Jatisobo, Polokarto, Sukoharjo

Jatisobo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSukoharjo
KecamatanPolokarto
Kode pos
57555
Kode Kemendagri33.11.07.2015 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°37′6″S 110°54′16″E / 7.61833°S 110.90444°E / -7.61833; 110.90444


Jatisobo (bahasa Jawa: Jatisaba) adalah desa di kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.

Kata Jatisobo, merupakan nama yang berasal dari berbagai narasi dan cerita-cerita legenda atau sejarah yang diceritakan secara turun-temurun, baik tertulis maupun verbal.

Salah satu sumber, menceritakan bahwa kata Jatisobo berawal dari kisah adanya Pohon Jati yang begitu besar ukurannya sehingga bayang-bayang pohon ketika terkena sinar matahari bisa menjangkau lokasi yang sangat jauh (karena sangat besar dan tingginya pohon) bahkan sampai ke wilayah keraton Surakarta.

Ada sumber lain yang sempat dituliskan dalam arsip Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Jawa Tengah, terbit pada tahun 1995, dengan ringkasan narasai sebagai berikut:

Kisah pengembaraan pemuda desa yang gigih menatap masa depannya, kisah ini terjadi pada masa Pemerintahan Mataram Kartasura. Seorang pemuda bernama Moch Imam yang tekun menjalankan ajaran lslam, tekun beribadah, sopan, suka menolong orang yarg kesusahan dan mempunyai ilmu yang tinggl tentang ajaran lslam. Oleh sebab itu tidak mustahil apabila Moch. Imam ini disegani oleh warga masyarakat dimana ia bertempat tinggal. la mempunyai jiwa kesatria, oleh sebab ltu senang menolong orang tanpa pamrih. Pada dasarnya sifat kesatria kalau menolong tanpa membedakan kenal atau belum. Moch lmam ini sering memberikan pelajaran tentang lslam kepada anak-anak di kawasan la berternpat tinggal.

Di tengah-tengah masyarakat pemuda ini cukup dikenal, oleh setiap orang baik orang tua, pemuda, anak-anak tahu namanya dan perilakunya. Bahkan dikalangan lstana, para punggawa dan keluarga raja mendengar cerita tentang kelebihan pemuda Moch. lmam. Raja mendengar klsah tersebut kemudian lngin berbincang bincang dengannya. Kemudlan Raja memerintahkan punggawanya;

Raja : Punggawa, tolong panggilkan Moch. Imam, agar menghadap ke lstana,   dan carilah sampai ketemu, tempatnya di desa Gumpang dan buktikan perilakunya serta kemampuannya apakah sepertl yang saya dengar.
Punggawa : Baiklah sang Prabu, akan kami laksanakan

Berangkatlah punggawa tersebut dlsertai dua orang temannya. Lama perjalanan sekitar setengah hari menuju Desa Gumpang. Pada tengah hari ketiga orang tersebut sampailah di Desa Gumpang. Di Desa Gumpang ketiga punggawa langsung menemui kepala desa setempat, mencerltakan maksud sang raja ingin memanggil Moch. Imam untuk menghadap. Tanya punggawa utusan tersebut ada seorang anak muda bernama Moch. Imam di sini ? anak tersebut namanya terkenal di beberapa desa, termasuk juga dl wilayah istana. Setelah berbincang-bincang antara ketiga punggawa, dengan kepala Desa Gumpang, maka langsung kepala desa mengantarkan ketiga punggawa tersebut ke rumah pemuda Moch. lmam. Akhlrnya lancar pula tugas ketiga punggawa ltu. Tepat tengah hari tibalah mereka di rumah Moch. Imam dan bertemu langsung dengan dia. Dengan rasa hormat dan takut Moch. lmam menerima ketiga punggawa kraton ini, penuh rasa pertanyaan dalam hatinya, apa yang akan terjadi ?. Sebab tanpa ada berita, tahu-tahu ada utusan dari kerajan bersama kepala desa mencari saya?...; (Gumarn Moch. imam).

