Jeffrie Geovanie
Drs. H. Jeffrie Geovanie, M.Si. (lahir 5 Agustus 1967), merupakan pengusaha dan politikus Indonesia yang menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia. Ia pernah duduk sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari daerah pemilihan Sumatera Barat hasil Pemilu Legislatif 2014. Ia juga pernah menjabat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat melalui Partai Golongan Karya dari daerah pemilihan Sumatera Barat I hasil Pemilu Legislatif 2009. Riwayat HidupLatar belakangJeffrie dilahirkan di Jakarta dari kedua orang tua yang sama-sama berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.[2] Ayahnya merupakan seorang profesional dengan tugas terakhir di yayasan milik PBB yang mengurus soal pengungsi Vietnam di Pulau Galang.[3] Ibu Jeffrie adalah seorang pegawai negeri sipil yang menjadi orang tua tunggal saat Jeffrie kecil karena ayahnya meninggal dunia. Karena gaji yang tidak mencukupi, ibunya bekerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jeffrie mengaku dididik dalam pendidikan yang keras dalam beragama, bahkan di masa kanak-kanak pun bersekolah di dua sekolah, yaitu sekolah negeri dan sekolah agama. Ia telah menunaikan ibadah haji bersama istrinya pada tahun 2000.[4] Istrinya, Diana Singgih, adalah putri dari mantan Jaksa Agung Republik Indonesia, Singgih.[2] Jeffrie Geovanie menyelesaikan pendidikan sarjana di jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Nasional, Jakarta pada 1992. Ia pernah menjabat Sekretaris Jenderal Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Nasional periode 1988–1989.[5] Ia meraih gelar Magister Sains dari Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta pada 2008.[6] KarierSebagai seorang profesional, Jeffrie pernah bekerja sebagai staf American Express Bank Ltd Jakarta (1989–1992), Direktur PT Surabaya Land (1993–1995), Direktur Trego Holdings Ltd Singapore (1996–1997),[5] serta Direktur Bank Artha Prima Jakarta.[butuh rujukan] Selanjutnya dia berwiraswasta di bidang hotel dan properti.[butuh rujukan] Karier sosialnya dimulai ketika ia menjadi Bendahara Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Provinsi Bali periode 1997–1998.[5] Ia bergabung dalam kepengurusan Muhammadiyah dengan menjabat sebagai Ketua Majelis Hikmah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Bali dan Wakil Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2000–2005 dan 2005–2010.[7][8][9] Ia bahkan pernah mencalonkan diri sebagai calon Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 2010.[10][11][12][13] Pada tahun 2002, Jeffrie mendirikan Syafii Maarif Foundation—Maarif Institute, sebuah LSM yang aktif mengkaji masalah kebudayaan dan kemanusiaan.[14] Dalam lembaga tersebut ia duduk sebagai Ketua Yayasan. Kemudian pada 2004 ia juga mendirikan Yayasan Indonesia Untuk Semua—The Indonesian Institute sekaligus menjabat sebagai direktur eksekutif hingga 2008.[15] Jeffrie juga aktif sebagai salah seorang Dewan Penasehat Center for Strategic and International Studies, Indonesia. Ia pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) periode 2004–2008, tetapi ia mundur pada 2005.[16] Ia juga menjadi salah seorang anggota Dewan Redaktur Penerbitan Balai Pustaka.[butuh rujukan] Jeffrie kemudian bergabung dalam kancah politik melalui Partai Amanat Nasional (PAN) dengan menjabat Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Provinsi Bali pada 2002 dan pengurus The Amien Rais Center.[17][18][19][20] Pada tahun 2005, karier politiknya menanjak saat dicalonkan sebagai kandidat Gubernur Sumatera Barat oleh Koalisi Sakato yang berisikan 16 partai politik, berpasangan dengan akademisi Dasman Lanin sebagai wakilnya. Dalam Pilkada tersebut, meski belum berhasil menjadi yang pertama, tetapi JG berhasil menduduki peringkat ketiga di bawah pasangan Gamawan Fauzi–Marlis Rahman serta Irwan Prayitno–Ikasuma Hamid.[21] Majalah Tempo mencatat Jeffrie hanya pernah tiga kali berkunjung ke Sumatera Barat selama proses kampanyenya sebagai calon gubernur.[22] Ia mengaku diminta oleh pimpinan Pengurus Pusat Muhammadiyah untuk menjadi calon gubernur Sumatera Barat. Ia meminta Muhammadiyah untuk menyiapkan pencalonannya mulai dari tingkat ranting dan Muhammadiyah mampu menyanggupinya dalam jangka waktu 3 bulan.[23] Menyongsong pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2007, ia mengaku kembali diminta Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir untuk maju sebagai bakal calon gubernur berpasangan dengan Sarwono Kusumaatmadja, meskipun masih ditolak oleh Partai Kebangkitan Bangsa.[23] Jeffrie pernah menjabat Wakil Direktur Lembaga Eksekutif Lembaga Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar 2008–2009.[6][5] Pada Pemilu 2009, Jeffrie berkampanye di bawah naungan Partai Golkar. Kali ini kiprahnya bersama Golkar menuai sukses dengan terpilihnya JG sebagai anggota DPR periode 2009-2014. Ia ditempatkan di Komisi I DPR.[6] Pada 2010, ia mengakui bahwa ia sering kali bolos dari Rapat Paripurna DPR, tetapi rajin menghadiri rapat komisi. Biro Persidangan Kesekjenan DPR mencatat Jeffrie mangkir enam kali tidak hadir tanpa keterangan dalam masa persidangan Januari–Juni 2010.[24] Namun pada Maret 2012, JG mengejutkan publik melalui pernyataan pengunduran dirinya dari Golkar.[1] Beberapa sinyalemen media mengungkap kaitan pengunduran diri ini dengan rencana JG berkonsentrasi di organisasi masyarakat, Nasional Demokrat (NasDem) dan pindah partai politik ke Partai NasDem.[25] Karier politik JG berlanjut pada Pemilu 2014. Dia berhasil terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia dari daerah pemilihan Provinsi Sumatera Barat dengan raihan 195.930 suara, terbanyak ketiga setelah Irman Gusman dan Emma Yohanna.[26] Pada bulan November 2014 ia mendirikan Partai Solidaritas Indonesia, di mana dalam struktur partai ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina.[27] Selain terlibat aktif di bidang usaha, organisasi sosial dan politik, JG juga aktif menulis. Buku yang telah diterbitkannya antara lain: Transisi Demokratisasi di Indonesia dan Membela Akal Sehat yang merupakan kumpulan tulisan yang tersebar di Koran Kompas, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Rakyat Merdeka, Jawapos, Koran Tempo, Sindo, dll. Referensi
Pranala luar |