Isabelle Eberhardt
Isabelle Wilhelmine Marie Eberhardt (17 Februari 1877 – 21 Oktober 1904) adalah seorang penjelajah dan penulis berkebangsaan Swiss. Saat masih remaja, Eberhardt bersekolah dari rumah di mana ia dididik oleh ayahnya sendiri. Ia kemudian menerbitkan cerita-cerita pendek dengan nama samaran laki-laki. Eberhardt memiliki ketertarikan terhadap Afrika Utara. Ia dianggap sebagai penulis ulung dalam subjek tersebut, meskipun pemahamannya tentang Afrika Utara hanya diperoleh melalui surat menyurat. Setelah ia mendapatkan undangan dari fotografer Louis David, ia kemudian pindah ke Aljazair pada bulan Mei 1897. Ia berpakaian menyerupai laki-laki dan memeluk Islam, kemudian mengambil nama Si Mahmoud Saadi. Tingkah laku Eberhardt yang tidak lazim membuatnya dikucilkan oleh para pemukim Eropa di Aljazair dan pemerintahan Prancis. Setelah Eberhardt diterima oleh tarekat Qadiriyya, pemerintah kolonial Prancis menjadi yakin bahwa ia adalah seorang mata-mata atau penghasut. Ia selamat dari upaya pembunuhan tak lama setelahnya. Pada 1901, pemerintah Prancis memerintahkan Eberhardt untuk meninggalkan Aljazair, tetapi ia diizinkan kembali setahun kemudian setelah menikahi seorang prajurit Aljazair yang bernama Slimane Ehnni. Sekembalinya di Aljazair, Eberhardt menulis untuk sebuah surat kabar yang diterbitkan oleh Victor Barrucand dan bekerja untuk Jenderal Hubert Lyautey. Pada 1904, saat masih berumur 27 tahun, ia tewas akibat sebuah banjir bandang di Aïn Sefra. Pada 1906, Barrucand mulai menerbitkan tulisan-tulisan Eberhardt yang masih ada. Ia kini dikenal sebagai pendukung dekolonisasi, dan jalan-jalan di Béchar dan Aljir dinamai darinya. Kehidupan Eberhardt juga menjadi sorotan berbagai karya, termasuk film tahun 1991 Isabelle Eberhardt dan opera tahun 2012 Song from the Uproar: The Lives and Deaths of Isabelle Eberhardt. Masa muda dan latar belakang keluargaEberhardt lahir di Jenewa, Swiss, dari pasangan Alexandre Trophimowsky dan Nathalie Moerder (lahir dengan nama belakang Eberhardt). Trophimowsky adalah seorang anarkis, pengajar, dan mantan imam Ortodoks yang beralih menjadi ateis,[1][2] sementara Nathalie adalah putri kandung dari seorang Lutheran Jerman kelas menengah dan seorang Yahudi Rusia.[3][4] Nathalie dianggap sebagai bagian dari golongan ningrat Rusia,[5] sehingga kemungkinan fakta bahwa ia lahir di luar nikah telah dirahasiakan.[2] Ia menikahi Pavel de Moerder, seorang jenderal Rusia yang telah menduda dan empat puluh tahun lebih tua darinya. De Moerder kemudian mempekerjakan Trophimowsky sebagai pengajar anak-anak mereka, Nicolas, Nathalie, dan Vladimir.[6] Sekitar tahun 1871, Nathalie meninggalkan suaminya dan membawa anak-anaknya pergi agar dapat berhubungan dengan Trophimowsky, yang juga telah meninggalkan istri dan keluarganya.[2][7] Mereka meninggalkan Rusia dan sempat singgah di Turki dan Italia sebelum akhirnya menetap di Jenewa.[8] Sekitar tahun 1872, Nathalie melahirkan Augustin. De Moerder, yang datang ke Swiss dalam upayanya untuk bersatu kembali dengan Natalie, menganggap Augustin sebagai anaknya sendiri dan membolehkannya untuk mengambil marganya. Namun, kakak-kakak Augustin meyakini bahwa Trophimowsky adalah ayahnya. Jenderal de Moerder meninggal beberapa bulan kemudian.