Johannes Ludwig Chrisostomus Abineno
J. L. Ch. Abineno (07 Desember 1917 – 22 Januari 1995) adalah seorang Pendeta dari Gereja Masehi Injili di Timor kelahiran Baun yang pernah menjabat sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta.[1][2] Riwayat HidupLatar belakang Abineno adalah Kalvinis.[2] Abineno mendapatkan gelar doktoralnya di Rijksuniversiteit di Utrecht, Belanda.[2] Disertasinya yang berjudul Liturgische vormen en patronen in de Evangelische Kerk op Timor ditulis pada tahun 1956. Di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, Abineno mengajar dibidang Teologi Praktika.[2] Dia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Persekutuan Gereja di Indonesia pada tahun 1964-1980.[2] Beliau menulis banyak buku di bidang teologi khususnya di bidang Praktika.[2] Abineno juga merupakan salah satu pendiri Yayasan Musik Gereja Indonesia (Yamuger) bersama-sama sejumlah tokoh musik gereja (termasuk DR. Alfred Simanjuntak) di Jakarta pada tahun 1967 .[3] PandanganPandangan teologis Abineno mengenai hubungan manusia dan Allah adalah manusia memiliki relasi yang sangat dekat dengan Allah. Akibatnya, manusia tidak dapat berkata-kata mengenai penyataan Allah tanpa membicarakan mengenai manusia, dan juga tidak dapat berkata-kata tentang manusia tanpa berkata-kata juga mengenai penyataan Allah.[4] Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa Allah juga ada bersama-sama dengan kita dalam dunia di mana kita hidup.[4] Walaupun demikian, ia menjelaskan bahwa hal itu tidak berarti bahwa Allah selalu berada di dunia dengan manusia dan dapat datang apabila Allah berkehendak untuk datang di dalam dunia ini.[4] Menurut Abineno, salah satu bentuk hubungan antara Allah dengan manusia dalam Alkitab adalah dengan perjanjian.[4] Abineno melihat di dalam perjanjian tersebut ada inisiatif Allah.[4] Contoh: dalam Kej 17:2 dikatakan "Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau" (Dalam bahasa aslinya, kalimat tersebut berbunyi ""Aku akan memberikan perjanjianKu kepadamu").[4] Lebih lanjut, Abineno berpendapat bahwa kata "perjanjianKu" tersebut menyatakan bahwa Allah adalah yang terpenting dari perjanjian tersebut.[4] Lihat pulaReferensi
|