Jayastamba Burung Nasar

Jayastamba Burung Nasar
Jayastamba Burung Nasar di Museum Louvre (tampak depan dan belakang)
Bahan bakuGamping
Ukuranheight: 180 meter (590 ft)
width: 130 meter (430 ft)
thickness: 11 sentimeter (4,3 in)
Sistem penulisanAksara baji Sumer
DibuatSekitar tahun 2475 SM
DitemukanSekitar tahun 1883
Taluh, Zikar, Irak
Ditemukan olehErnest Sarzec
Lokasi sekarangMusée du Louvre, Paris
IdentifikasiAO 16 IO9, AO 50, AO 2246, AO 2348
RegistrasiCDLI P222399

Jayastamba Burung Nasar adalah prasasti dari babak Kulawangsa Perdana IIIb (tahun 2600–2350 SM) di Mesopotamia yang dibuat untuk memperingati kemenangan negara kota Lagasy atas tetangganya, Uma. Jayastamba ini diukiri bermacam-macam adegan pertempuran maupun peribadatan, dan dinamakan Burung Nasar karena ada ukiran burung-burung nasar pada salah satu adegan. Jayastamba Burung Nasar dipahat dari satu lempengan utuh batu gamping, tetapi hanya tujuh patahannya yang diketahui sintas hingga kini. Patahan-patahan tersebut ditemukan di Taluh (Girsu kuno), kawasan selatan Irak, pada dasawarsa 1880-an, dan kini terpajang di Musée du Louvre. Jayastamba ini ditegakkan sebagai tugu peringatan kemenangan Eanatum Raja Lagasy, atas Usy Raja Uma,[1][2] dan merupakan monumen peringatan perang tertua yang diketahui saat ini.[3]

Penemuan

Jayastamba ini tidak lagi utuh; saat ini hanya tujuh patahannya yang diketahui sintas. Tiga patahan ditemukan dalam ekskavasi yang dilakukan arkeolog Prancis Ernest de Sarzec pada permulaan dasawarsa 1880-an di situs arkeologis Taluh, Girsu kuno, di kawasan selatan wilayah Irak saat ini. Tiga patahan lagi ditemukan dalam ekskavasi yang dilakukan dari tahun 1888 sampai 1889. Patahan ketujuh, yang baru belakangan dipastikan sebagai bagian dari Jayastamba Burung Nasar dan diduga berasal dari Taluh, didapatkan Museum Inggris dari pasar barang antik pada tahun 1898. Sesudah dua kali menolak permohonan untuk menyerahkan patahan tersebut kepada pihak Musée du Louvre, Museum Inggris akhirnya rela melepaskannya pada tahun 1932 supaya dapat disatukan dengan enam patahan lainnya pada rekonstruksi Jayastamba Burung Nasar.[4] Isi prasasti pertama kali diterjemahkan oleh F. Thureau-Dangin pada tahun 1907.[5]

Deskripsi

Seperti yang tampak pada rekonstruksinya di Museum Louvre, Jayastamba Burung Nasar dalam keadaan utuh berukuran tinggi 1,80 meter (5 ft 11 in), lebar 130 meter (430 ft), dan tebal 11 sentimeter (4,3 in), dengan sisi atas yang melengkung. Jayastamba dari selempeng utuh batu gamping yang dihiasi ukiran pada kedua sisinya ini[6] dapat ditempatkan di dalam tradisi kawasan selatan Mesopotamia pada pertengahan hingga akhir milenium ke-3 SM, yang merayakan kejayaan militer dengan monumen-monumen dari batu. Monumen lain dari Mesopotamia yang serupa dengan Jayastamba Burung Nasar adalah Jayastamba Naram-Sin, yang berasal dari babak Akad, yakni kurun waktu yang menyusul babak Kulawangsa Perdana III.[7]