[5] Meskipun mereka sudah berpisah, sang jenderal telah menitahkan agar harta bendanya dimanfaatkan untuk memberikan pendapatan secara berkala kepada Nathalie.[9] Keluarga Nathalie tetap tinggal di Swiss; empat tahun kemudian, Eberhardt lahir dan didaftarkan sebagai putri Nathalie di luar nikah. Seorang penulis biografi yang bernama Françoise d'Eaubonne menduga bahwa ayah kandung Eberhardt adalah penyair Arthur Rimbaud yang berada di Swiss pada saat itu. Sejarawan lainnya menolak anggapan tersebut dan menyatakan bahwa sosok yang lebih mungkin menjadi ayah kandung Eberhardt adalah Tromphimowsky, terutama mengingat bahwa Nathalie dan Trophimowsky hampir selalu bersama. Selain itu, kelahiran Eberhardt tak berdampak negatif pada hubungan mereka, dan Eberhardt kemudian menjadi anak kesayangan Trophimowsky.[5] Sementara itu, seorang penulis biografi yang bernama Cecily Mackworth menduga bahwa Eberhardt dianggap lahir di luar nikah karena Trophimowsky menolak konsep keluarga tradisional.[9] Eberhardt dididik dengan baik; semua anak dalam keluarga tersebut disekolahkan di rumah oleh Trophimowsky.[5][10] Ia dapat menuturkan bahasa Prancis, Rusia, Jerman, dan Italia,[1] dan pernah mempelajari bahasa Latin, Yunani, dan Arab klasik. Eberhardt, yang membaca al-Qur'an dengan ayahnya, kemudian menjadi fasih berbahasa Arab. Ia belajar filsafat, metafisika, kimia,[10] sejarah, dan geografi. Eberhardt paling menyukai mata pelajaran kesusastraan dan membaca karya-karya pujangga seperti Pierre Loti, Jean-Jacques Rousseau, Leo Tolstoy, Voltaire, dan Émile Zola.[5] Selain itu, ia juga mengagumi karya penyair Semyon Nadson dan Charles Baudelaire.[11] Sedari awal Eberhardt gemar mengenakan busana pria dan menikmati kebebasannya, sementara ayahnya yang tidak suka menuruti adat membiarkannya melakukan hal tersebut.[12] Anak-anak de Moerder tidak menyukai ayah tiri mereka yang melarang mereka bekerja atau meninggalkan rumah; mereka malah dipekerjakan seperti budak di kebun mereka.[13] Saudara kandung Eberhardt, Nathalie, menikah tanpa mendapat restu dari Trophimowsky pada tahun 1888, dan kemudian putus hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Kepergian Nathalie sangat berdampak terhadap masa kecil Eberhardt, karena Nathalie adalah orang yang paling banyak berperan dalam mengerjakan urusan rumah tangga. Rumah keluarga Eberhardt kemudian menjadi kotor dan tak ada lagi yang menyiapkan makanan seperti biasanya.[10] Pindah ke Afrika UtaraSebelum November 1895, Eberhardt mulai bertukar surat dengan Eugène Letord, seorang perwira Prancis yang ditugaskan di Sahara dan telah memasang iklan di koran untuk mencari sahabat pena.[14][15] Eberhardt meminta kepadanya untuk menuliskan segala rincian mengenai kehidupan di Sahara, dan ia juga menceritakan mimpinya untuk melarikan diri dari Jenewa bersama dengan saudara kesayangannya, Augustin. Letord menganjurkan mereka untuk pindah ke Bône, Aljazair, dan ia dapat membantu mereka memulai kehidupan baru di tempat tersebut.