Setelah mereka semua sudah dipersilahkan masuk dan duduk di pondoknya yang sederhana itu, maka mulailah pemuda ini menyampalkan salam hormatnya kepada rombongan punggawa kraton tersebut, sambil mempersilahkan minum air yang telah disediakan.

Setelah masing-masing meneguk air yang disediakan, kemudian kepala desa menyampaikan maksud kedatangan para punggawa kraton ini ;

Kepala Desa : Kedua pembesar ini datang kemari mengemban tugas dari sang  raja untuk memanggil ananda Moch. Imam. Untuk selanjutnya; silakan para punggawa menyampaikan pesan raja secara jelas.
Punggawa : Ananda Moch. Imam, saya diperintah Raja agar menyampaikan perintah. Ananda minta menghadap raja, mengenai urusan apa nanti akan diberitahu setelah sampai di lstana. Sanggupkah kiranya?...
Moch. Imam : Baiklah kami akan mematuhi, kapan kami harus menghadap
Punggawa : Sebaiknya sekalian bersama-sama kami para utusan.

Setelah selesai pembicaraan di antara mereka, maka secara bersama-sanra mereka menuju ke lstana Mataram yang berpusat di Kartosura, Setelah sampai di lstana Mataram di Kartosura segera dihadapkan kepada raja.

Dengan rasa hormat bercampur rasa cemas, Moch. Imam menyampaikan salam hormat dan siap, menerima perintah. Raja menyapa dan bertanya: benarkah kamu yang bernama Moch. Imam ? Jawabnya betul tuan saya rakyat Mataram, kami anak dari desa Gumpang terletak di sebelah Timur lstana Mataram Kartosura. Setelah saya nrendengar cerita penduduk dan laporan para punggawa, saya minta saudara bersedia menjadi punggawa kraton atau 'abdi dalem kraton' untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan.

Jawab Moch. lmam ; "Sendiko" kami menerima semua perintah raja. Mulai saat itulah Moch. Iman dipersilahkan tinggal di lingkungan kraton dan diberi Jabatan 'Khotib' dengan gelar 'Kyai Khotib Imam'.

Berbekal kemampuan, kesetiaan dan kejujuran serta taqwanya kepada Tuhan Yang Esa. Kyai Khotib Imam mampu mengemban tugas dan kepercayaan raja. Oleh sebab itu kalangan kraton makin dikenal. Sesuai tugasnya mengurus soal keagamaan, terutama agama Islam, melalui pengajian dan kegiatan-kegiatan lain tentang pembinaan agama.

Keadaan selalu berubah ibarat berputarnya roda, demiklan Juga keadaan keluarga Kyai Khotib Imam maupun keadaan Kraton Kartosura, dalam sekejab mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh timbulnya pemberontakan orang orang cina terhadap kompeni di Batavia, yang melarikan diri ke Tlmur dikejar-kejar lari ke Kraton Kartosura, Kraton Kartosura mengalaml goncangan, yaitu diserang Kompeni dalam rangka pengejaran orang-orang Clna yang berlindung di Kartosura. Pada peristiwa Itu Sunan Pakubuwono ll dan para punggawa kraton meninggalkan lstana, menyelamatkan diri ke desa dan hutan di sekilar wilayah kraton Kartosura. Di dalam pelarian ltu ikut pula didalamnya Kyai Khotib lmam, keluar masuk desa dan hutan. Cobaan hidup tidak dapat dihindari oleh Kyal Khotlb Imam. Di tengah-tengah keadaan pemerintahan yang kacau, karena ada "Ontran-ontran Geger Pecinan" lstrinya dipanggil Yang Maha Kuasa. Akhirnya dengan penuh bahaya Kyai Khotib Imam kembali ke rumahnya di Gumpang untuk memakamkan lstrinya di kampung Gumpang. Sepeninggal lstrinya Kyai Khotlb Imam memutuskan tidak kemball ke lstana / kraton Kartosura, tetapi lngin hidup dalam pengembaraan di desa dan hutan untuk mencari jalan hidupnya sendiri. la lngin mengembangkan dan menyebarkan ilmu dan kemampuannya di dalam masyarakat. Maka sesual cita-citanya la menyebarkan ajaran lslam. Untuk melaksanakan cita-citanya, Kyai Khotib Imam mengembara ke arah Timur Kraton Kartosura. Pertama kali melakukan dakwah dan berbuat kebajikan kepada setiap orang yang ditemui sepanjang perjalanannya. Hari demi hari terus dalam pengembaraan dan akhirnya sampai di desa Jatisari (sekarang terletak di daerah Joho Kec. Mojolaban). Di daerah tersebut Kyai Khotib Imam mulai tersentuh batinnya untuk tinggal, di desa tersebut meskipun masih merupakan desa-desa kecil. Kemauannya telah kokoh untuk bermukim dan menyebarkan ajaran Islam di daerah Jatisari itu.

