Haver (Avena sativa L.) (bahasa Inggris: oat) merupakan serealia yang cukup penting di daerah beriklim subtropis dan sedang. Bulir yang dihasilkannya (disebut haver pula) dimanfaatkan sebagai makanan serta pakan (terutama kuda). Di Indonesia produknya dikenal dari sejenis bubur yang dibawa oleh penjajah Belanda, yang dikenal sebagai havermut.
Haver merupakan bentuk domestikasi dari jenis setengah liar Avena fatua yang telah dibudidayakan pada zaman perundagian awal (zaman besi)[1] dan merupakan sumber pangan pokok masa itu di Asia Barat dan Eropa.
Taksonomi
Tumbuhan haver merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung biji.[2] Umur berbunga untuk haver adalah ketika separuh dari malai telah keluar dari pelepah daun bendera.[3]
Pertumbuhan
Haver memiliki fase pertumbuhan yang sama dengan jenis serealia yang lainnya. Waktu pertumbuhan bergantung kepada varietas, unsur hara, suhu, kelembapan, hama dan penyakit tanaman.[4] Oat liar biasanya tumbuh di sekitar tanaman serealia lainnya.[5]
10 Besar negara penghasil haver - 2013 (Ribu Metrik Ton)
Rusia
4,027
Kanada
2,680
Polandia
1,439
Finlandia
1,159
Australia
1,050
Amerika Serikat
929
Spanyol
799
Britania Raya
784
Swedia
776
Jerman
668
Total
20,732
Racun
Pada pangan yang terbuat dari haver dapat terdapat kandungan racun di dalamnya. Racun ini dihasilkan oleh beberapa jenis kapang dan menimbulkan gangguan kesehatan. Kapang pada haver dapat menyebabkan karsinogenik dan hepatotoksik. Karsinogenik disebabkan oleh Peniccillium citrinum dan Peniccillium viridicatum. Kedua kapang ini menghasilkan mikotoksin berupa citrinin. Sedangkan hepatotoksik disebabkan oleh Aspergillus ochraceus. Kapang ini menghasilkan mikotoksin berupa okratoksin.[6]
Kegunaan
Beras non-padi
Haver termasuk jenis sumber pangan fungsional yang termasuk dalam kelompok serat tak larut.[7] Di dalam haver terkandung banyak karbohidrat.[8] Jenis karbohidrat pada haver adalah karbohidrat kompleks.[9] Haver dapat digunakan sebagai beras non-padi. Caranya dengan diolah menjadi tepung.[10] Haver juga dapat digunakan sebagai pengurang pengembangam hasil ekstrusi pada konsentrasi 5–10%.[11]
^Andriani, A., dan Isnaini, M. (2011). "Morfologi dan Fase Pertumbuhan Gandum"(PDF). Balai Penelitian Tanaman Serealia. hlm. 92. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2022-11-28. Diakses tanggal 2023-06-18.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Andriani, A., dan Isnaini, M. (2011). "Morfologi dan Fase Pertumbuhan Gandum"(PDF). Balai Penelitian Tanaman Serealia. hlm. 82. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2022-11-28. Diakses tanggal 2023-06-18.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Paiman (2020). Yudono, Prapto, ed. Gulma Tanaman Pangan(PDF). Yogyakarta: Penerbit UPY Press. hlm. 165. ISBN978-623-76680-9-1. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2021-09-12. Diakses tanggal 2023-06-18.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sugiyono (2017). "Aplikasi Teknologi Pangan untuk Keamanan Pangan"(PDF). Proceedings of The 1st Pediatric Nutrition and Metabolic Update NutriMet. Ikatan Dokter Anak Indonesia: 54. Diarsipkan(PDF) dari versi asli tanggal 2023-03-28. Diakses tanggal 2023-06-18.
^Hardinsyah, dan Dewi, M. (2019). "Kecukupan Energi dan Karbohidrat"(PDF). Prosiding WNPG ke-XI Bidang 1: Peningkatan Gizi Masyarakat “Percepatan Penurunan Stunting Melalui Revitalisasi Ketahanan Pangan dan Gizi dalam Rangka Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”. Pustaka Sinar Harapan: 24. ISBN978-602-416-522-2.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)