[16] Augustin melarikan diri dari Jenewa pada tahun 1894; alasannya tidak diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan melibatkan utang dan ikatan dengan kelompok revolusioner di Rusia. Eberhardt mungkin sempat membantunya, tetapi pada akhirnya kehilangan kontak meskipun telah berupaya mencari.[17] Pada November 1894, Eberhardt diberitahu oleh sebuah surat bahwa Augustin telah bergabung dengan Legiun Asing Prancis dan ditugaskan ke Aljazair.[18] Walaupun sempat murka, kemarahannya kemudian mereda;[19] Eberhardt lalu meminta kepada Augustin untuk mengirimkan buku harian yang menjabarkan secara rinci apa yang ia saksikan di Afrika Utara.[5] Pada 1895, Eberhardt menerbitkan cerita-cerita pendek di jurnal La Nouvelle Revue Moderne dengan nama samaran Nicolas Podolinsky. Karya pertamanya yang diterbitkan adalah "Infernalia", yang berkisah tentang seorang mahasiswa kedokteran yang tertarik dengan seorang wanita yang sudah meninggal.[5] Belakangan pada tahun yang sama, ia juga menerbitkan "Vision du Moghreb" [sic],[5] yakni sebuah kisah mengenai kehidupan keagamaan di Afrika Utara.[5][15] Eberhardt memiliki "wawasan dan pengetahuan yang luar biasa" mengenai Afrika Utara[15] walaupun ia hanya mendapatkan keterangan dari surat saja. Tulisan-tulisannya juga mengandung tema anti-kolonialisme. Seorang fotografer Aljazair-Prancis yang bernama Louis David terpukau dengan karyanya dan datang mengunjunginya di Swiss. Setelah mendengar hasrat Eberhardt untuk pindah ke Aljir, David menawarkan untuk membantunya menetap di Bône.[20][21] Eberhardt pindah ke Bône dengan ibunya pada Mei 1897.[5][15][22] Mereka awalnya tinggal dengan David dan istrinya, yang keduanya tak senang menjalani waktu dengan Eberhardt dan ibunya lebih menjalani waktu dengan orang-orang Arab. Eberhardt dan ibunya tidak suka sikap keluarga David, suatu kekhasan dari para pemukim Eropa di kawasan tersebut.[5] Mereka kemudian menghindari para pemukim Prancis di negara tersebut, menyewa sebuah rumah bergaya Arab yang jauh dari pemukiman Eropa. Eberhardt, yang menyadari bahwa seorang wanita Muslim tidak boleh pergi sendirian atau tak bercadar, berbusana pria dengan burnous dan sorban.[21] Perilakunya membuatnya dijauhi para pemukim Prancis dan pemerintah kolonial, yang sangat memantaunya.[23] Eberhardt dan ibunya pindah ke Islam. Eberhardt mulai menulis cerita-cerita, termasuk bagian pertama dari novelnya Trimardeur. Cerita buatannya Yasmina diterbitkan di sebuah surat kabar Prancis lokal.[21][22] Ibunya wafat pada 28 November 1897[5] karena serangan jantung di Bône, dan dikuburkan di sana dengan nama Fatma Mannoubia.[24][25] Meskipun Eberhardt sangat mendevosikan dirinya sendiri kepada cara hidup Muslim, ia memakai ganja dan alkohol[25] dan memiliki beberapa kekasih.[26] Alasannya untuk toleransi gaya hidupnya oleh para sobat Arab-nya telah diperdebatkan oleh para biografer. Menurut Cecily Mackworth, "perlakuan istimewa dari orang-orang Arab" membuat mereka memperlakukan Eberhardt sebagai laki-laki karena ia berharap untuk hidup seperti itu.