Mengawali pekerjaannya dalam berdakwah dia mulai mengadakan da'wah kepada keluarga sendiri dan tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini dilakukan secara terus menerus secara rutin dan tekun kepada setiap orang, akhirnya semaldn banyak orang yang mendengar dan mengikuti. Selaras dengan berputarnya waktu Jumlah pengkut semakln banyak maka dia akhirnya mengangkat murid-muridnya yang pandai taat dan memahami ajaran Islam untuk membantu kegiatan da'wah.

Di desa Jatisari Kyai Khotib Imam tldak jemu-jemunya memberi penyuluhan tentang pertanian, tata krama kepada penduduk, sehingga tata kehidupan dan kebutuhai penduduk semakin hari semakin lebih baik. Anak-anak mulai senang "ngaji" di desa Jatisari ini. Untuk kelengkapan ibadah sesuai ajaran Islam Kyai Khotib lmam mendirikan masjid di desa Jatisari. Masjid tersebut mempakan masjid yang pertama kali didirikan oleb Kyai Khotib, selama perjalanan hidupnya. Di daerah Jatisarl Kyai Kbotib akan hidup berumah tangga dengan seorang gadis desa Gagak Sipat (sekarang di daerah Kebak Kramat). Niat berumah tangga ini, dirasa perlu agar perjuangan dan pengabdiannya dapat serasi dengan kehidupan masyarakat. Sehingga la tidak seorang diri ditengah-tengah masyarakat "Cara Jawane ora gontang lakune". Setelah hidup bersama dengan istrinya, maka ia meneruskan perjalanan dan ingin menetap tinggal di Desa Gagak Sipat, Sekejap keluarga Kyai Khotib Imam ini dapat berbaur akrab dengan masyarakat di desa Gagak Sipat Di tengah-tengah penduduk Gagak Sipat Kyai Khotib lmam mendapat kepercayaan oleh tetua desa untuk mengajar ajaran agama lslam. Kyai bersarna penduduk bersama-sama membuat sebuah pondok untuk tempat belajar mengenal ajaran lslam bagi anak-anak.

Dl desa Gagak Sipat Kyai membangun sebuah pondok dan sebuah masjid. Masjid itu sampai saat ini masih bermanfaat bagi penduduk setempat. Di daerah Gagak Sipat Kyai Khotib Imam Juga sangat dekat hubungannya dengan penduduk setempat. Setelah menyebarkan ajaran lslam di Gagak Sipat, pengembaraan dilanjutkan ke desa Kayu Opak. Daerah ini sekarang berada di wilayah kecamatan Polokarto. Dari Kayu Opak dilanjutkan menuju daerah Timur yaitu diwilayah Magetan, sepanjang perjalanannya, tidak ada hari tanpa memberlkan ajaran lslam kepada masyarakat yang dilewati. Tentu saja perjalanan ini memakan waktu lama.