Patahan Jayastamba Burung Nasar

Sisi yang satu menampilkan adegan-adegan dengan ciri khas yang berlainan dari adegan-adegan pada sisi yang lain, dan oleh sebab itu telah ditafsirkan sebagai sisi mitologis dan sisi historis. Sisi mitologis dibagi menjadi dua rangkaian gambar. Rangkaian gambar atas yang lebih besar ukurannya menampilkan gambar sesosok pria tinggi besar dengan sebatang gada di tangan kanannya dan seekor anzû atau rajawali berkepala singa di tangan kirinya. Anzu menandakan bahwa sosok tersebut adalah Dewa Ningirsu. Di bawah anzu terdapat jaring yang sarat dengan jasad pria tanpa busana. Di belakang Ningirsu berdiri sesosok perempuan berukuran tubuh lebih kecil yang mengenakan bulang hulu bertanduk, dan dari balik punggungnya tampak menyembul beberapa batang gada. Semua ciri tersebut menandakan bahwa sosok yang digambarkan adalah Dewi Ninhursag. Rangkaian gambar bawah yang lebih kecil ukurannya tidak begitu baik terlestarikan, tetapi jika dibandingkan dengan gambar-gambar sezamannya, maka mungkin saja yang digambarkan adalah adegan Dewa Ningirsu yang sedang berdiri di atas sebuah kereta perang yang dihela satwa-satwa mitologis.[6] Berdasarkan analisis yang lebih mutakhir, diduga bahwa yang sesungguhnya digambarkan adalah sebuah kereta yang tengah melaju mendekati Ninhursag yang sedang berdiri di luar sebuah bangunan suci.[8]

Patahan yang memuat gambar burung-burung nasar dengan kepala manusia pada paruhnya dan potongan tulisan dalam aksara baji

Sisi historis dibagi menjadi empat rangkaian gambar horisontal. Rangkaian gambar teratas menampilkan sosok Eanatum, ensi atau kepala negara kota Lagasy (namanya terukir di sekeliling kepalanya), yang sedang memimpin sepasukan prajurit memasuki kancah pertempuran dalam formasi falangs, sementara jasad musuh mereka terinjak-injak di bawah derap langkah kaki mereka. Di atas kepala mereka, burung-burung nasar yang mengilhami penamaan jayastamba ini terlihat beterbangan di angkasa membawa kepala musuh-musuh Lagasy pada paruhnya. Rangkaian gambar kedua menampilkan gambar sepasukan prajurit yang sedang berbaris memanggul tombak di belakang sang raja, yang mengendarai sebuah kereta perang dan menggenggam sebatang tombak. Rangkaian gambar ketiga menampilkan potongan kecil dari gambar yang kemungkinan besar adalah sosok seseorang yang tengah duduk di kursi. Di hadapannya ada seekor lembu tertambat sementara seorang pendeta tanpa busana sedang berdiri di atas seonggok bangkai hewan sembari menuangkan kurban curahan ke atas dua batang tanaman yang tumbuh di jambangan. Di sebelah kiri adegan tersebut tampak seonggok jenazah tanpa busana dikelilingi para buruh yang mengenakan rok dan menyunggi keranjang. Hanya sebagian kecil dari rangkaian gambar keempat yang terlestarikan, memperlihatkan gambar tangan yang menggenggam tombak yang menyentuh kepala musuh.[6] Beberapa Sumerolog memperkirakan bahwa kalimat yang tertera di dekat kepala musuh jika direkonstruksi akan berbunyi "Kalbum Raja Kisy".[9]

Tulisan-tulisannya tidak terlestarikan dengan baik. Tulisan-tulisan tersebut mengisi bagian kosong di sela-sela gambar adegan, dan bersambung dari satu sisi ke sisi lain. dari kurang lebih 840 baris tulisan yang tertera pada Jayastamba Burung Nasar, tinggal 350 baris yang masih utuh dan 130 baris yang terlestarikan sebagian.[10] Tulisan pada prasasti menggunakan aksara baji Sumer. Dari tulisan-tulisan tersebut dapat diketahui bahwa jayastamba ini dibuat atas perintah Eanatum, ensi atau kepala negara kota Lagasy sekitar tahun 2460 SM. Pada prasasti ini Eanatum menjabarkan sengketa Lagasy dengan Uma terkait Gu-Edin, sebidang lahan garapan yang terletak di antara kedua negara kota itu.[6] Sengketa tersebut diselesaikan di medan pertempuran yang akhirnya dimenangkan Eanatum, insan kekasih Dewa Ningirsu. Seusai pertempuran, kepala negara kota Uma bersumpah rela diazab dewata jika lancang menyerobot tanah milik Lagasy.[11]

