Invasi Xinjiang oleh Uni Soviet

Invasi Soviet ke Xinjiang
Bagian dari Pemberontakan Kumul
TanggalJanuari–April 1934
LokasiXinjiang
Hasil Gencatan senjata
Perubahan
wilayah
Xinjiang terbagi dua
Pihak terlibat
 Republik Tiongkok

 Uni Soviet
Kekaisaran Rusia Pasukan Rusia Putih

Mongolia Torghut
Tokoh dan pemimpin

Republik Tiongkok (1912–1949) Chiang Kai-shek
Republik Tiongkok (1912–1949) Ma Zhongying
Republik Tiongkok (1912–1949) Zhang Peiyuan  
Republik Tiongkok (1912–1949) Ma Hushan

Republik Tiongkok (1912–1949) Ma Shih-ming

Uni Soviet Joseph Stalin
Uni Soviet Jenderal Volgin
Uni Soviet Ishaq Beg
Kekaisaran Rusia Jenderal Bektieieff (Jenderal Bekteev)

Kekaisaran Rusia Kolonel Proshkukarov
Kekuatan

Divisi ke-36 (Tentara Revolusioner Nasional) berkekuatan sekitar 10.000 tentara Tionghoa Muslim kavaleri dan infanteri

3.000 tentara Tionghoa Han dari Garnisun Ili[1]

7.000 pasukan polisi rahasia dan Tentara Merah Rusia Soviet dalam 2 brigade, pesawat, tank, gas mustard[2]
Beberapa ribu tentara Rusia Putih

Beberapa ribu Mongolia Torghut
Korban
Banyak korban jiwa, banyak warga sipil terluka dan terbunuh. Banyak korban jiwa dan terluka. Lusinan kendaraan lapis baja dihancurkan.

Invasi Soviet ke Xinjiang adalah sebuah kampanye militer di barat laut wilayah, tepatnya di Xinjiang, yang dilakukan oleh Pasukan Putih Rusia dibantu dengan Tentara Merah Soviet pada tahun 1934.[3]

Latar belakang

Pada tahun 1934, pasukan Ma Zhongying yang didukung oleh pemerintahan Kuomintang dari Republik Tiongkok hampir mengalahkan Sheng Shicai yang dibantu oleh Soviet dalam Pertempuran Urumqi, bagian dari Pemberontakan Kumul.

Ma Zhongying adalah anggota suku Hui (Muslim Tiongkok), yang pernah mengenyam pendidikan di Akademi Militer Whampoa di Nanjing pada tahun 1929 saat akademi itu dijalankan oleh Chiang Kai-shek, yang juga Ketua Kuomintang dan pemimpin Tiongkok.[4][5]

Setelah lulus dari akademi, Ma Zhongying kemudian dikirim kembali ke Gansu dan bertempur dalam Pemberontakan Kumul. Dengan dukungan diam-diam dari Kuomintang, ia mencoba untuk menggulingkan pemerintahan provinsi pro-Soviet yang awalnya dipimpin oleh Gubernur Jin Shuren, kemudian Sheng Shicai. Ma menyerang Xinjiang untuk mendukung loyalis Kekhanan Kumul dan menerima persetujuan dan penunjukan resmi dari Kuomintang sebagai Divisi ke-36.

Pada akhir tahun 1933, panglima Provinsi Han Jenderal Zhang Peiyuan dan pasukannya membelot dari pemerintah provinsi masuk pihak Ma Zhongying dan bergabung dengan Ma berperang melawan pemerintah provinsi Jin Shuren.

Invasi Soviet ke Republik Tiongkok

Pada tahun 1934, dua brigade dengan kekuatan sekitar 7.000 orang tentara Polisi Rahasia Soviet, yang didukung oleh tank-tank, pesawat-pesawat, dan artileri dengan gas mustard, melintasi perbatasan untuk membantu Sheng Shicai menguasai Xinjiang. Kedua brigade itu bernama "Altayiiskii" dan "Tarbakhataiskii".[6] Pada saat itu, pasukan Sheng beberapa kali dikalahkan oleh aliansi dari tentara Han Tiongkok yang dipimpin oleh Jenderal Zhang Peiyuan dan Divisi ke-36 yang dipimpin oleh Ma Zhongying.[7] Ma berjuang di bawah bendera pemerintah Kuomintang Republik Tiongkok. Pasukan gabungan Soviet dan Rusia Putih disebut "Relawan Altai". Tentara Soviet menyamar dalam seragam tanpa tanda dan tersebar di antara Rusia Putih.[8]

Meskipun awalnya berhasil, pasukan Zhang kalah di Kulja dan Chuguchak, dan setelah pertempuran di Jalur Muzart, Zhang melakukan bunuh diri untuk menghindari penangkapan.

Meskipun Rusia Soviet lebih unggul daripada Divisi ke-36 dalam hal jumlah tentara dan teknologi, mereka tertahan selama berminggu-minggu dan mengalami jatuhnya banyak korban. Divisi ke-36 berusaha untuk menghentikan pasukan Soviet memasok peralatan militer kepada Sheng. Pasukan Muslim Tiongkok yang dipimpin oleh Ma She-ming berhasil menahan pasukan Rusia yang dipersenjatai dengan senapan mesin, tank, dan pesawat selama sekitar 30 hari.[9]

Ketika orang-orang Tiongkok yang ditahan di Urumqi mendengar laporan bahwa tentara Tiongkok berhasil mengalahkan dan membunuh tentara Soviet, mereka dikabarkan begitu gembira hingga melompat-lompat di sel mereka.[10]

Ma Hushan, Wakil Komandan Divisi ke-36, menjadi terkenal karena kemenangan atas pasukan Rusia dalam invasi tersebut.[11]

