Ibrahim I bin al-Aghlab
Ibrahim I bin al-Aghlab (bahasa Arab: إبراهيم ابن الأغلب; 756–812) adalah Emir Ifriqiyah pertama dari keluarga Aghlabiyyah (800–812). Cikal bakal dan awal karierIa adalah putra al-Aghlab, seorang Arab Khurasani yang pernah menjadi sahabat Abu Muslim selama Revolusi Abbasiyah. Ia pernah menjabat sebagai gubernur Ifriqiyah pada tahun 765–767, dan terbunuh selama pemberontakan al-Hasan bin Harb.[1] Encyclopaedia of Islam menggambarkan Ibrahim sebagai "energik dan bijaksana, bijaksana dan cerdik, seorang pejuang pemberani serta diplomat yang terampil", dan memiliki pendidikan yang cukup, termasuk dalam hukum Islam, serta berbakat dalam puisi dan pidato.[1] Pada tahun 795, Ibrahim diangkat menjadi gubernur Zab.[1] Dari posisi itu ia memainkan peran utama dalam penindasan pemberontakan terhadap gubernur Abbasiyah Ifriqiyah, Muhammad bin Muqatil al-Akki.[2] Sebagai hadiah, pada tanggal 9 Juli 800 Khalifah Harun Ar-Rasyid mengakui dia sebagai emir Ifriqiyah, dan menganugerahkan kemerdekaan yang hampir lengkap dengan imbalan pembayaran tahunan sebesar 40.000 dinar emas ke kas Abbasiyah. Hal ini memungkinkan Ibrahim dan penggantinya untuk mendirikan dinasti Aghlabiyyah yang turun-temurun.[2] MemerintahIbrahim berhasil menundukkan pemberontakan Berber terakhir yang terus berlanjut sejak Pemberontakan Besar Berber,[3] meskipun wilayah selatan Maghreb harus diserahkan sepenuhnya, dan suku Berber di sana diizinkan untuk mempertahankan kepercayaan Khawarij atau Syiah mereka, yang satu abad kemudian menjadi dasar jatuhnya Aghlabiyyah ke tangan Syiah Fathimiyah.[3] Di dalam negeri, Ibrahim dan para penerusnya menghadapi pertentangan terus-menerus dari komunitas pemukim Arab (jund) di Tunis dan Kairouan, yang iri dengan hak prerogatif mereka dan menindas penduduk asli.[3] Selain itu, Ibrahim adalah seorang Muslim Mu'tazili, dan menentang para ahli hukum Maliki di Kairouan. Ia menunjuk Abu Muhriz, seorang imam Mu'tazili, sebagai Qadi (hakim syariah) Qayrawan (kadi Kairouan) pada tahun 806. Ibrahim menghadapi dua pemberontakan dari jund, satu oleh Hamdis bin Abd ar-Rahman al-Kindi pada tahun 802, dan yang lainnya oleh Imran bin Mukhallad pada tahun 809.[3] Akibatnya, Ibrahim mendirikan kota istana al-Abbasiyya (atau al-Qasr al-Qadim), tepat di selatan Kairouan, dan mengimpor sejumlah besar tentara budak Afrika hitam untuk mengurangi ketergantungannya pada jund.[3] Setelah kematiannya pada tanggal 5 Juli 812, ia digantikan oleh putranya Abdallah I (memerintah 812–817).[1] Referensi
Sumber
|