[26] Perjalanan ke EropaSaudara tiri Eberhardt, Vladimir, melakukan bunuh diri pada April 1898; kakaknya Nicolas, yang dikirim lagi ke pangkuan Trophimowsky dan telah pulang ke Rusia pada 15 tahun sebelumnya, diancam untuk memaksa mengirim lagi Vladimir kembali ke Rusia.[5] Augustin, dilepaskan dari Legiun Luar Negeri karena kesehatannya, kembali ke villa keluarganya di Jenewa pada November 1898. Trophimowsky wafat karena kanker tenggorokan pada Mei 1899.[5] Eberhardt memutuskan untuk menjual villanya, meskipun istri sah Trophimowsky menentang pelaksanaan kehendak tersebut. Tak mampu menjual villa tersebut, Eberhardt menangguhkannya dan kembali ke Afrika memakai kapal yang disediakan pertama kali.[25] Karena kedua orang tuanya wafat, ia menganggap dirinya sendiri mendapatkan kebebasan dan bisa hidup sebagai pengembara.[27] Eberhardt membongkar nama ibunya, dan menyebut dirinya sendiri Si Mahmoud Saadi.[25][28] Ia mulai mengenakan busana laki-laki secara eksklusif dan mengembangkan kepribadian maskulin, berbicara dan menulis seperti pria.[29] Eberhardt berperilaku seperti pria Arab, menanrang norma gender dan rasial.[23] Saat ditanya kenapa ia berpakaian seperti pria Arab, ia beralasan: "Tak memungkinkan bagiku untuk melakukan hal lainnya."[30] Beberapa bulan kemudian, keuangan Eberhardt menyurut dan ia kembali ke Jenewa untuk menjual villanya; ia menyadari bahwa pengacaranya membantu istri Trophimowsky dan hanya meninggalkan sedikit uang baginya.[31] Ditemani seorang teman, ia datang ke Paris untuk menjadi penulis namun hanya meraih sedikit kesuksesan. Saat di Paris, Eberhardt bertemu janda Marquis de Morès. Meskipun de Morès dikabarkan dibunuh oleh anggota suku Tuareg di Sahara, tak ada orang yang ditangkap. Saat jandanya mengetahui bahwa Eberhardt familiar dengan kawasan tersebut dimana de Morès wafat, ia membujuknya untuk menyelidiki pembunuhan tersebut. Tawaran tersebut diterima Eberhardt, yang meminati dan telah lama tak kembali ke Sahara. Ia kembali ke Aljazair pada 21 Juli 1900, bermukim di El Oued. Menurut pakar Sahara R. V. C. Bodley, Eberhardt melakukan sedikit upaya untuk menyelidiki de Morès; Bodley beranggapan bahwa hal ini dikarenakan percampuran ketiadaan kehendak Prancis untuk bekerjasama dalam penyelidikan dan fatalisme Eberhardt ketimbang rasa tertantang.[32] Ia menjalin pertemanan di kawasan tersebuf dan bertemu seorang prajurit Aljazair, Slimane Ehnni. Mereka jatuh cinta, dan kemudian terang-terangan hidup bersama. Hal ini makin membuat Eberhardt dikucilkan otoritas Prancis, yang mencurigai gaya hidupnya.[33] Pada perjalanannya, ia menjalin kontak dengan Qadiriyya, sebuah tarekat Sufi. Tarekat tersebut dipimpin oleh Hussein ben Brahim, yang memberikan pengetahuan (dan semangat) Islam kepada Eberhardt yang membuatnya dimasukkan ke zawiya tanpa diberi ujian formal yang biasanya.[34] Hal ini membuat otoritas Prancis mencapnya sebagak mata-mata atau agitator, dan mencantumkannya di daftar hitam yang banyak diedarkan. Prancis memindahkan Ehnni ke resimen spahi di Batna, diyakini untuk menjauhkannya dari Eberhardt (yang mereka anggap memiliki hubungan hangat).