Hoogere Burgerschool te Bandoeng
Hoogere Burgerschool te Bandoeng atau Bandoengsche Hoogere Burgerschool dalam ejaan lebih baru Hogere Burgerschool te Bandoeng disingkat HBS te Bandoeng atau HBS Bandung adalah pendidikan menengah umum dengan masa studi lima tahun yang didirikan pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Juli 1915 di jalan Billitonstraat di lokasi yang sekarang ditempati SMA Negeri 3 Bandung dan SMA Negeri 5 Bandung (sekarang Jl. Belitung No. 8, Kota Bandung, Jawa Barat). HBS Bandung merupakan HBS keempat di Hindia Belanda setelah Koning Willem III School te Batavia (27 November 1860), Surabaya (November 1875), Semarang (1 November 1877).[1] Dari sisi kepemilikan, sekolah ini termasuk kategori Gouvernements HBS atau Openbare HBS dalam pengertian bahwa HBS tersebut diselenggarakan dan dimiliki pemerintah dan berstatus sekolah negeri.[note 1] Direktur (kepala sekolah) HBS Bandung yang pertama adalah Dr. Willem Marius Docters van Leeuwen. Upacara pembukaanHBS Bandung dibuka pada hari Kamis, 1 Juli 1915 dengan upacara peresmian yang meriah. Pagi hari suasana sekolah telah dihias dengan banyak umbul-umbul dan dekorasi. Karangan bunga ucapan selamat banyak dikirimkan oleh para dermawan. Sekitar jam 9.30 para undangan banyak yang sudah berdatangan ke pendopo yang terletak di belakang sekolah. Upacara diawali dengan pidato pembukaan sekolah oleh Directeur van Onderwijs en Eredienst (direktur pendidikan dan agama) - Dr. Emanuel Moresco yang menguraikan pentingnya pembukaan HBS ini. Pidato berikutnya oleh Voorzitter van den Gemeenteraad (ketua dewan kota) - Bertus Coops dan Direktur HBS - Dr. Willem Marius Docters van Leeuwen. Setelah minuman dibagikan, Residen Priangan - T. J. Janssen mengajak para hadirin untuk toast demi kemajuan HBS. Selanjutnya Van Dalfsen selaku pemrakarsa pendirian HBS memberikan sambutannya. Sementara itu para siswa memisahkan diri menuju ke gedung utama untuk acara dansa hingga tengah malam. Selain upacara peresmian di pagi hari, malamnya diadakan bioskop terbuka di Pieterspark (sekarang menjadi Taman Merdeka di depan Kantor Wali kota Bandung). Kumpulan masyarakat banyak berkumpul dan berlalu lalang di Alun-Alun dan Pieterspark. Barisan korps musik diiringi obor-obor yang menyala berkeliling kota Bandung menuju lokasi HBS, dan sebagai puncak acara malam itu diadakan pesta kembang api yang memeriahkan acara tersebut, di mana seakan seluruh masyarakat Bandung turut dalam kebahagiaan ini.[2] PerkembanganPada saat dibuka pertama kali pada TA 1915-1916 HBS Bandung langsung menyelenggarakan dua tingkatan, kelas satu dan kelas dua.[3] Pada TA 1916-1917 HBS Bandung memiliki 140 siswa, TA 1917-1918 yang dimulai 2 Juli 1917 memiliki 270 siswa,[4] tahun 1918 menjadi 409 siswa, dan bulan Februari 1925 menjadi 650 siswa (termasuk HBS Filial).[5] HBS Bandung berkembang dengan pesat hingga kemudian berdasarkan Besluit tanggal 7 Februari 1919 Nomor 4 dibuka Filial (kelas tambahan) di lokasi yang sama.[6] Selanjutnya HBS Filial inipun membutuhkan lokasi yang baru, sehingga pada tahun 1919 pemerintah memberikan lahan seluas 30.000 meter persegi di lokasi yang terletak antara Lembangweg dan Pasirkaliki, sebelah selatan Instituut Pasteur.[7] Prosentase kelulusan ujian kenaikan tingkat TA 1926-1927 berkisar antara 68%-89%, sedangkan TA 1927-1928 berkisar antara 68%-87%. Tingkat kelulusan eindexamen (ujian akhir) pada bulan Mei-Juni 1928 untuk HBS Bandung adalah 77,1% (lulus 54 dari 70 peserta ujian), sebagai perbandingan untuk KW III School adalah 84,2% (lulus 64 dari 76 peserta ujian), HBS Surabaya 82,1% (lulus 32 dari 39 peserta ujian), HBS Semarang 76,9% (lulus 20 dari 26 peserta ujian). Sedangkan masa studi rata-rata peserta yang lulus untuk tiap HBS adalah:[8]
Pada TA 1941-1942 yang dimulai 1 Agustus 1941 dibukalah Algemeene Middelbare School afdeeling B (Wiskundige afdeeling) (AMS bagian B - ilmu pasti dan ilmu alam) melekat di lokasi HBS Bandung dan dipimpin oleh Direktur HBS yaitu J. B. E. van Meir.[9] Tidak banyak yang diketahui tentang AMS baru ini karena beberapa bulan kemudian, pada tahun 1942 dengan jatuhnya Hindia Belanda HBS dan AMS ini terpaksa ditutup. Komplek bangunannya kemudian difungsikan sebagai markas (tangsi/asrama) tentara Jepang (Kempetai). Direktur HBS
Kepala HBS Filial
Alumni
Lihat pulaCatatan
Referensi
|