Pada suatu saat muncullah keinginan Kyai Khotib, untuk nrengakhiri kegiatan pengembaraannya dan ingin hidup menetap. Kyai Khotib mencari tempat yang tepat untuk tempat tinggal bersama keluarganya, dan tempat pengembangan ajaran lslam. Untuk mewujudkan hal ltu, maka didasari permohonan yang   sungguh-sungguh kepada Tuhan, Kyai Khotib tekun melakukan doa pada tengah malam hari, dan akhirnya mendapat petunjuk, agar mencari tempat ke arah barat. Sesuai petunjuk yang diperoleh pergilah Kyai Khotib menuju ke Barat dan akhirnya sampailah di hutan "Jati yang lebat dan angker" terletak di arah Timur sungal Bengawan Solo.

Hutan tersebut tidak ada orang yang berani masuk ke hutan Jati itu, karena sering terjadi ada orang masuk hutan itu tidak kembali dan kemungklnan binasa. Kyai Khotib Imam setelah sampal di kawasan hutan ltu, rasanya ingin masuk, sepertl ada yang mendorongnya. Betul Juga setelah la masuk di dalamnya tidak mengalami kesulitan dan bahaya. HaI ini disebabkan hatinya dilandasi keinginan yarg luhur Jiwanya bersih, yaitu datang untuk mencari tempat tinggal yang akan dijadikan tempat mendalami dan menyebarkan ajaran agama.

Di samping mempunyai tujuan baik Kyai Khotib Imam sendirl tidak henti-hentinya memohon pertolongan dan perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik lahir maupun batin.

Pada akhirnya Tuhan mengabulkan Kyai Khotib Imam mendapatkan tempat yang cocok dengan Jiwa dan keinginannya, di dalam hutan Jati itulah di bangun tempat tinggal untuk menetap disertal sebuah pondok tempat belajar agama lslam dan juga sebuah masjid. Di tempat baru ini ia yakin akan dapat hidup tentram beserta keluarganya dan ajaran lslam akan berkembang.

Setelah Kyai Khotib memutuskan untuk membuka hutan sebagal calon tempat tinggal, beliau mengumpulkan para murid terpercaya dan sahabat dekat. Kemudian mereka bersama membicarakan rencana pelaksanaan. Di dalam pertemuan dengan para muridnya terjadi tanya Jawab :

Kyai : Anak-anakku semua para santri, apa kiranya kamu menyetujui dan bersedia membantu saya, Jika saya membuka hutan Jati di sebelah barat desa ini, untuk tempat tinggal kami ?
Santri : Kyai, kami akan menyediakan diri membantu apa yang dapat saya lakukan. Tetapi apa kita mampu mengatasi keganasan hutan tersebut yang dikenal sebagal hutan "angker” dan beritanya banyak orang yang masuk hutan itu mati atau hilang.
Kyai : Nah dengarkan, kita berjalan untuk tujuan baik dan kita serahkan semua ini kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah.
Santri : Baiklah kalau begitu saran Kyai, akan membesarkan hati kami semua para santri.


Setelah para murid mengetahui rencana Kyai Khotib Imam, anak-anak merasa mantap dan percaya diri. Kyai Khotib berhasil nenanamkan keyakinan dan semangat membuka hutan tersebut. Beberapa waktu kemudian Kyai Khotib lmam beserta para santri berdoa untuk memohon petunjuk dan kekuatan lahir maupun batin. Mereka pada saat-saat tertentu melakukan semedi secara bersama-sama agar pelaksanaannya nanti berhasil selamat. Pada suatu hari Kyai Khotib di tengah hutan melakukan semedi di bawah hutan Jati dengan duduk bersila, mata terpejam, hati dan pikiran dikosongkan, menghadap kepada Tuhan. Pada saat itulah datang beberapa utusan Raja Pakubuwono lll untuk mencari kayu Jati yang baik akan digunakan tiang kraton Mataram di pindah ke Surakarta. Karena kraton telah dipindahkan dari Kartosura ke Surakarta.

