Hon'ami Kōetsu
Hon'ami Kōetsu (Jepang: 本阿弥 光悦; 1558 – 27 Februari 1637) adalah seorang kaligrafer, pengrajin lak, pengrajin gerabah, ahli seni taman, ahli pepedangan, dan penganut setia upacara minum teh. Karya-karyanya secara umum dianggap telah menginspirasi pendirian aliran melukis sekolah seni Rinpa. Robert Hughes dari redaksi Time Asia menulis bahwa di Jepang, Kōetsu adalah "warisan negara yang sangat berharga, sama terkenalnya dengan Benvenuto Cellini di dunia barat", walaupun di Amerika Serikat dia "hampir tidak dikenal".[1] Kehidupan awalKōetsu lahir di keluarga pemoles dan ahli pedang yang melayani kekaisaran dan juga para daimyō pada zaman Sengoku (1467–1603), seperti Tokugawa Ieyasu dan Oda Nobunaga. Selama beberapa generasi, keluarga Hon'ami adalah pengikut setia aliran Buddha Nichiren.[2] Kakek buyut Kōetsu, Hon'ami Honkō (Kiyonobu), adalah pengikut setia pendeta Nichiren Nisshin. Sejak saat itu, keluarga Hon'ami penyokong kuil Honpō-ji yang didirikan Nisshin dan Koetsu masih melanjutkan hubungan keluarganya dengan kuil itu.[3] Kakek Kōetsu terhitung sebagai salah satu "pendamping dan penasihat" (同朋衆, dōbōshū) Shōgun Ashikaga Yoshimasa. Ayah Kōetsu, Hon'ami Kōji (d. 1603), menerima dana bantuan tetap dari klan Maeda, sebagai bayaran untuk jasa-jasanya sebagai ahli pedang. Kōetsu masih melanjutkan hubungan keluarganya dengan klan Maeda dan wilayah kekuasaannya di Provinsi Kaga; dia menjadi penasihat klan Maeda mengenai seni pedang, lukis, dan seni lainnya. Kōetsu bertemu dengan banyak anggota dari perkumpulan seni dari relasi dengan klan Maeda, salah satunya adalah Kobori Enshū, seorang ahli upacara teh. Kōetsu juga mengembangkan hubungan dengan sandiwara panggung Noh dan dengan keluarga Kanze, keluarga aktor sandiwara, yang tinggal di dekat tempat tinggal keluaga Hon'ami di Kyoto bagian utara. Dia kemungkinan juga tampil di dalam sandiwara Nō sebagai pencerita dan merancang berbagai karya yang digunakan di atas panggung oleh para aktor. KeterampilanWalaupun dilatih sebagai seorang pemoles pedang, Hon'ami menjadi mahir dalam kerajinan gerabah, lakeri, dan keramik karena ketertarikannya dengan upacara minum teh yang baru dibangkitkan dan disempurnakan kembali beberapa dekade lalu oleh Sen no Rikyū. Dia dianggap sebagai salah satu murid terkemuka ahli upacara teh Furuta Oribe dan gaya seni yang dikenal sebagai Raku ware. Koetsu diberikan tanah liat oleh Donyu II, cucu dari pengrajin gerabah gaya Raku yang pertama, Chōjirō I. Walaupun bentuk karya Kōetsu terinspirasi dari tradisi keluarga Raku, dia juga menambahkan ciri khasnya sendiri dalam mangkuk teh buatannya. Salah satunya adalah mangkuk teh Fuji-san yang ditetapkan sebagai Pusaka Nasional. Dalam semua dokumen tentang Kōetsu yang masih tersisa, hanya ada satu surat yang menyinggung tentang pedang.[4] Diyakini kewajibannya sebagai penerus pekerjaan keluarga sebagai ahli pedang dia turunkan kepada putra angkatnya Kōsa dan cucunya Kōho. Kōetsu juga salah satu kaligrafer terbaik di masanya, terinspirasi seperti banyak kaligrafer terbaik Jepang lainnya, oleh tulisan-tulisan istana dari zaman Heian. Dia diajari oleh Pangeran Sonchō tentang gaya penulisan kaligrafi ala Wang Xizhi, seorang kaligrafer klasik Tiongkok. Dia menciptakan berbagai karya kaligrafi, yang kesemuannya memiliki gaya dengan gaya tulisan miring yang mengalir, mengingatkan kembali pada karya-karya klasik. Bersama dengan Konoe Nobutada dan Shōkadō Shōjō, mereka dikenal sebagai Tiga Kuas atau Sanpitsu di Era Kan'ei (寛永の三筆, kan'ei no sanpitsu). Walaupun dia menciptakan sejumlah karya dengan gaya klasik, Kōetsu juga mengembangkan gaya penulisan kaligrafinya sendiri dan mengajarkannya kepada murid-muridnya. Kerajinan lak juga merupakan salah satu keahlian Kōetsu, yang mana dia dianggap inovatif dan sangat aktif. Meskipun karya-karya awalnya masih konservatif, pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, dia mulai menerapkan teknik-teknik yang inovatif. Dia terampil dalam merancang karya-karya yang menggunakan kaleng, timah, dan jenis logam dasar lainnya, serta juga menggunakan emas dan induk mutiara. KolaborasiHon'ami berhubungan dekat dengan pelukis Tawaraya Sōtatsu, yang diyakini telah menghias banyak karya-karya kaligrafi Ho'nami dengan kertas emas dan cat. Keduanya bekerja sangat dekat selama 15 tahun setelah pergantian abad ke-17 dan beberapa peneliti percaya bahwa keduanya dihubungkan oleh tali pernikahan keluarga masing-masing. Sōtatsu adalah anggota utama sekolah seni Rinpa dan lukisan-lukisannya kemungkinan besar mencerminkan pengaruh dan gaya Hon'ami dalam beberapa tingkatan. Perkumpulan senimanPada tahun 1615, Hon'ami mendirikan sebuah perkumpulan seniman di Kyoto bagian barat laut, di sebuah tempat bernama Takagamine yang diberikan olehnya kepada Tokugawa Ieyasu. Para peniliti tidak sepakat apakah komunitas ini berfokus pada seni ataupun agama, terutama aliran Buddhisme Nichiren dan apakah tempat yang diberikan adalah sebagai bentuk murah hati ataupun pengasingan. Bagaimanapun, di komunitas itulah Hon'ami pengembangan gaya lukis dan desain uniknya sendiri yang kemudian akan berkembang menjadi sekolah seni Rinpa. Terdapat juga tempat peristirahatan bernama Taikyo-an yang digunakan untuk pertemuan ibadah dan pertapaan, selain berfungsi sebagai tempat perkumpulan seniman. Sejumlah tokoh penting, salah satunya adalah sejarawan Hayashi Razan, pernah berkunjung di masa akhir kehidupan Kōetsu. Setelah kematiannya pada tahun 1637, perkumpulan ini dibubarkan dan tanahnya dikembalikan kepada keshogunan oleh Hon'ami Kōho, cucu Kōetsu. Para kolektorErnest Fenollosa, salah satu kolektor dan kritikus awal seni Jepang yang berasal dari Amerika Serikat, pernah menulis bahwa Hon'ami adalah satu-satunya seniman pada periode Modern Awal yang pantas disandingkan dengan seniman-seniman terkemuka dahulu.[4] Hon'ami Kōetsu dan ibunya muncul di novel Musashi karya Eiji Yoshikawa. Hon'ami juga pernah diperankan dalam film Samurai II: Duel at Ichijoji Temple yang disutradarai Hiroshi Inagaki, yang diadaptasi dari novel. Referensi
Daftar pustaka
Pranala luar
|