Igor Dodon
Igor Dodon[a] (pengucapan bahasa Rumania: [ˈiɡor doˈdon]; bahasa Rusia: Игорь Никола́евич Додон, tr. Igoŕ Nikolajevič Dodon; lahir 18 Februari 1975) adalah politikus Moldova yang menjabat sebagai Presiden Moldova ke-5 periode 23 Desember 2016 hingga 23 Desember 2020. Sebelumnya, dia adalah pemimpin Partai Sosialis Republik Moldova. Ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Ekonomi pada pemerintahan Vasile Tarlev dan Zinaida Greceanîi dari September 2006 hingga September 2009 dan anggota Parlemen Moldova dari tahun 2009 hingga 2016. BiografiIgor Dodon lahir pada 18 Februari 1975 di desa Sadova, Călărași, Republik Sosialis Soviet Moldavia. Dia belajar ekonomi di Universitas Pertanian Negeri Moldova dan menerima gelar doktor pada tahun 1998 dari Akademi Ilmu Ekonomi Moldova.[3] Dari tahun 1997 hingga 2005, ia bekerja sebagai asisten profesor dan dosen di bidang akademik.[4] Ia telah menikah dan memiliki tiga anak.[5][6] Selain bahasa asalnya Moldova, ia juga bisa berbahasa Rusia, Prancis, dan Inggris.[7] Karier politikDodon diangkat menjadi Wakil Menteri Perdagangan dan Ekonomi di bulan Mei 2005 pada kabinet Tarlev kedua. Ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Ekonomi di bulan September 2006. Dia menjabat posisi ini sampai bulan September 2009, ketika pemerintahan Zinaida Greceanîi berakhir. Dodon juga memegang jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri di bawah Greceanîi dari tahun 2008 sampai dengan 2009.[8] Pada bulan Juni 2011, Dodon kalah dengan Dorin Chirtoacă dalam pemilihan wali kota Chisinau. Ia memperoleh 49,4% suara.[9] Pada November 2011, Dodon keluar dari Partai Komunis Republik Moldova (PCRM). Ia berharap bahwa ada kesepakatan kerja dengan Aliansi untuk Integrasi Eropa yang berkuasa untuk memilih presiden dan mengakhiri krisis konstitusional yang telah berlangsung sejak pengunduran diri Vladimir Voronin pada tahun 2009.[10] Greceanîi dan Veronica Abramciuc keluar dari partai pada saat yang sama.[11][12] Pada tanggal 18 Desember 2011, Dodon bergabung dengan Partai Sosialis Republik Moldova (PSRM) dan terpilih sebagai ketua partai.[13][14] Pada tanggal 16 Maret 2012, tiga mantan anggota partai komunis (Dodon, Greceanîi dan Abramciuc) memilih calon presiden dari Aliansi untuk Integrasi Eropa (AIE), Nicolae Timofti sebagai Presiden Moldova. Kemudian, Dodon menyatakan bahwa ia menyesal telah memilih Timofti.[15][16] Setelah ia terpilih sebagai Presiden Moldova, Dodon mengundurkan diri sebagai ketua PSRM dan keluar dari partai karena kontitusi mengharuskan presiden tidak boleh menjadi anggota partai. Ia digantikan oleh Zinaida Greceanîi sebagai pemimpin sementara.[17] Pandangan politikIgor Dodon dianggap sebagai politikus pro-Rusia dan mendukung federalisasi Moldova.[18][19] KontroversiPada tahun 2010, Partai Komunis (PCRM) mulai mempromosikan bendera resmi baru Moldova.[20] Pada Maret 2012, Igor Dodon dan Partai Sosialis (PSRM) menggandeng PCRM untuk mengadakan referendum untuk mengubah bendera Moldova yang mirip dengan Rumania dengan lambang negara Moldova menjadi bendera dengan warna merah-biru.[21][22] Bendera yang diusulkan dianggap sebagai "niatan politik murni". Pada November 2012, Dodon mengunggah foto profil di Facebook dengan menunjukkan dia mengenakan pakaian yang dijahit dengan bet bendera Rusia. Ia dikritik karena dugaan Rusofilia.[23] Pada November 2014, politiikus sosialis etnis Rusia Valentin Crîlov (ro ) menuduh Igor Dodon menjadi "alat dari skenario yang akan menyebabkan 'pertumpahan darah' di Moldova", dan menjuluki Partai Sosialis sebagai "pelayan negara lain" seperti Rusia. Dia juga menuduh partai menjadi ancaman bagi "perdamaian, stabilitas dan keberadaan" Republik Moldova.[24][25] Pada Oktober 2016, selama kampanye pemilihan presiden, Igor Dodon menegaskan bahwa Krimea, penyebab sengketa wilayah antara Rusia dan Ukraina, "adalah wilayah Federasi Rusia".[26][27] Pada Januari 2017, Dodon menyatakan bahwa Moldova tidak akan mengakui Krimea milik Rusia dan menekankan bahwa "kita perlu membangun persahabatan dengan Ukraina, kita perlu untuk memecahkan masalah Transnistria."[28] Pada 17 Oktober 2017, Mahkamah Konstitusi Moldova memutuskan bahwa Dodon bisa diskors dari jabatannya karena gagal mengambil sumpah Menteri Pertahanan Eugen Sturza.[29] Catatan
Referensi
Pranala luar
|