Para punggawa kraton Mataram (PB Ill) sangat terkejut, melihat ada orang sedang semedi di bawah pohon Jati besar, terletak di tengah hutan yang ganas. Para punggawa tersebut sedang melaksanakan tugas mencari pohon Jati yang bagus dan besar. Pohon Jati yang dicari-cari tidak sembarang pohon Jati akan tetapi sebuah kayu Jati sebagaimana yang diperlambangkan dalam sebuah gambar atau bayangan yang terdapat pada " air kolam lstana ".

Ternyata perintah itu tidak mudah untuk dilaksanakan, sebab mereka harus "meneliti" secara satu persatu pohon Jati yang ada di hutan. Tentu saja tugas itu sudah diberikan kepada para punggawa yang " digdoyo ' atau " linuwlh " lahir dan batinnya. Perjalanan para punggawa ini menuju ke timur, yang masuk pula pada hutan Jati di daerah sebelah barat desa Gagak Sipat.

Setelah para punggawa kraton utusan PB lll masuk hutan "angker" tersebut, mulailah rombongan dipecah. Mereka masing-masing mulai timbul rasa takut, senang dan cemas. Secara tiba-tiba mereka seperti tergerakkan oleh kekuatan gaib, mereka berjaan menuju ke tengah hutan ke arah pohon Jati besar tempat Kyai Khotib semedi, Mereka akhirnya bertemu namun dalam pertemuan yang pertama itu para punggawa utusan PB lll merasa gembira, karena menemukan pohon Jati yang dicari beberapa hari lamanya. Akan tetapi melihat keanehan sikap Kyai Khotib ini mereka tidak ada yang menegur atau menyapa.

Para punggawa utusan PB lll ini cukup mengertl etika dan sopan santun sehingga menemui kejadian ini hanya memeriksa keadaan sekitar dan segera melapor kembali kepada raja demikian : "Baglnda, setelah kaml melakukan perjalanan mencari pohon Jati untuk tiang kraton, sebagaimana Baginda perintahkan, kami para punggawa telah menemukannya. Pohon jati itu terdapat di hutan jati di sebelah Timur Bengawan Solo. Tetapi ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian, bahwa didaerah pohon jati yang kita cari terdapat seorang kyai yang sedang semedi dengan sungguh-sunguh. Oleh karena itu kami belum menegur dan menanya dari mana dan siapa dia serta apa keinginannya ? Hal ini disebabkan

karena dia sedang semedi tidak henti-hentinya bagaikan orang telah meninggal. Dengan pertimbangan etika, dan toleransi maka kami para punggawa tidak berani menyapanya. Demikian yang dapat kami laporkan perihal tugas para punggawa.

Mendengar laporan para punggawa, membuat senang hati raja serta "Nayoko Projoya". Raja memperhatikan laporan para punggawa, dan membenarkan sikap perilaku dalam tugas-tugasnya itu. Raja tidak lupa melontarkan pujian atas keberhasilan para punggawanya menjalankan tugas. Raja sangat bangga karena apa yang dilihat dalam bayangan air kolam istana itu tidak hanya bayangan saja, tetapi terwujud dalam kenyataan.

Perasaan gembira yang tidak dapat diredam maka raja memerintahkan kepada para Punggawa tersebut untuk beristirahat dulu secukupnya. Setelah selesai kemudian dimintanya untuk segera kembali ke hutan "angker" tersebut, sekaligus menemui dan memanggil orang yang semedi tersebut menghadap raja, ke Kraton Surakarta. Setelah jelas perintah raja, maka segeralah para punggawa itu kembali ke rumah masing-masing dan beristirahat.

