Hubungan Fiji dengan Indonesia
Hubungan Fiji dengan Indonesia secara resmi terjalin pada 1974, saat itu misi Indonesia untuk Fiji dilakukan melalui Kedutaan Besar Indonesia di Wellington, Selandia Baru. Pada 22 Agustus 2002 Indonesia membuka kedutaan besar di Suva, Fiji.[1] Fiji kemudian membuka kedutaan besar mereka di Jakarta pada 6 April 2011 sekaligus menjadi kedutaan besar resmi untuk Timor Leste.[2] Hubungan ekonomiMeskipun volume perdagangan relatif kecil dengan nilai US$36 juta pada 2007, Indonesia melihat Fiji sebagai pintu gerbang potensial untuk masuk ke pasar Pasifik Selatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia terhadap Fiji sulprus setiap tahunnya. Ekspor Indonesia ke Fiji memasuki tren meningkat dimana mencapai US$18,63 juta pada 2006, US$18,74 pada 2007, dan US$23,23 juta pada 2008.[1] Fiji bergantung pada impor produk untuk kebutuhan sehari-hari karena mereka tidak mampu memproduksinya secara lokal. Sebagian besar perdagangan Fiji dilakukan dengan Australia dan Selandia Baru, dan Indonesia melihat hal ini sebagai kesempatan untuk masuk ke pasar lokal. Indonesia mengekspor produk kebutuhan sehari-hari seperti kertas, serat, tekstil, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan peralatan elektronik, furnitur, kerajinan tangan, produk fesyen, makanan olahan, kopi, sampo, sabun, deterjen, plastik, bahan kimia, onderdil otomotif, dan peralatan pertanian.[1] Kerja sama, pendidikan dan bantuanAwalnya hubungan kedua negara didominasi oleh hubungan dagang. Kedua negara kemudian sepakat untuk memperluas hubungan ke sektor lain seperti pada sektor wisata, bisnis, dan pendidikan. Pada 8 Januari 2014, Pemerintah Indonesia mendonasikan J$1 juta (US$528.899) untuk pembentukan Akademi Kepolisian Regional yang terletak di Nasova, Suva. Akademi yang berbasis di Fiji ini akan menjadi tempat pelatihan calon petugas kepolisian dari lima negara anggota Melanesian Spearhead Group. Catatan
Lihat pula
Pranala luar |