Heinrich VII dari Jerman
Henry (VII) (1211 – 12 Februari ? 1242), merupakan seorang Raja Sisilia dari tahun 1212 sampai 1217 dan Raja Jerman (resminya Rex Romanorum) dari tahun 1220 sampai 1235, sebagai putra dan rekan pemimpin Kaisar Friedrich II. Ia berasal dari anggota keluarga Wangsa Hohenstaufen. Ia adalah Heinrich ketujuh yang memerintah di Jerman, tetapi untuk menghindari kesalahpahaman dengan kaisar Luksemburg, Heinrich VII, ia biasanya disebut Heinrich (VII).[1] Di bawah perwalianHeinrich dilahirkan di Sisilia, putra tunggal Raja Friedrich II dan istri pertamanya, Gonstanza dari Aragon.[2] Ia merupakan cucu laki-laki Alfonso II dari Aragon dan Sancha dari Kastilia. Ia juga adalah saudara Konrad IV, yang akhirnya menggantikannya sebagai raja. Ketika Friedrich berusaha untuk menjadi calon raja Jerman melawan saingannya, Otto IV dari Welfen, ia mengangkat putranya yang baru lahir sebagai Raja Sisilia (sebagai Heinrich II) oleh Paus Innosensius III pada bulan Maret 1212,[3] karena adanya kesepakatan di antara Friedrich dan Paus bahwa kerajaan Jerman dan Sisilia tidak boleh disatukan di bawah satu pemimpin. Untuk itu, ibundanya Gonstanza bertindak sebagai pemangku takhta. Namun setelah kematian Paus pada tahun 1216, Friedrich memanggil putranya ke Jerman, dan mempercayakan kepadanya Kadipaten Swabia,[4] dan sekali lagi mengambil gelar Raja Sisilia pada tahun 1217. Ibunda Heinrich tetap bertindak sebagai pemangku takhta di Sisilia, yang sekarang bertindak atas nama suaminya, sampai tahun 1220. Setelah garis Swabia Wangsa Zähringen punah pada tahun 1219 Heinrich juga menerima gelar mereka Rektor Bourgogne,[4] meskipun gelar tersebut menghilang ketika Heinrich terpilih sebagai raja. Pada tanggal 20/26 April 1220, pangeran-pangeran Jerman berkumpul di Frankfurt memilih Heinrich sebagai Raja Romawi, Kaisar menerbitkan Confoederatio cum principibus ecclesiasticis, demi Uskup Pangeran.[4] Pemilu itu telah menjadi syarat bagi Friedrich II menebus janji Perang Salibnya pada tahun 1215, karena pertanyaan suksesi, jika kaisar meninggal di dalam perang salib, yang diklarifikasikan oleh mereka. Namun Paus Honorius III tidak mengakui pemilu tersebut dan juga mencabut Heinrich dari hak-haknya atas kerajaan Sisilia, karena ia (seperti juga pendahulunya) ingin mencegah persatuan kedua negara. Juga banyak dari pangeran Jerman yang menolak pemilu itu pada kesempatan pertama. Setelah Friedrich II kembali ke Italia pada tahun 1220, Heinrich ditempatkan di bawah asuhan Uskup Agung Engelbert I dari Köln,[4] yang memahkotainya raja Jerman pada tanggal 8 Mei 1222, di Aachen. Meskipun kenyataannya Heinrich resmi dijodohkan dengan Přemyslid putri Anežka dari Bohemia,[5] putri Raja Ottokar I dari Bohemia, Engelbert merencanakan pernikahannya dengan Isabella dari Inggris, salah satu putri Raja John Lackland; namun, pernikahan ini tidak pernah dilangsungkan. Setelah kematian Engelbert pada tahun 1225, Adipati Ludwig dari Kelheimer mengambil alih perwalian tersebut. Raja muda itu selanjutnya sebagian besar berada di dalam perawatan kekaisaran ministeriales. Mereka juga bertindak sebagai administrator atas kadipaten Swabianya. Sementara itu, perjodohan di antara Heinrich dan putri Bohemia dibatalkan. Di Nürnberg pada tanggal 29 November 1225, atas perintah ayahandanya, Heinrich menikahi Margarete, putri Adipati Luitpold VI dari Austria, seorang wanita yang berusia tujuh tahun lebih tua daripadanya.[2] Enam belas bulan kemudian, pada tanggal 23 Maret 1227, ia dimahkotai ratu Jerman di Aachen. Pernikahan tersebut menghasilkan dua orang putra, Heinrich dan Friedrich, yang keduanya meninggal di usia muda. Heinrich tampaknya seorang penguasa yang berbudaya dan menyimpan banyak Minnesänger di istananya. Diduga ia sendiri menulis beberapa Minnelieder (puisi cinta yang singkat). Ia memiliki fisik yang kuat meskipun lumpuh dan memiliki tinggi badan sekitar 1.66 m (5' 4½"). Beranjak dewasa dan pemberontakan melawan ayahandanyaPada tahun 1228, ia berselisih dengan Adipati Ludwig dari Bayern, yang diduga berkomplot dengan Paus Gregorius IX melawan Kaisar Friedrich II. Pada sekitar hari raya Natal pada tahun itu, Heinrich mengambil alih pemerintahan untuk dirinya sendiri, mendesak Ludwig untuk menyerah, dan kemudian berbalik melawan Uskup Straßburg. Pangeran-pangeran Jerman tidak senang akan kebijakan-kebijakan kotanya, mendesaknya untuk menerbitkan di Worms pada tanggal 1 Mei 1231 Statutum in favorem principum, yang