Rujukan

  1. ^ Sallaberger, Walther; Schrakamp, Ingo (2015). History & Philology (PDF). Walther Sallaberger & Ingo Schrakamp (eds), Brepols. hlm. 74–75. ISBN 978-2-503-53494-7. 
  2. ^ The Cities of Babylonia (dalam bahasa Inggris). Cambridge Ancient History. hlm. 28. 
  3. ^ Bahrani, Z. 2008. Rituals of war: The body and violence in Mesopotamia, New York: Zone Books.
  4. ^ Barrelet, Marie-Thérèse (1970). "Peut-On Remettre en Question la "Restitution Matérielle de la Stèle des Vautours"?". Journal of Near Eastern Studies (dalam bahasa French). 29 (4): 233–258. doi:10.1086/372081. JSTOR 543336. 
  5. ^ F. Thureau-Dangin, "Die sumerischen und akkadischen Königsinschriften" (SAKI). Leipzig, hlmn. 10-21, 1907 (transliteration and translatio
  6. ^ a b c d Winter, Irene J. (1985). "After the Battle is Over: The 'Stele of the Vultures' and the Beginning of Historical Narrative in the Art of the Ancient Near East". Dalam Kessler, Herbert L.; Simpson, Marianna Shreve. Pictorial Narrative in Antiquity and the Middle Ages. Center for Advanced Study in the Visual Arts, Symposium Series IV. 16. Washington DC: National Gallery of Art. hlm. 11–32. ISSN 0091-7338. 
  7. ^ Pollock, Susan (1999). Ancient Mesopotamia. The Eden that Never Was. Case Studies in Early Societies. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 181. ISBN 978-0-521-57568-3. 
  8. ^ van Dijk-Coombes, Renate Marian. "Lions and Winged Things: A Proposed Reconstruction of the Object on the Right of the Lower Register of the Mythological Side of Eannatum's Stele of the Vultures." Die Welt Des Orients, jln. 47, no. 2, 2017, hlmn. 198–215
  9. ^ Thorkild Jacobsen, Toward the image of Tammuz and other essays on Mesopotamian history and culture 1970, hlm. 393; Eva Strommenger, Five thousand years of the art of Mesopotamia 1964 hlm. 396
  10. ^ Alster, Bendt. "Images and Text on the 'Stele of the Vultures.'" Archiv Für Orientforschung, jld. 50, 2003, hlmn. 1–10
  11. ^ Frayne, Douglas R. (2008). Presargonic Period (2700-2350 BC). Royal Inscriptions of Mesopotamia: Early Periods. 1. Toronto: University of Toronto Press. hlm. 126–140. ISBN 978-0-8020-3586-8. 
  12. ^ Sallaberger, Walther; Schrakamp, Ingo (2015). History & Philology (PDF). Walther Sallaberger & Ingo Schrakamp (eds), Brepols. hlm. 74–76. ISBN 978-2-503-53494-7. 
  13. ^ Découvertes en Chaldée... / publiées par L. Heuzey . 1ère-4ème livraisons / Ernest de Sarzec - Choquin de Sarzec, Ernest (1832-1901). hlm. Plate XL. 

Bacaan lanjutan

  • Nadali, Davide. "How many soldiers on the 'Stele of the Vultures'? A hypothetical reconstruction." Irak, jld. 76, 2014, hlmn. 141–148
  • Romano, L., La Stele degli Avvoltoi. Una rilettura critica, in Vicino Oriente, XIII, 2007, hlmn. 205–212, 3–23
  • Winter, Irene J. "Eannatum and the 'King of Kish'?: Another Look at the Stele of the Vultures and 'Cartouches' in Early Sumerian Art." Zeitschrift für Assyriologie und vorderasiatische Archäologie 76.2 (1986): 205-212

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya