Jalan Raya Pan Borneo
Jalan Raya Pan Borneo (Bahasa Melayu: Lebuhraya Pan Borneo, Bahasa Inggris: Pan Borneo Highway) adalah jalan raya bebas hambatan terkendali antar negara bagian untuk Sarawak dan Sabah, serta jalan raya nasional untuk Brunei Darussalam, menghubungkan Sarawak, Brunei dan Sabah. Proyek Jalan Raya Pan Borneo adalah program kerjasama antara pemerintah Brunei dan Malaysia. Panjang dari seluruh jaringan jalan ini adalah 2.083 km dan merupakan jalan tol bebas biaya, tidak seperti Jalan tol Utara-Selatan sepanjang 960 km di Semenanjung Malaysia yang dikenakan tarif biaya tol berdasarkan golongan kendaraan kecuali sepeda motor. SejarahJalan raya biasaProyek jalan ini dimulai segera setelah Sarawak dan Sabah masuk dalam Federasi Malaysia tahun 1963. Kurangnya jaringan jalan raya di Sarawak adalah faktor utama pembangunan. Penyelesaian ruas jalan dari Kuching ke Kota Kinabalu selesai di tahun 1986 membuat perjalanan menggunakan mobil menjadi mungkin.[1] Walaupun begitu, pemerintah melanjutkan pembangunan ruas-ruas baru untuk menghubungkan area rural.[2] Upgrade ke Jalan tol tidak berbayarSebelum tahun 2015, Jalan Raya Pan Borneo merupakan jalan raya biasa 2 lajur yang menghubungkan Sarawak, Sabah dan Brunei. Hingga pada akhirnya, status jalan raya biasa ditingkatkan menjadi Lebuhraya atau selevel dengan jalan tol, namun tidak dikenakan tarif tol/biaya. Peningkatan Jalan raya biasa menjadi Lebuhraya di Malaysia memiliki kriteria, antara lain :
RuteRute jalan dimulai dari Sematan ke Kuching, ibukota Sarawak, berlanjut ke Miri hingga perbatasan Brunei, Limbang dan Lawas. Di Sabah rute ini dimulai dari Sindumin, Sipitang, Beaufort, Papar, Kota Kinabalu, Sandakan, Lahad Datu, Tawau dan berakhir di Serudong dekat dengan perbatasan Sabah dan Kalimantan Timur. Di Kota Kinabalu Lebuhraya Pan Borneo memiliki percabangan jalan berupa simpang susun ke arah timur laut Sabah hingga ke ujung pulau Borneo/Kalimantan di Kudat. Rencana terbaruPada 24 Agustus 2006, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi menyatakan adanya kemungkinan rencana untuk melanjutkan pembangunan jaringan jalan lebih jauh ke Kalimantan, Indonesia setelah pertemuan dengan Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei. Galeri
Lihat pulaReferensi
|