Ilmu pidatoIlmu pidato merupakan suatu istilah yang mana pidato dijadikan suatu ilmu untuk dipelajari. SejarahKonon pencetus pidato sebagai sebuah ilmu adalah Corax dan Tisias dari Sirakusa pada abad ke-5 SM. Ditambah satu orang yang berasal Sisilia, Gorgias dari Leontini, yang datang ke Athena pada tahun 427 SM. Gorgias mempromosikan bermacam-macam metode dan menekankan pentingnya daya tarik emosi. Kedatangan Gorgias menjadikan tanda masuknya teori pidato dari Sisilia ke Yunani, sehingga Gorgias menjadi tokoh pidato beberapa tahun setelahnya. Isocrates dari Athena (436-338 SM), yang setelahnya mengembangkan ajaran dalam bidang pidato sebagai ilmu pengetahuan sampai merambah ke dalam sistem pelatihan moral dan politik. Seperti Isocrates (meski tidak menyetujui Isocrates yang menggambarkan bidang pidato sebagai ilmu sebagai salah satu bidang "filsafat"). Plato merasa ada sesuatu yang keliru dalam retorika, Plato menunjukkan bahwa pidato sebagai sebuah ilmu harus dijadikan ilmu yang bermanfaat dalam mengungkap kebenaran serta bertujuan untuk mewujudkan impian tersebut, sang orator harus mengetahui kebenaran terlebih dahulu. Plato menekankan diperlukannya bakat alami dan latihan, serta pentingnya pertimbangan psikologis, serta tidak mendukung argumen tak mendasar, klasifikasi yang kaku, dan trik yang bervariasi. Aristoteles, dalam karyanya (Rhetoric), menerima saran Plato bahwa pidato bisa dijadikan sebuah ilmu - berusaha memenuhi kritiknya - dan menyertakan topik tersebut dalam pelajaran filsafatnya. Bagi Aristoteles, retorika adalah cabang ilmu penalaran, "pengamatan atas semuar cara persuasi yang ada", dan analisisnya fokus dengan seksama kepada akal sehat dan kelemahan manusia. Analisisnya pun menetapkan dasar dari gaya Aristoteles, kemduai muridnya, Theophrastus.[1] Contoh pedoman aspek teknis pidato adalah karya anonim berjudul Rhetorica ad Alexandrum dari abad ke-4 SM. Pada abat pertengahan abad selanjutnya, ketika pembagian wilayah politik bukan lagi negara-kota tetapi kerajaan-kerajaan besar, pidato bukan lagi ilmu yang penting, dan retorika menjadi ilmu skolastik. Referensi
|