Ida Bagus Ardana
Drs. Ida Bagus Ardana (1939 atau 1940 – 8 Agustus 2024) adalah seorang birokrat dan politikus Indonesia. Beberapa jabatan yang pernah dijabatnya di Pemerintahan Provinsi Bali, seperti Bupati Jembrana pada tahun 1980 hingga 1990 dan Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali pada tahun 1994 hingga 1999. Beliau juga pernah menjadi Wakil Ketua Golkar Bali pada tahun 1993. sampai tahun 1998. Kehidupan awalArdana lahir pada tahun 1939 atau 1940[1] di Buleleng[2] sebagai anak tertua dari sepuluh bersaudara. Ia menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di wilayah tersebut sebelum pindah ke Jember di Jawa Timur untuk melanjutkan studi lebih lanjut.[3] KarierArdana bergabung dengan pegawai negeri pada tahun 1969[4] setelah menyelesaikan pendidikannya di Jember.[3] Beliau ditugaskan di pemerintahan daerah Jembrana dan menduduki beberapa jabatan penting di pemerintahan daerah. Bupati Liek Rochadi mengangkatnya sebagai sekretaris daerah—posisi PNS paling senior—pada Februari 1977.[5] Pada bulan Agustus 1980 Ardana menggantikan Liek Rochadi sebagai Bupati Jembrana.[6] Sebagai bupati, Ardana menerapkan konsep "pemerataan pembangunan" untuk Jembrana dan membangun jalan menuju desa-desa.[7] Usahanya mengantarkan kabupaten tersebut menerima penghargaan Parasamya Purna Karya Nugraha pada tahun 1982 yang diserahkan kepada Ardana oleh tiga menteri.[8] Ardana juga aktif mempromosikan transmigrasi ke Sulawesi.[9] Di bidang keagamaan, Ardana mengeluarkan izin pembangunan Gereja Paroki Gilimanuk pada tahun 1987, yang ditutup satu dekade kemudian.[10] Ia populer di kalangan masyarakat Jembrana karena sering terlibat dalam kegiatan masyarakat.[8] Ardana juga dikenal disiplin, dan pernah mengurung seorang pegawai negeri yang terlambat menghadiri rapat di luar.[7] Ardana digantikan oleh Ida Bagus Indugosa pada September 1990.[11] Setelah menyelesaikan masa jabatannya selama sepuluh tahun sebagai bupati, ia diangkat menjadi Asisten Kedua Sekretaris Daerah Provinsi Bali yang bertanggung jawab di bidang administrasi pembangunan.[12] Di kantor tersebut, Ardana beberapa kali mewakili Gubernur Bali.[13][14] Ardana diangkat sebagai Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali pada tahun 1994 dan menjabat hingga tahun 1999.[15] Ia bertanggung jawab mengelola bantuan pembangunan untuk Bali dari berbagai sumber, seperti Bank Dunia.[16] Ia juga aktif dalam politik selama periode ini dan menjadi wakil ketua Golkar di Bali dari tahun 1993 hingga 1998.[17] Kehidupan pribadiIstri pertama Ardana, I Gusti Ayu Komang Muliati, melahirkan dua orang anak.[8] Muliati meninggal dunia pada 28 Januari 1989.[18] Ardana kemudian menikah dengan Ayu Sri Wulan Tisna. Dia memiliki seorang putri dari pernikahan keduanya.[8] Pada tanggal 8 Agustus 2024, Ardana dan istrinya ditemukan tewas di rumah mereka di Denpasar oleh saudara iparnya, yang masuk ke dalam rumah setelah tidak mendapat tanggapan. Jenazah Ardana ditemukan di dapur dengan bekas darah, sedangkan Tisna ditemukan di kamar tidur.[19] Layanan darurat mengevakuasi jenazah empat jam setelah ditemukan untuk diautopsi. Penyelidikan awal polisi menunjukkan bahwa Ardana telah meninggal sehari sebelum ditemukan.[20] Polisi telah menemukan sisa makanan dan obat-obatan sebagai barang bukti dari rumah Ardana.[21] Referensi
|