Indonesia pada Olimpiade Musim Panas 1952
Indonesia mengikuti Olimpiade Musim Panas untuk pertama kalinya dalam Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia. Indonesia, yang kurang dari dua tahun sebelumnya mengakhiri perang kemerdekaannya, mengirimkan tiga atlet putra dan merupakan salah satu tim terkecil pada Olimpiade tersebut. Bertarung di cabang angkat besi, atletik, dan renang, Tim Indonesia kali ini tidak memperoleh medali apapun. Dari ketiga atlet yang dikirim, Thio Ging Hwie menempati posisi ke-8 dalam angkat besi kelas ringan putra, Maram Sudarmodjo menempati posisi ke-20 dalam lompat tinggi putra, sedangkan Habib Suharko tidak lolos babak penyisihan renang gaya dada 200 m putra. Latar belakangRepublik Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 1945, sebelumnya negara ini adalah jajahan Belanda dengan nama Hindia Belanda dan selama Perang Dunia II berada di bawah pendudukan Jepang. Pada 1946, negara yang baru merdeka ini mendirikan Komite Olimpiade Nasionalnya dengan nama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI). Indonesia mulai mengadakan pesta olahraga pertamanya, Pekan Olahraga Nasional di Surakarta pada 1948. Indonesia tidak berhasil mengikuti Olimpiade 1948 di London karena sedang terjadinya Perang Kemerdekaan melawan Belanda yang berusaha kembali menguasai Indonesia. Pada 1951, Indonesia ikut serta Pesta Olahraga Asia pertama di New Delhi, India. Pada 1952, PORI yang telah berganti nama menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI) diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan Indonesia diterima untuk debut mengikuti Olimpiade pada tahun itu di Helsinki, Finlandia.[1][2] Tim IndonesiaTim Indonesia terdiri dari tiga atlet putra, yakni atlet lompat tinggi Maram Sudarmodjo, perenang Habib Suharko, dan atlet angkat berat Thio Ging Hwie.[3] Mereka dipilih dari para peserta Pekan Olahraga Nasional 1948 dan anggota tim Indonesia pada Pesta Olahraga Asia 1951.[4] Maram Sudarmodjo adalah mantan tentara pelajar dalam perang kemerdekaan dan kelak akan menjadi seorang letnan kolonel di TNI AU.[4] Sebelumnya, ia meraih medali emas pada PON 1948 dan medali perunggu pada Pesta Olahraga Asia 1951, keduanya dengan lompatan 1,89 m.[5] Thio Ging Hwie adalah atlet etnis Tionghoa pertama yang mewakili Indonesia dalam pertandingan olahraga dunia.[6] Selain mereka bertiga, Indonesia juga mengirimkan seorang pemegang bendera untuk upacara pembukaan.[7] Delegasi Indonesia juga tercatat disertai dua orang pengurus dan satu pengamat, dan enam kartu pers diberikan untuk Indonesia.[8] Dengan hanya tiga atlet, Indonesia menjadi salah satu tim terkecil pada Olimpiade 1952, setelah Tiongkok, Guyana, dan Panama (masing-masing satu atlet) maupun Trinidad dan Tobago serta Liechtenstein (masing-masing dua atlet).[3] HasilAngkat besiAtlet Thio Ging Hwie mewakili Indonesia dalam angkat besi kelas ringan putra. Ia menyelesaikan tiga angkatan military press: 97,5 kg, 102,5 kg, dan 105 kg. Angkatan terakhirnya merupakan angkatan terbaik untuk kelas ringan Olimpiade kali ini, bersama-sama dengan lima atlet lain yang mencatat angka sama. Untuk angkatan snatch, awalnya ia berhasil dengan 87,5 kg, lalu gagal mengangkat 92,5 kg, dan pada kesempatan ketiga berhasil mengangkat 92,5 kg. Untuk clean and jerk, ia berturut-turut berhasil mengangkat beban 120 kg, 125 kg, dan 130 kg. Dari ketiga jenis angkatan ini, total catatan terbaiknya adalah 327,5 kg. Angka ini menempatkannya di posisi ke-8 dalam klasemen akhir. Medali emas dimenangkan oleh Tommy Kono dari Amerika Serikat, dengan total angkatan 362,5 kg.[9][10]
AtletikMadam Sudarmodjo, yang ikut serta dalam lompat tinggi putra, adalah satu-satunya wakil Indonesia dalam atletik. Pada babak penisihan, ia masuk dalam Grup B. Ia berhasil melakukan lompatan 180 cm, 184 cm, dan 187 cm, dan berada di posisi ke-14 dalam Grup B dan posisi ke-26 secara keseluruhan. Dengan hasil ini, ia maju ke babak final. Pada babak final, ia bisa melewatkan mistar pertama (170 cm) berkat hasilnya di penyisihan. Lalu, ia berhasil melewati mistar 180 cm pada lompatan pertama, tetapi selanjutnya ia gagal melompati mistar 190 cm setelah tiga percobaan. Dengan hasil ini, ia berada di posisi ke-20 pada klasemen akhir. Medali emas dimenangkan oleh Buddy Davis dari Amerika Serikat, dengan lompatan terbaik 204 cm.[4][11][12]
RenangSatu-satunya perenang Indonesia, Habib Suharko mengikuti gaya dada putra 200 m. Pada babak penyisihan, ia mencatat waktu 2 menit 51.3 detik, berada pada posisi ke-5 dalam grup 5, dan tidak lolos ke babak selanjutnya.[13]
KelanjutanOlimpiade ini berakhir tanpa medali untuk tim Indonesia. Setelah pernampilan perdana pada 1952 ini, Indonesia ikut serta sejumlah olimpiade musim panas selanjutnya tanpa perolehan medali, hingga akhirnya trio Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani berhasil meraih medali perak pada Olimpiade 1988 di Seoul cabang panahan. Medali emas baru diraih pada olimpiade berikutnya, di Barcelona pada tahun 1992 dari cabang bulu tangkis.[14] Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|