Jayamedho
Bhikkhu Jayamedho Thera adalah seorang bhikkhu keturunan Madura.[1] Sebelum memasuki kebhikkhuan, beliau selalu mendedikasikan hidupnya untuk berbagai organisasi dan aktivitas sosial Buddhis. Beliau adalah pendiri organisasi Buddhis seperti Magabudhi, Dhammadipa Arama Center, dan Walubi.[2] Bhikkhu Jayamedho Thera berpartisipasi pada berbagai konferensi Buddhis dan lintas-agama internasional di Myanmar, Sri Lanka, Thailand, New York, Seoul, India, dan Indonesia. Beliau menerima pentahbisannya sebagai Bhikkhu pada bulan Maret 2011[2] di bawah naungan Sangha Theravada Indonesia.[3] BiografiBhikkhu Jayamedho terlahir dengan nama Herman S. Endro. Ia dilahirkan di Surabaya pada tahun 1941. Ia mengambil pendidikan sarjana hukum di Bandung dan aktif dalam organisasi pemuda Buddhis selama itu.[2] Ia lulus S1 Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran pada tahun 1967.[4] Pengalaman kerjaPengalaman kerja profesional Herman S. Endro, SH. diakui oleh berbagai perusahaan, seperti British American Tobacco, Unilever, Indofood, dan sebagainya. Ia juga menerima pengakuan untuk pengalaman bekerjanya yang lebih dari 15 tahun oleh asosiasi pebisnis Indonesia.[2] Berikut ini adalah daftar pengalaman kerja Herman S. Endro, SH.:[3]
Pengalaman organisasiBerikut ini adalah daftar pengalaman organisasi Herman S. Endro, SH.:[3]
Konferensi tingkat internasional yang pernah diikuti:[3]
PenghargaanPada tahun 1985, Raja Thailand memberikan pernghargaan kepada Bhikkhu Jayamedho karena telah aktif menyebarkan Theravada dan membangun Vihara Dhamma Cakka Jaya di Jakarta. Ia juga menerima berbagai penghargaan dari organisasi-oraganisasi pendidikan Buddhis yang lain.[2] Berikut adalah daftar penghargaan yang pernah diterima:[3]
Kehidupan religiusPenahbisanHerman S. Endro menerima penahbisan sebagai Samanera (PABBAJJÃ) di Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya pada Tanggal 16 Maret 2011. Penahbisnya (Upajjhãya) adalah Y.M. Sukhemo Mahathera. Selanjutnya, ia langsung menerima penahbisan sebagai Bhikkhu (UPASAMPADÃ) dengan nama penahbisan Jayamedho dan penahbis (Upajjhãya) yang sama, yaitu Y.M. Sukhemo Mahathera.[5] PelayananDalam sesi bedah buku Memoar Bhikkhu Jayamedho, seorang pembicara bernama Jo Priastana dari Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda yang berlokasi di Cakung, Jakarta Timur, menyatakan bahwa sosok Herman S. Endro merupakan salah satu sosok penting dalam perjalanan sejarah umat Buddha di Indonesia, terutama sejak terjadinya peristiwa Buddha Jayanti pada tahun 1950-an. Pada fase ini, beberapa figur Buddhis tampil dalam polemik pendefinisian Tuhan dalam Buddhisme. Herman S. Endro terlibat secara mendalam hingga akhirnya negara mengakui Buddhisme sebagai agama.[1] Referensi
Pranala luar
|