Harun Keuchik Leumiek
H. Harun Keuchik Leumiek (juga ditulis Harun Keuchik Leumik, 19 September 1942 – 16 September 2020[2]) adalah seorang pengusaha, wartawan, penulis, dan tokoh masyarakat Aceh. Sempat mengenyam pendidikan formal di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala sampai semester I, selanjutnya ia terjun langsung dalam bisnis keluarga yang sejak tahun 1950-an telah memiliki usaha kerajinan emas dan toko emas. Sejak tahun 1970-an ia menjadi wartawan Mimbar Swadaya Banda Aceh (kini Harian Serambi Indonesia), wartawan Harian Mimbar Umum Medan, dan wartawan Harian Analisa Medan yang masih ia tekuni sampai sekarang. Selain itu, ia mengumpulkan benda-benda antik dan bersejarah terutama benda-benda peninggalan Aceh sejak tahun 1980.[3][4] KoleksiJumlah koleksinya mencapai 300 buah perhiasan emas kuno yang 95% adalah perhiasan emas Aceh, 30 kain sutra Aceh, 13 stempel kerajaan Aceh, 5 Al-Qur'an tulisan tangan dari abad 13, senjata tajam sebanyak seratusan buah, dan 600 buah koin kerajaan Aceh. Benda-benda bersejarah yang ia kumpulkan secara perlahan selama kurun waktu 30 tahun tersebut kini disimpan di Museum Mini Harun Keuchik Leumik yang berlokasi di kediaman pribadinya di Desa Lamseupeung, Lueng Bata, Banda Aceh.[3][5] PenghargaanBerkat dedikasi dan pengabdiannya terhadap seni dan budaya Aceh, ia menerima penghargaan berupa "Piagam Anugerah Kebudayaan" dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Republik Indonesia pada tahun 2006.[3] Museum Rekor Indonesia (MURI) pun memberikan apresiasi atas koleksinya berupa rencong raksasa sepanjang dua meter yang ditempa para pengrajin sentra rencong di kawasan Baet, Kecamatan Sukamakmur, Aceh Besar.[1][6] PenulisSalah satu karya tulisnya adalah buku Perhiasan Tradisional Aceh yang terbit pada tahun 1998. Ada pula buku Potret Kota Banda Aceh yang berisi tentang foto-foto Banda Aceh era 60-90an yang dijepret oleh beliau selama menjadi wartawan. Ia juga mempersiapkan beberapa buku tentang tsunami Aceh yang sudah memasuki tahap akhir pada tahun 2008.[3][7] Referensi
|