuk anggota gereja laki-laki saja.[2] Pada pemungutan suara tersebut, Winthrop memberikan suaranya agar pemerintahan dipimpin oleh elit aristokrat yang tunduk pada kontrol demokratis.[2] Winthrop menjabat sebagai gubernur Massachusetts selama 12 periode dan dianggap sebagai pemimpin yang baik.[7] Ia juga memiliki 700 pengikut pada tahun 1630.[7] Namun pada tahun 1636, ia berkonflik dengan salah satu pengikutnya, Roger Williams.[7] Akibat dari konflik tersebut, Rogers Williams dipaksa untuk meninggalkan koloni.[7] Selain itu, Winthrop juga pernah berkonflik dengan pengikutya yang lain, Anne Hutchinson.[7] Anna Hutchinson mengkritik para menteri New England karena dianggap telah menipu jemaat mereka dengan sebuah anggapan yang keliru.[7] Anggapan tersebut adalah bahwa perbuatan baik akan membawa mereka ke surga.[7] Akibat dari pendapat Anne Hutchinson yang dianggap keliru, Withrop mengusirnya dari koloni.[7] Pada 1645 Winthrop menjadi presiden pertama Konfederasi Inggris Baru.[7] Winthrop's History of New England diterbitkan setelah kematiannya pada tahun 1649.[7] Referensi
|