Infeksi klamidia
Klamidia (dari bahasa Yunani, χλαμύδος berarti "kerudung") atau disebut juga dengan infeksi klamidia adalah infeksi menular seksual umum pada perempuan dan laki-laki yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang menular melalui seks vaginal, oral, dan anal, atau dapat juga ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya saat melahirkan.[1][2] Sebagian besar orang yang terinfeksi klamidia pada tahap awal tidak memiliki gejala apapun. Gejala baru akan muncul beberapa minggu setelah terinfeksi, misalnya pada perempuan ditandai dengan keputihan atau rasa terbakar saat buang air kecil.[3] Sedangkan pada laki-laki, gejala umum infeksi ini termasuk timbulnya sekresi penis, rasa terbakar saat buang air kecil, atau nyeri pada salah satu atau kedua testis.[2] Jika tidak diatasi, infeksi klamidia dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk infertilitas dan kehamilan ektopik.[1] Infeksi klamidia dapat muncul pada area lain selain genitalia, termasuk anus, mata, tenggorokan, dan kelenjar getah bening. Infeksi klamidia berulang pada mata tanpa pengobatan dapat menyebabkan trakoma, penyebab umum kebutaan pada negara-negara berkembang.[4] EpidemiologiInfeksi klamidia merupakan salah satu infeksi menular seksual yang paling sering terjadi. Pada 2020, data menunjukkan bahwa sebanyak 128.5 juta orang dewasa di rentang usia 15-49 tahun di seluruh dunia terinfeksi klamidia dengan prevalensi sebanyak 4% pada perempuan dan 2,5% pada laki-laki.[1] Infeksi klamidia juga umum menginfeksi dewasa muda. Strain lain dari klamidia dapat menyebabkan trakoma yang ditularkan lewat kontak dengan cairan dari mata atau hidung, terutama pada anak-anak.[5] PenularanKlamidia dapat ditularkan selama seks vaginal, oral, anal, atau manual, dapat juga melalui kontak langsung dengan jaringan konjungtiva. Klamidia juga bisa ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya selama persalinan pervaginam.[2] Pecegahan dan pengobatanInfeksi klamidia dapat dicegah dan diobati. Pencegahan dapat dilakukan dengan tidak berhubungan seksual, penggunaan kondom, atau berhubungan seks dengan satu orang saja (yang tidak terinfeksi).[2] Infeksi ini dapat diobati dengan antibiotik, termasuk azitromisin atau doksisiklin. Bayi baru lahir yang terinfeksi klamidia juga dapat diobati dengan azitromisin.[1] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Chlamydia.
|