Henge’doHenge'do merupakan sebuah salam khas dari masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang berasal dari Kabupaten Sabu Raijua[1]. Untuk melakukannya, seseorang cukup menyentuhkan hidungnya ke orang lain pada saat bertemu.[2] Henge'do adalah tradisi yang dilakukan tanpa memandang latar belakang apapun, seperti jenis kelamin, status, strata sosial bahkan hingga usia. Tradisi ini dilakukan sebagai ikatan persaudaraan bagi sesama. Ini juga merupakan tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua. Henge'do juga tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu. Tradisi ini bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun.[3] FilosofiTradisi ini secara teknis dilakukan dengan meniru semut merah.[1] Masyarakat memaknai tradisi ini sebagai sebuah lambang persaudaraan serta kekeluargaan antara satu dengan yang lainnya, sekali pun baru pertama kali bertemu.[3] Saat melakukan cium hidung, mulut harus dalam keadaan tertutup, mata harus saling memandang, dan tangan harus saling memegang bahu orang yang dicium. Sebagai bentuk rasa hormat, maka yang lebih muda harus terlebih dahulu mencium yang lebih tua.[1] Adapun arti filosofis dari tradisi ini sebagai berikut:[1]
Pada kunjungan kerja ke Sumba Barat Daya, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur dalam rangka menutup Parade 1001 Kuda Sandelwood dan membuka Festival Tenun Ikat 2017, Presiden Joko Widodo mempraktikkan tradisi khas NTT ini.[4] Lihat juga
Referensi
|