Selang beberapa waktu para punggawa kembali ke hutan Jati angker itu. Tujuan mereka untuk menemui Kyai Khotib yang sedang semedi itu. Pada waktu yang bersamaan perjalanan para punggawa menuju ke hutan Jati, di sisi lain Kyai Khotib tetap pada posisinya di bawah pohon Jati tidak henti-hentinya menjalankan doa kepada Tuhan, untuk dapat membuka hutan. Pada saat yang tepat perjalanan kedua dari, para punggawa menemui Kyai Khotib di hutan "angker' tersebut dapat bertemu. Namun Kyai Khotib masih dalam keadaan semula bersemedi juga di tempat itu maka para punggawa itu harus menunggu sampai selesai semedi. Tepat saat mejelang pagi hari, Kyai Khotib bangkit dari semedinya. Kemudian para punggawa itu menyapa mengenalkan diri dan bertanya. Akhirnya mereka hanyut dalam satu pembicaraan, dan tersampaikanlah perintah Raja, bahwa Kyai dipanggil untuk menghadap Raja nanti di lstana.

Pada akhlr pembicaraan Kyai Khotib, menerima panggilan raja dan akan menghadapnya, bersama-sama para punggawa. Dalam perjalanan menuju ke kraton, mereka sangat akrab dan selalu berbicara banyak hal mengenai pengalaman mereka masing-masing dan akhirnya tiba di istana Mataram di Surakarta.

Setelah sampai di Kraton Surakarta oleh para punggawa Kyai Khotib dihadapkan kepada Raja PB III. Setelah ia diterima oleh raja barulah para punggawa ltu meninggalkan Kyai Khotib, sehingga raja bersama Kyai Khotib. Raja bersama Kyai Khotib berdialog secara terbuka, para prajurit sandi telap ada disekelilingnya untuk menjaga keamanan raja.

Dalam dialog tersebut raja bertanya beberapa hal yang menyangkut tentang keberadaan diri Kyai Khotib Imam dan tujuannya semedi di hutan tersebut selama beberapa hari :

Raja : Kyai, dimana tempat tinggal Saudara, dan mengapa melakukan semedi di tengah hutan tiada henti-hentinya ?
Kyai : Nama saya Moch Imam (nama kecil) setelah dewasa dianugerahi oleh PB ll Kyai Khotib lmam karena saya diserahi tugas mengurus tugas-tugas keagamaan dilingkungan Kraton Kartosura.
Raja : Sebentar! sahut raja, kalau begitu kyai adatah Kyai Khotib lmam, yang pada saat geger pacinan itu, bersama PB ll mengasingkan diri ke desa- desa dan hutan sampal akhirnya dan tidak kembali ke lstana itu ?
Kyai : Benar Baginda, karena kami ingin terus melaksanakan tugas-tugas kami berda'wah agama lslam kepada penduduk di wilayah Mataram ini.
Raja : Mulia benar cita-cita Kyai dan kami sangat mendukung rencana Kyai Khotib. Kemudian ada persoalan apa sampai berhari-hari berada ditengah hutan lebat melakukan semedi ?
Kyai : Kami ingin membuka hutan lebat itu, dan ingin bertempat tinggal ditengah hutan itu untuk memperoleh ketenangan, yang kedua kami ingln mendirikan pondok untuk mendidik anak-anak mengenal ajaran Islam, yang ketiga kami bertani dan membangun pertanian, yang keempat ingin mendirikan masjid di tempat baru itu setelah menjadi kampung yang hidup.
Raja : Baiklah kalau demikian keinginan yang mulia itu, saya sangat setuju. Tetapi pesan kami, tetaplah memelihara keadaan hutan dan tetap menjaga kelestarian lingkungan hutan tersebut meskipun di tengah tengahnya telah menjadi perkampungan yang indah dan makmur.
Kyai : Baiklah Baginda saya akan menjaga dan melaksanakan perintah raja.
Raja : Kalau Kyai sanggup, maka mulai hari ini silahkan hutan itu dibuka dengan teratur. Khusus tempat pohon jati yang besar itu, dimana kyai bersemedi, tebanglah dengan hati-hati. Kayu jati itu nanti akan kami gunakan untuk tiang atau "balungan" masjid yang akan didirikan Kyai Khotib itu. Tempat berdirinya kayu jati besar itu agar dibangun masjid.
Kyai : Terima kasih Baginda, pesan itu akan saya ingat-ingat dan kami laksanakan benar-benar.
Raja : Mulai hari ini tanah itu kami tetapkan kami berikan kepada kamu sebagai tanah Perdikan. Kyai Khotib sekaligus kami angkat menjadi bekel setempat, untuk menata dan menjaga ketentraman penduduk dan lingkungan sampal turun temurun.

