Institut Nalanda
Institut Nalanda (Inggris: Nalanda Institute)[1] adalah institut agama Buddha yang pertama di Indonesia. Beralamatkan di Jl. Pulo Gebang No.107, RT.13/RW.4, Pulo Gebang, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perguruan tinggi ini sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda (disingkat STAB Nalanda; Inggris: Nalanda Buddhist College).[2] Perubahan status dari STAB menjadi Institut resmi dinyatakan dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 452 Tahun 2024 tentang izin perubahan bentuk Perguruan Tinggi Buddha Nalanda menjadi Institut Nalanda.[3] Dengan cita-cita mulia dalam memenuhi kebutuhan guru Agama Buddha untuk mendidik para siswa yang beragama Buddha, maka Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda mendirikan Akademi Buddhis Nalanda. Dalam Institut Nalanda, terdapat asrama yang disediakan untuk para mahasiswa yang bertempat tinggal jauh. Institut Nalanda Juga menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa S1 Pendidikan Keagamaan Buddha. Sejarah Institut NalandaAsal muasal nama “Nalanda” merupakan sebuah sebuah nama Mahavihara besar di India yang bertahan tidak kurang dari tujuh ratus tahun lamanya (abad ke-6–ke-12). Pada puncak kejayaannya, Mahavira Nalanda memiliki mahasiswa berjumlah 10.000 yang mengikuti baik pendidikan Agama Buddha, kedokteran dan ketabiban, sastra serta astronomi. Balaputra keturunan Raja Syailendra mendapat ijin dari Raja Dewapala untuk membangun sebuah Vihara di lingkungan Mahavira Nalanda (Prasasti Nalanda ) +/- Tahun 856).[4] Dengan cita–cita mulia itu Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda mendirikan Akademi Buddhis Nalanda untuk mendidik para guru agama Buddha disamping kegiatan memberikan bantuan keuangan kepada guru Agama Buddha yang tersebar di beberapa sekolah. Akademi Buddha Nalanda (1979 – 1987)Pada Bulan Mei 1979 dimulai kegiatan Pendidikan Tinggi Agama Buddha oleh Akademi Buddhis Nalanda. Lembaga pendidikan ini didirikan oleh Yayasan Dana Pendidikan Buddhis Nalanda dan merupakan Akademi Buddhis pertama di Indonesia. Akademi Buddhis Nalanda bertujuan untuk mendidik guru Agama Buddha yang pada waktu itu belum banyak dimiliki oleh sekolah untuk membimbing para siswa yang beragama Buddha. Mr. V. Ram, M.Ed. yang pada waktu itu menjabat pimpinan Gandhi Memorial School di Jalan Pasar Baru Selatan, Jakarta, memberikan bantuan berupa ijin penggunaan ruangan kelas untuk kegiatan pembelajaran oleh Akademi Buddhis Nalanda. Tercatat lima orang mahasiswa yang mengikuti kegiatan kuliah awal yang diselenggarakan pada sore/malam hari. Akademi Buddhis Nalanda juga didaftarkan ke Departemen Agama. Pimpinan akademi mengambil prakarsa untuk memilih para dosen serta menyusun kurikulum dan silabus. Para dosen akademi secara otodidak mengembangkan profesionalisme dalam proses pembelajaran. Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda (1987 –2024)Sejalan dengan perkembangan pendidikan nasional, ketika rancangan undang-undang pendidikan nasional sedang dibahas dan bentuk akademi akan ditinggalkan dan digantikan program strata satu (S1), maka dengan dukungan Departemen Agama dikeluarkanlah peraturan menteri agama nomor 1 tahun 1989 yang memberikan landasan yuridis lembaga pendidikan tinggi agama buddha di lingkungan departemen agama. Akademi Buddhis Nalanda pada tahun 1987 telah diubah dan ditingkatkan statusnya menjadi Sekolah Tinggi Agama Buddha. Kegiatan ini mulai dilaksanakan sepenuhnya di Kampus “Ruko Nalanda” di Jalan Kramat Raya No. 64 Jakarta Pusat, bangunan yang telah di beli oleh yayasan pada tahun 1986 sebagai ”Kampus STAB Nalanda”. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 tahun 1990 mengacu pada Undang–Undang Pendidikan Nasional Tahun 1989, sebelum dikeluarkannya peraturan pemerintah tahun 1991 tentang pendidikan tinggi. Untuk mengisi kurikulum dan silabus maka dengan kerjasama Departemen Agama dan Sekolah Tinggi Agama Buddha disusunlah Garis-Garis besar pedoman Pendidikan (GBPP) Jurusan Dharma Acariya tahun 1990. Dengan berlandaskan GBPP tersebut Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda menyelenggarakan kegiatan proses pembelajaran Agama Buddha melalui dua jurusan:
Sejak tahun 1987 sampai dengan 2007, Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda telah meluluskan sebanyak 163 Sarjana Pendidikan Buddha (S.Pd.B.) dan Sejumlah Lulusan program DII. serta Program DIII. STAB Nalanda juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan Program penyetaraan guru agama Buddha yang diselenggarakan oleh departemen agama. Program penyetaraan tersebut melibatkan pendidikan tinggi universitas terbuka (UT) yang menerbitkan modul-modul mata kuliah agama buddha. Materi modul mata kuliah ini ditulis dengan melibatkan sejumlah dosen / pengajar Sekolah Tinggi Agama Buddha Nalanda, seperti: Cornelis Wowor, M.A., Mulyadi Wahyono, S.H., M.Hum., Dr. Dharma K. Widya, Jo Priastana, S.Sos., M.Hum. dan Mettadewi Wong, S.H., M.Pd.B.. Lulusan STAB Nalanda selain mengisi birokrasi Direktorat Departemen Agama Buddha, guru agama Buddha pada perguruan tinggi swasta dan sekolah (SD, SMP, SMA, SMK) juga menjadi dosen pada lingkungan STAB serta wiraswasta. Sebagian dosen STAB Nalanda sekarang ini dipercayakan diisi oleh alumninya. Senat mahasiswa/BEM STAB Nalanda terlibat dalam kegiatan kebaktian umum dan Sekolah Minggu Buddhis. Wadah alumni STAB Nalanda yang mulai terbentuk tanggal 25 Januari 2004 diharapkan dapat memberikan kontribusi di dalam mewujudkan visi dan misi STAB Nalanda. Segala kekurangan yang ada selama dua puluh lima tahun ini diharapkan dapat diatasi dan komitmen untuk melaksanakan Rencana Strategi (Renstra) dapat dilaksanakan dengan secepat mungkin.[5] Institut Nalanda (2024 - Sekarang)Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda resmi beralih status menjadi Institut Nalanda, sebuah pencapaian yang dinyatakan melalui terbitnya Keputusan Menteri Agama RI No. 452 tahun 2024. Keputusan ini tidak hanya memberikan pengakuan resmi terhadap perubahan bentuk STAB Nalanda menjadi sebuah institut, tetapi juga membawa kebanggaan tersendiri dengan memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai perguruan tinggi Buddha pertama di Indonesia yang menyandang status institut.[3] Transformasi ini diprakarsai oleh Ketua Yayasan Romo Tan Tjoe Liang yang menyatakan bahwa perubahan status ini bukan semata-mata untuk kepentingan Nalanda, tetapi lebih dari itu, untuk kemajuan pendidikan agama Buddha di Indonesia. Menurutnya, peningkatan status ini harus dimaknai sebagai tantangan baru untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan dunia pendidikan global. “Tentu dengan berhasilnya mendapat pengakuan rekor MURI ini adalah sesuatu yang membanggakan, tetapi yang lebih penting adalah esensi meningkatkan pendidikan Buddhis di Indonesia,” ujarnya.[6] Program Studi Institut NalandaInstitut Nalanda memiliki beberapa Program Studi dengan jenjang Strata Satu (S1) dan Strata Dua (S2). Program studi yang saat ini aktif dan terbuka untuk mahasiswa baru adalah sebagai berikut. Strata Satu (S1)
Strata Dua (S2)
Referensi
|