Irma Hardisurya
Irma Priscilla Hardisurya (lahir 6 Juli 1947) adalah seorang konsultan, penulis, jurnalis dan ratu kecantikan asal Bandung, Jawa Barat yang menjadi wakil Indonesia di kontes kecantikan Miss Asia Quest 1970 di Filipina dan berhasil meraih gelar atribut Miss Friendship.[2] Irma juga sebelumnya mengikuti kontes Miss International 1969 yang diadakan di Tokyo, Jepang namun tidak berhasil masuk dalam jajaran semifinalis.[3] Irma menjadi satu-satunya wanita Indonesia yang menjadi wakil di dua kontes kecantikan internasional, Miss International dan Miss Asia Quest. Di kalangan yang berkecimpung di dunia mode, Irma dikenal sebagai ikon mode Indonesia. Irma merupakan jurnalis mode legendaris, juga penggagas Lomba Perancang Mode (LPM) yang melahirkan banyak perancang busana di Tanah Air.[4] Karier1969-1972: Kontes kecantikanIrma Hardisurya berhasil memenangkan Miss Indonesia pertama tahun 1969 yang berlangsung di Ramayana Room, Hotel Indonesia pada 15 Agustus 1969. Karenanya, ia berhak mengikuti kontes kecantikan Miss International di Tokyo, Jepang. Sebagai pemenang lomba yang dihadiri ibu negara Tien Soeharto selaku pemasang mahkota juara, Irma menerima hadiah tiket Pelni untuk berlayar Jakarta-Singapura pulang pergi. Dia juga mendapat hadiah terbang ke Australia, karena salah satu sponsornya adalah perusahaan General Motors yang memiliki cabang di Australia. Hadiah lainnya, sepeda motor merek Lambreta selain menginap di presidential suite Hotel Indonesia.[5] Pada tahun berikutnya, Sarjana Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (ITB) ini terpilih sebagai “Miss Friendship Asia 1970” dalam kontes |Miss Asia Quest 1970]] di Quezon City, Filipina.[6] Tahun 1972, ia diundang ke Hollywood untuk turut serta dalam “Hollywood Parade” dan menerima penghargaan “Miss Tourism Hollywood International” di sana.[7] 1972-1980: Awal karier dalam dunia modeIrma memulai karier sebagai penulis mode pada 1972.[4] Saat itu ia diminta untuk mengisi halaman mode Majalah Femina, yang akan terbit. Sejak saat itu ia banyak menulis tentang mode dan meliput kegiatan mode di mancanegara. Lulusan Seni Rupa ITB itu juga menuangkan liputannya dalam bentuk sketsa, sehingga pembaca artikelnya mendapat gambaran jelas tentang tren mode terkini. Tulisan pertama Irma di Majalah Femina adalah “Keluyuran di Pusat Mode New York”, yang merupakan fashion forecast untuk tahun 1973. Irma meniti karier sebagai wartawan di Majalah Femina sejak terbit pertama tahun 1972-1990. Pemilik Diploma Beauty Therapist di London dan Teknik Mode di Hamburg dan Amsterdam ini memegang posisi redaktur mode, redaktur pelaksana sampai wakil pemimpin redaksi.[8] Mulai tahun 1977 dan tahun-tahun berikutnya, Irma giat meliput Pret-a-porter Paris sebagai jurnalis mode resmi, bersama Pia Alisjahbana dan Mirta Kartohadiprodjo. Tahun 1979 saat di Femina, Irma membuat terobosan fundamental bagi industri mode Indonesia, dengan rutin menyelenggarakan Lomba Perancang Mode atau LPM, yang diinspirasikan oleh Hong Kong RTW Festival, yang kemudian menjadi Hong Kong Fashion Week.[4][9] Dari ajang LPM, lahir perancang busana yang mewarnai perkembangan usaha kreatif mode Tanah Air hingga saat ini. Di antaranya, Samuel Wattimena, Edward Hutabarat, Itang Yunasz, Carmanita, Denny Wirawan, hingga Priyo Oktaviano. Sebagai perintis jurnalisme mode di Indonesia, Majalah Femina memberinya penghargaan “Aspirasi & Inspirasi Wanita Indonesia” pada tahun 2007. Tahun 2014, Jakarta Fashion Week (JFW) memberi penghargaan dalam acara khusus "Tribute to Irma Hardisurya" sebagai jurnalis dan fashion editor pertama Indonesia. 1990-sekarang: Konsultan, pelukis dan penulis bukuSelain berkarier dalam mode, sejak medio 1990-an hingga sekarang, Irma berprofesi sebagai Color & Image Consultant setelah mengantongi sertifikat untuk bidang ini di Amerika Serikat.[7] Tepatnya tahun 1995, Irma mendirikan ‘Rona & Gaya’ Color & Image Consulting untuk konsultasi warna dan penampilan pribadi, pelatihan penampilan profesional bagi perusahaan yang kemudian meluas ke bidang warna untuk bisnis dan industri. Ia pun menulis buku tentang seluk-beluk warna berjudul “Warna bagi Citra & Penampilan” (2004) yang diterbitkan oleh Femina Group. Ia juga mengajar, memberi konsultasi tentang warna, baik untuk penampilan, bisnis, ataupun industri.[10] Di sela kesibukannya, Irma menekuni bakatnya sebagai pelukis, bidang yang ia tekuni di bangku kuliah di Seni Rupa - Institut Teknologi Bandung, dan telah menggelar pameran lukisan di beberapa tempat. Pada tahun 2004 ia menggelar karyanya dalam pameran tunggal “Realisme Romantik Kontemporer” . Sebagai penulis mode, Irma menulis buku “Kamus Mode Indonesia” yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama akhir tahun 2011 lalu. Tahun 2020, Irma menulis buku "Memoar Miss Indonesia 1969" terbitan Kompas Penerbit Buku. Bibliografi
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|