Desa tersebut besuk agar diberi nama "Desa Jatisebo" yang artinya pohon Jati yang dapat "sobo" atau pergi. Maksudnya pergi menghadap raja atau sobo menghadap raja.


Setelah selesai berdialog antara raja dengan Kyai, maka Kyai diperbolehkan pulang meninggalkan lstana. Pekerjaan yang diharap-harapkan itu maka dengan hati bangga dan penuh kebahagiaan bergegas pulang. Segeralah Kyai Khotib merencanakan pekerjaan ini dibantu oleh beberapa muridnya di beberapa desa sekltar hutan "angker” itu. Pantaslah sebentar saja pembukaan hutan itu selesai, sebatas cukup untuk beberapa bangunan rumah, cepat pulalah berdiri sebuah pedukuhan yang rapi dan indah. Dukuh Itu dinamakan dukuh Jatisobo", lama kelamaan masyarakat menyebutnya "Jatisobo".

Seirama dengan perkembangan penduduk di desa tersebut, lama kelamaan di sekitar pedukuhan itu berdiri beberapa rumah penduduk baik rumah keluarga Kyai Khotib Imam maupun rumah para murid-muridnya. Pedukuhan itu lengkap dengan adanya pondok, dan masjld yang dibuat Kyai Khotib Imam. Masjid yang ada didukuh itu diberi nama "Masjid Agung". Masjid tersebut sampai sekarang masih dimanfaatkan oleh penduduk Desa Jatisobo.


CATATAN:

Cerita ini diangkat berdasarkan data Kasi Kebudayaan yang bersumber dari cerita Bapak Muhammad Ilham, cicit almarhum Kyai Khotib Imam, pendiri masjid.


Kegiatan/Peristiwa:

  1. Pada tanggal 2 Oktober 2024, telah diselenggarakan Ziarah Agung Kyai Khotib Imam.Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Hari Santri Nasional 2024. Rekaman video sbb: https://www.youtube.com/live/GaXtaIYHfX8?si=UMhjEEnzAqGPXo5D

Pembagian wilayah

Desa Jatisobo terdiri dari dukuh[1]:

  • Gagan
  • Gandon
  • Jatisobo
  • Ngemplak
  • Jengglong
  • Kajoran
  • Kauman
  • Kersan
  • Pandak
  • Suruh
  • Suruh Pabrik

Ada 19 Rukun Tetangga (RT) dan 7 Rukun Warga (RW), Tiga (3) Kebayanan (Dusun).

Kebayanan I meliputi Dukuh Suruh Pabrik, Pandak, Kersan.

kebayanan II meliputi Dukuh Kajoran, Kauman, Gandon, Jengglong

Kebayanan III meliputi Dukuh Jatisobo, Gagan, Ngempak

Pendidikan

Lembaga pendidikan formal di Desa Jatisobo, antara lain:

  • SD Negeri Jatisobo 01
  • SD Negeri Jatisobo 02
  • SD Negeri Jatisobo 03
  • MI Muhammadiyah Jatisobo

Referensi

  1. ^ "Nama Dukuh di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo". printilan.com. 20 Januari 2024. Diakses tanggal 13 Mei 2024. 

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya