Hulosobo adalah sebuah nama desa pegunungan, berada di perbukitan menoreh. Penduduk pertama yang menjadi cikal bakal berdirinya desa hulosobo adalah seorang prajurit pelarian dari mataram/Jogjakarta pada saat perang Diponegoro sekitar tahun 1800-an. Secara semantik, Pelarian dapat diartikan sobo, sedangkan orangnya disebut kawulo. Kata kawulo sobo inilah yang sekarang menjadi Hulosobo, seiring dengan penyesuaian lafal manusia.
Desa Hulosobo menyimpan sejarah perang kemerdekaan sekitar tahun 1949-an, saat bupati Purworejo mengungsi di desa Hulosobo karena kejaran tentara Belanda. Tempat pengungsian ini berada di dukuh gebang yg terkenal dengan Karang Kaendran. Saat tentara membombardir tempat ini ternyata meleset, karena bom jatuhnya di sekitar kecamatan Kaligesing. Selamatlah bupati Reksonegoro dari serangan Belanda, kemudian beliau membuat prasasti mengenai keberadaannya di Karang Kaendran desa Hulosobo. Sayang, karena ketidaktahuan penduduk, prasasti ini dihancurkan untuk fondasi rumah. Pemerintah desa Hulosobo berinisiatif untuk membuat tiruan atau replika prasasti Karang Kaendran untuk mengenang sejarah.
Desa Hulosobo mempunyai berbagai kesenian tradisional. Namun yang saat ini sedang populer adalah kesenian tradisional kuda lumping "WIDOTOMO".
Desa Hulosobo terbagi menjadi 4 Rw.
Geografi
Peta Hulosobo bisa dilihat di sini: http://maps.google.com/maps?ll=-7.7501923,110.08031&z=13&t=h&hl=en