Pada titik ini, Chiang Kai-shek siap untuk mengirim Huang Shaohong dan pasukan ekspedisinya untuk membantu Ma Zhongying menyerang Sheng, tapi ketika Chiang mendengar tentang invasi Soviet, ia memutuskan mundur untuk menghindari insiden internasional jika pasukannya langsung menyerang Soviet.[12]

Pertempuran Tutung

Pada tahun 1934, dua brigade polisi rahasia Soviet, yang terdiri atas sekitar 7.000 tentara yang didukung oleh tank, pesawat, dan artileri, menyerang Divisi ke-36 dekat Tutung. Pertempuran berlangsung selama beberapa minggu di atas Sungai Tutung yang membeku. Pasukan Divisi ke-36, dengan mengenakan kulit domba dalam salju, menyerbu senjata-senjata mesin Soviet dengan pedang untuk mengalahkan serangan jepitan Soviet. Pesawat-pesawat Soviet membom Divisi ke-36 dengan gas mustard. Kedua belah pihak menderita banyak korban sebelum Ma Zhongying memerintahkan Divisi ke-36 untuk mundur.[13][14]

Korban

Korban pihak Soviet

Di Novosibirsk, rumah sakit bagi tentara Soviet yang terluka dari invasi mereka ke Xinjiang disamarkan menjadi "rumah sakit bagi tentara yang terluka dari Perang Manchuria". Hal itu "diungkapkan" oleh wartawan Evening Standard Bosworth Goldman.[15]

Sumber Goldman di rumah sakit menyatakan bahwa:

Orang-orang duduk di balai besar suram, banyak di antara mereka dengan beberapa bagian tubuh tertutup perban. Mereka dari berbagai bangsa dari Laplandia hingga Mongolia murni... Saya menanyakan asal mereka dan mereka menjawab bahwa mereka baru bertempur di selatan, dalam operasi bersama dengan beberapa orang Tiongkok, melawan 'elemen-elemen antisosial' yang mengganggu kemajuan perang ke Sinkiang... Kemudian, pria-pria lain lawan bicara saya memberitahu saya bahwa mereka tidak pernah mendengar mengenai rumah sakit di Novosibirsk. Di sisi lain, seorang pasien yang saya jenguk memberitahu saya bahwa rumah sakit itu 'terbaik dari yang tiga'

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Howard L. Boorman; Richard C. Howard; Joseph K. H. Cheng (1970). Biographical dictionary of Republican China, Volume 3. Columbia University Press. hlm. 122. ISBN 0-231-08957-0. Diakses tanggal 28-06-2010. 
  2. ^ Pearson, Graham S. "Uses of CW since the First World War". Federation of American Scientists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-22. Diakses tanggal 28-06-2010. 
  3. ^ Dickens, Mark (1990). "The Soviets in Xinjiang 1911-1949". OXUS COMMUNICATIONS. Archived from the original on 2017-10-11. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  4. ^ Lars-Erik Nyman (1977). Great Britain and Chinese, Russian and Japanese interests in Sinkiang, 1918-1934. Esselte studium. hlm. 52. ISBN 9124272876. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  5. ^ Andrew D. W. Forbes (1986). Warlords and Muslims in Chinese Central Asia: a political history of Republican Sinkiang 1911-1949. Cambridge, England: CUP Archive. hlm. 53. ISBN 0-521-25514-7. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  6. ^ S. Frederick Starr (2004). Xinjiang: China's Muslim borderland. M.E. Sharpe. hlm. 79. ISBN 0-7656-1318-2. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  7. ^ David D. Wang (1999). Under the Soviet shadow: the Yining Incident : ethnic conflicts and international rivalry in Xinjiang, 1944-1949. Hong Kong: The Chinese University Press. hlm. 52. ISBN 962-201-831-9. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  8. ^ Andrew D. W. Forbes (1986). Warlords and Muslims in Chinese Central Asia: a political history of Republican Sinkiang 1911-1949. Cambridge, England: CUP Archive. hlm. 302. ISBN 0-521-25514-7. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  9. ^ Andrew D. W. Forbes (1986). Warlords and Muslims in Chinese Central Asia: a political history of Republican Sinkiang 1911-1949. Cambridge, England: CUP Archive. hlm. 120. ISBN 0-521-25514-7. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  10. ^ Georg Vasel; Gerald Griffin (1937). My Russian jailers in China. Hurst & Blackett. hlm. 52. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  11. ^ M. Rafiq Khan (1963). Islam in China. Delhi: National Academy. hlm. 63. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  12. ^ Hsiao-ting Lin (2010). Modern China's Ethnic Frontiers: A Journey to the West. Taylor & Francis. hlm. 46. ISBN 0-415-58264-4. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  13. ^ Christian Tyler (2004). Wild West China: the taming of Xinjiang. New Brunswick, New Jersey: Rutgers University Press. hlm. 112. ISBN 0-8135-3533-6. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  14. ^ Andrew D. W. Forbes (1986). Warlords and Muslims in Chinese Central Asia: a political history of Republican Sinkiang 1911-1949. Cambridge, England: CUP Archive. hlm. 120. ISBN 0-521-25514-7. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  15. ^ Andrew D. W. Forbes (1986). Warlords and Muslims in Chinese Central Asia: a political history of Republican Sinkiang 1911-1949. Cambridge, England: CUP Archive. hlm. 302. ISBN 0-521-25514-7. Diakses tanggal 2010-06-28. 
  16. ^ Bosworth Goldman (1934). Red road through Asia: a journey by the Arctic ocean to Siberia, Central Asia and Armenia; with an account of the peoples now living in those countries under the hammer and sickle (edisi ke-2). Methuen and Co., Ltd. hlm. 132. Diakses tanggal 2011-05-29. 
Kembali kehalaman sebelumnya