[35] Terlalu kecil kemungkinannya untuk menemaninya ke Batna, Eberhardt menghadiri sebuah pertemuan Qadiriyya di pada permulaan 1901 dimana ia mengharapkan bantuan keuangan dari marabout. Ia diserang oleh seorang pria dengan sebuah pedang, membuatnya mengalami luka parah sampai ia tak berdaya dan dibopong orang lain ke pertemuan tersebut.[36] Eberhardt menduga bahwa ia adalah pembunuh yang diperintahkan oleh otoritas Prancis.[5] Lengan dan bahunya mengalami luka berat, dan ia dibawa ke rumah sakit militer di El Oued pada keesokan harinya. Setelah Eberhardt pulih, ia bertemu dengan Ehnni melalui sumbangan dari para anggota Qadiriyya yang menganggap keselamatannya sebagai sebuah mukjizat.[36] Selain itu, pertemuannya dengan pemimpin Sufi Lalla Zaynab juga disoroti otoritas Prancis.[37] Setelah Eberhardt dan Ehnni bersatu lagi, Prancis memerintahkannya untuk meninggalkan Afrika Utara; sebagai seorang imigran, ia tak memiliki pilihan meskipun ia tak mengkehendakinya. Ehnni meminta ijin dari para petinggi militer-nya untuk menikahi Eberhardt (yang membujuknya untuk menetap), namun perminataannya ditolak. Ia datang ke Prancis pada Mei 1901 dan kembali ke Constantine pada pertengahan Juni untuk memberikan bukti di pengadilan penyerangnya, Abdallah ben si Mohammed. Abdallah beralasan bahwa Allah memerintahkannya untuk membunuh Eberhardt, yang ia tak pernah lihat atau dengar sebelum serangan tersebut.[38] Eberhardt berkata bahwa ia tak menyimpan rasa dendam terhadap Abdallah, memaafkannya dan mengharapkan agar ia tak dihukum. Penyerangnya diberi hukuman seumur hidup, meskipun pendakwanya meminta hukuman mati. Saat pengadilan berakhir, Eberhardt kembali diperintahkan untuk meninggalkan negara tersebut dan pulang ke Prancis. Ia tinggal dengan saudaranya Augustin dan istrinya, bekerja dengannya (dengan menyamar menjadi pria) sebagai buruh dok. Pada masa itu, Eberhardt mengerjakan novel buatannya Trimardeur.[39] Ia dibujuk untuk menulis oleh pengarang drama Eugène Brieux, yang menentang kekuasaan Prancis di Afrika Utara dan mendukung emansipasi Arab. Ia mengirimkannya beberapa ratus franc dan mengusahakannya agar kisah-kisahnya diterbitkan, namun tak ada satupun pihak yang mengkehendaki penerbitan tulisan pro-Arab. Eberhardt, yang tak menghiraukannya, tetp menulis; semangatnya meningkat saat Ehnni dipindahkan ke resimen spahi dekat Marseille untuk menyelesaikan bulan-bulan penugasan akhirnya.[40] Ia tidak meminta ijin kepada para petinggi militernya untuk menikah di Prancis,[5] dan mereka menikah[41] pada 17 Oktober 1901. Hal ini membolehkan Eberhardt kembali ke Afrika; pada Februari 1902, Ehnni dipecat, dan mereka kembali ke Bône untuk tinggal dengan keluarganya.[40] Kehidupan selanjutnya dan kematianSetelah Eberhardt dan Ehnni pindah ke Algiers,[42] ia menerima tawaran pekerjaan dari penerbit surat kabar Al-Akhbar Victor Barrucand pada Maret 1902. Pada 1903, beberapa cerita pendeknya diterbitkan di surat kabar tersebut; Trimardeur mulai tampil sebagai serial pada Agustus 1903. Barrucand memecat Eberhardt atas laporan dampak dari Pertempuran El-Moungar tanggal 2 September 1903. Ia singgah dengan para prajurit Legiun Luar Negeri Prancis dan menemui Hubert Lyautey, seorang perwira Prancis yang ditugaskan di Oran, di markas besar mereka. Eberhardt dan Lyautey menjalin pertemanan dan, karena pengetahuannya terhadap Islam dan Arab, ia menjadi penengah antara ia dan penduduk Arab lokal.