ditujukan melawan kota-kota, dan dengan keluhan mereka menjadikan Friedrich II melawan putranya. Kaisar tergantung pada dukungan para pangeran atas kebijakan Italianya melawan Paus. Antara lain yang menambah perselisihan di antara ayah dan anak, Friedrich mengangkat beberapa aturan Heinrich yang telah ditetapkan selama setahun di dalam tahun-tahun minoritasnya untuk mengurangi kekuasaannya, dan di sisi lain, pengangkatan comte Swabia, Egeno V dari Urach, musuh bebuyutan Kaisar, yang menjadi salah satu dari penasihat-penasihat Heinrich yang paling penting. Pada tahun 1232, Friedrich berdamai dengan Paus Gregorius, dan menegaskan Statutum, dan membuat Heinrich mematuhi Cividale. Pada tahun yang sama, Heinrich memperbaharui liga di antara Hohenstaufen dan Wangsa Kapetia. Pada tahun berikutnya ia mulai berkonflik dengan Wangsa Wittelsbach dan menundukkan Otto II, putra Adipati Ludwig dari Bayern. Friedrich, yang takut akan kemarahan para pangeran Jerman, menuntut pembebasan seluruh sandera. Namun pada tahun 1233/34, Heinrich membuat ayahandanya marah lagi, ketika ia ikut campur melawan tindakan inkuisisi oleh Konrad dari Marburg, yang ditemukan tewas terbunuh sementara Friedrich bersusah payah beraliansi dengan Paus Gregorius IX melawan kota-kota Italia, Liga Lombardia. Paus segera melarang Heinrich, dan Kaisar Friedrich mengumumkan kepulangannya ke Jerman. Friedrich II bereaksi keras dan melarang putranya pada tanggal 5 Juli 1234.[2] Heinrich memberontak dan pada bulan September membentuk aliansi dengan beberapa uskup Jerman dan bangsawan-bangsawan Swabia. Namun negosiasi-negosiasi selanjutnya dengan Raja Louis IX dari Prancis dan Liga Lombardia gagal. Pangeran-pangeran hanya dapat menunggu dan melihat, sementara pasukan Heinrich terjebak di dalam pertempuran dengan beberapa Lord Hohenlohe, Markgraf Hermann V, dan kota Worms. Kaisar Friedrich, setelah ia memasuki Jerman, segera mendapatkan banyak pengikut. Ketika kedua belah pihak bertemu di Swabia, Heinrich dipaksa untuk menyerah kepada ayahandanya pada tanggal 2 Juli 1235 di Kastil Wimpfen, dan diabaikan oleh banyak pengikutnya. Friedrich II dan pangeran-pangeran mengadili Heinrich pada tanggal 4 Juli 1235 di Worms dan memecatnya. Putra-putranya juga dihapus dari suksesi bersama dengannya. Adik laki-laki Heinrich, Konrad ditunjuk sebagai Adipati Swabia dan juga sebagai Raja Romawi menggantikannya. Sekutu-sekutu Heinrich banyak yang diampuni. Friedrich II bereaksi terhadap melemahnya kekuasaan raja yang berasal dari sengketa dengan putranya, antara lain, dengan Rapat Kerajaan (bahasa Jermannya: Reichsversammlung) di Mainz pada tanggal 25 Agustus 1235, dimana untuk pertama kalinya Perdamaian Hukum Negara (bahasa Jermannya: Landfriedensgesetz) diterbitkan dan Regalia direformasi secara mendasar. Dipenjara dan kematianHeinrich dipenjara di berbagai tempat, pertama-tama di Heidelberg dan Kastil Alerheim, kemudian di Apulia dan di Rocca San Felice, Campania. Analisis kerangka jenazahnya pada tahun 1998–1999 menunjukkan bahwa ia menderita Penyakit Hansen pada tahun-tahun terakhirnya. Ini mungkin penyebab sebenarnya yang mencegah kaisar mengampuninya. Diduga pada tanggal 12 Februari (menurut sumebr-sumber lain 10 Februari), tahun 1242 Heinrich meninggal di dekat Martirano, Calabria setelah jatuh dari kudanya ketika ia pindah kesana dari Nicastro.[2] Beberapa penulis sejarah melaporkan bahwa ia berusaha untuk bunuh diri. Ayahandanya memakamkannya dengan kehormatan kerajaan di dalam katedral Cosenza, di dalam sebuah Sarkofagus Romawi antik. Friedrich, satu-satunya putra Heinrich (VII) yang masih hidup, disebutkan di dalam wasiat kakeknya Friedrich II, bahwa Kaisar mempercayakannya dengan Kadipaten Austria, Markis Stiria dan 10,000 uncias. Kematiannya pada tahun 1251 dicatat oleh Matthew Paris, yang menyatakan bahwa baik ia dan kakandanya diracuni (veneno interfecit).[6] Di antara para penguasa Kekaisaran Romawi Suci, Heinrich hanya diberi nomor di dalam kurung, karena ia bukan seorang pemimpin tunggal. Ia bukan tokoh yang sama dengan mendiang Kaisar Heinrich VII yang benar-benar memerintah kerajaan dari tahun 1308 seterusnya. Lama berada di dalam bayang-bayang ayahandanya dan diremehkan sebagai "Heinrich di dalam tanda kurung", beberapa sejarahwan pada beberapa tahun terakhir mengambil pandangan yang lebih positif dari kebijakan Hohenstaufennya. Catatan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Henry (VII) of Germany.
|