I Gusti Bagus Sugriwa
I Gusti Bagus Sugriwa (4 Maret 1900 – 22 November 1973) adalah seorang penulis, agamawan, dan politikus Bali yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia periode 1959–1966.[2] Ia dikenal sebagai tokoh pembaharu agama Hindu Bali dan pendiri Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).[3] Masa mudaSemasa muda, I Gusti Bagus Sugriwa dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap kemajuan pendidikan. Ia pernah mengajar di Sekolah Rakyat di Bungkulan, Buleleng, kemudian mengajar di Sekolah Rakyat di Jinengdalem, Buleleng, pada tahun 1921. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah Vervogcshool di Kubucepatan pada tahun 1935. Sugriwa juga pernah mengajar bahasa Jepang di sejumlah sekolah di Bali.[4] KarierSetelah Indonesia merdeka, Sugriwa ditunjuk menjadi anggota Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia pada tahun 1946. Semasa Revolusi Nasional Indonesia, ia ditangkap oleh Belanda pada tahun 1948. Dua tahun kemudian, ia terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Bali.[1] Sugriwa pernah menjadi pemimpin redaksi Majalah Damai terbitan Yayasan Djasa Pedjoeang di Denpasar. Pada tahun 1957, ia diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai anggota Dewan Nasional yang dibentuk sebagai badan penasihat kabinet presiden dan anggota Dewan Pertimbangan Agung yang mewakili umat Hindu Bali. Sugriwa dipandang sebagai tokoh Bali yang merumuskan banyak hal terkait agama Hindu di Bali. Ia juga gencar memperjuangkan agar agama Hindu Bali diakui negara. Berkat upayanya, pada 5 tanggal September 1958, diterbitkan Surat Keputusan Menteri Agama RI yang mengakui keberadaan agama Hindu Bali sebagai salah satu agama resmi di Indonesia. Ia juga menjadi salah seorang pelopor pendirian Parisada Hindu Dharma Indonesia dan berperan besar dalam menetapkan corak agama Hindu Bali yang tetap berlandaskan pada ajaran dan budaya leluhur serta tidak berkiblat sepenuhnya pada ajaran Hindu India.[3] Pada tahun 1970, ia mengajar di Lembaga Pendidikan Dwijendra, Perguruan Tinggi Rakyat Saraswati, Pendidikan Guru Agama Hindu Negeri (PGAHN), yang kemudian menjadi Institut Agama Hindu Negeri Denpasar. Selain sebagai guru, Sugriwa juga menulis dan menerjemahkan sejumlah buku yang berkaitan dengan agama Hindu, seperti Sutasoma, Dwijendra Tatwa, Pelajaran Agama Hindu Bali, dan Ilmu Pedalangan.[5] KematianI Gusti Bagus Sugriwa wafat pada tanggal 22 November 1973. Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa di Denpasar. Sosoknya juga diabadikan dalam sebuah patung yang berdiri di depan kampus tersebut.[2] Referensi
Pranala luar
Daftar pustaka
|