Jimbe, Kademangan, Blitar
Jimbe adalah desa yang berada di kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Di desa ini terdapat industri rumah tangga yang bergerak dalam pembuatan kendang, gamelan, industri batu kapur/gamping. Desa ini terletak pada ketiggian tempat 120 meter dari permukaan laut. SejarahMenurut legenda, nama Jimbe berasal dari nama keris pusaka milik Empu Supo Anom, Umyang Jambe. Akan tetapi menurut beberapa narasumber (Tutur Tinular), Jimbe disini berasal dari nama Keris Umyang Jimbe buatan Empu Supo Anom. Keris Umyang Jimbe sendiri merupakan keris hebat yang banyak diburu para lelaku spiritual hingga pejabat akibat dahsyatnya kekuatan yang dimilikinya, seperti memberi kelancaran rejeki hingga melanggengkan masa jabatan. Oleh karena itu, masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan sebutan, Mbah Umyang. Jimbe sendiri menurut masyarakat sekitar berasal dari kata JIM (Jin) dan BE yang berarti minum jadi istilah "JIMBE" adalah "JIN yang Mampir Minum" di tanah perdikan yang di babat oleh Empu Supo. Tetapi ada juga Tutur tinular yang menyebutkan bahwa Jimbe atau Djembe adalah sebuah daerah tempat berkumpulnya orang-orang dalam sebuah momen acara dengan hati damai, sejahtera dan bersuka cita, sebagaimana disebutkan Kitab Negarakertagama Pupuh 61 yang terjemahannya berbunyi kurang lebih seperti ini " Tahun Saka Tiga Badan dari bulan Waisaka (1283), Baginda Raja Berangkat ke Palah dan mengunjungi Jimbe untuk menghibur Hati di Lwang Wentar menentramkan cita". Sehingga dapat disimpulkan bahwa selain Raja Majapahit ke empat (Prabu Hayam Wuruk) masih banyak lagi tokoh-tokoh Nusantara berkunjung Ke Jimbe untuk sekedar berhibur atau mencari hiburan. Nama "Jimbe" hingga sekarang tetap bernama Desa Jimbe yang terletak di Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Di desa ini terdapat suatu tinggalan arkeologi berupa kekunaan Jimbe, sedangkan warga setempat menyebutnya dengan “Mbah Umyang”. Tinggalan yang berada di situs ini berupa beberapa fragmen arca, arca nandi, beberapa batu candi, umpak, bagian kepala katak, bak air, lumpang batu, dan fragmen yoni.[1] Selain itu juga terdapat batu bertulis yang merupakan angka tahun 1208 Saka atau 1286 Masehi.[2] Menurut sumber yang lain (Kitab Negara Kertagama) Jimbe adalah tempat persinggahan Raja Hayam Wuruk sebelum melanjutkan perjalanan ke Simping (Sumberjati) terbukti dengan adanya peninggalan sejarah yang biasa disebut "Pripihan" atau Tempat Penumbalan, sehingga Jimbe sarat akan peninggalan- peninggalan mistis. Selain itu, Desa Jimbe juga tidak lepas dari SINDEN (Waranggono, Singir) yang dalam bahasa jawa adalah sebutan bagi Wanita yang bernyanyi mengiringi alunan Gamelan. Terbukti dengan adanya Petilasan Nyai Ronce keturunan dari Adipati Kanigoro (Cikal Bakal Bupati Blitar di Era Modern) dan Nyai Gadung Melati (Pajajaran). Definisi Sinden menurut Tokoh seni salah satunya Dalang Kondang Nusantara Ki Mujoko Raharjo, bahwa Sinden berasal dari kata "Pasindhian" yang berarti yang melantunkan lagu. Sinden disebut juga "Waranggana" yang berasal dari kata Wara yang berarti perempuan dan Anggana yang berarti sendiri. Pada jaman dahulu Waranggana adalah satu-satunya wanita diatas panggung pagelaran Wayang atau Klenengan. Namun di era Ki Narto Sabdo sudah banyak pengembangan tentang Sinden. Beberapa tahun ini Pelestari Budaya Putu Umyang Jimbe mencoba untuk melestarikan adat istiadat yang menjadi bagian dari kearifan lokal Desa Jimbe yakni Jamasan Pusaka dan pentas Kesenian rakyat yang diadakan setiap pergantian tahun saka (Pringatan Tahun Baru Saka) yang diperingati setiap tanggal 1 Suro (Penanggalan Jawa) BatasBatas wilayah Desa Jimbe:
Referensi
|