[5] Meskipun detailnya tak jelas, Eberhardt juga umumnya dipandang bertugas memata-matai untuk Lyautey.[43] Menyoroti marabout berkuasa di Pegunungan Atlas, Lyautey mengirimnya untuk menemuinya pada 1904.[44] Kesehatan Eberhardt dikabarkan menurun pada masa akhirnya; ia kehilangan giginya, kulitnya memucat dan ia diyakini terserang sifilis.[45] Di zawiya milik maraboht, Eberhardt terserang demam. Ia kembali ke Aïn Sefra, dan dirawat di rumah sakit militer. Ia meninggalkan rumah sakit tersebut bertentangan dengan nasihat medis[46] dan membujuk Ehnni, yang telah berpisah dengannya selama beberapa bulan, untuk bergabung dengannya.[5] Bersatu lagi pada 20 Oktober 1904, mereka menyewa sebuah rumah lumpur kecil. Pada hari berikutnya, sebuah banjir bandang menyerang kawasan tersebut;[46] Eberhardt tewas dan Ehnni selamat.[47] Lyautey mengubur Eberhardt di Aïn Sefra dan diberi nisan marmer, yang terukir nama angkatnya dalam bahasa Arab dan nama lahirnya dalam bahasa Prancis, yang ditempatkan di nisannya.[48][49] WarisanPada saat ia meninggal, peninggalan-peninggalan Eberhardt meliputi beberapa manuskrip yang belum ia terbitkan. Barrucand mengumpulkannya, meskipun beberapa terkena air dan rusak. Setelah direkonstruksi (memakai kata-katanya sendiri karena yang asli terlalu rusak untuk diurai), ia mulai menerbitkan karyanya.[5] Karya anumerta pertamanya, "Dans l'Ombre Chaude de l'Islam" ("Dalam Bayangan Hangat Islam") meraih sambutan kritis saat diterbitkan pada 1906. Sebuah jalan dinamai Eberhardt di Béchar dan yang lainnya di Algiers.[49] Ia secara anumerta dipandang sebagai advokat dekolonisasi; menurut Hedi Abdel-Jaouad dalam Yale French Studies, karyanya telah memulai dekolonisasi Afrika Utara.[50] Namun, hubungan Eberhardt dengan Lyautey telah menimbulkan diskusi dari para sejarawan modern tentang penyinggungannya terhadap kolonialisme.[5] Pada 1954, pengarang dan penjelajah Cecily Mackworth menerbitkan biografi The Destiny of Isabelle Eberhardt setelah mengikuti rute-rute Eberhardt di Aljazair dan Sahara. Bukunya menginspirasi Paul Bowles untuk menerjemahkan beberapa tulisan Eberhardt ke dalam bahasa Inggris.[51] Novelis William Bayer menerbitkan Visions Of Isabelle, sebuah catatan fiksionalisasi tahun 1976 dari kehidupannya.[52] Pada 1981, Timberlake Wertenbaker menampilkan New Anatomies, sebuah drama tentang Eberhardt.[53][54] Ia diperankan dalam dua film. Leslie Thornton menyutradarai sebuah film biografi tahun 1988, There Was An Unseen Cloud Moving, dengan tujuh aktris amatir yang memerankan Eberhardt. Ian Pringle menyutradarai Isabelle Eberhardt, yang dibintangi oleh Mathilda May, pada 1991.[55] Pada 1998, John Berger dan Nella Bielski menerbitkan Isabelle: A Story in Shots, sebuah permainan latar yang berdasarkan pada kehidupan Eberhardt.[56] Missy Mazzoli mengkomposisikan sebuah opera, Song from the Uproar: The Lives and Deaths of Isabelle Eberhardt, pada 2012.[57] Karya
Referensi
Daftar pustaka
Bacaan tambahan
|