Hanna Rambe
Hanna Rambe adalah seorang penulis Indonesia dan juga seorang wartawan (lahir 23 November 1940 di Jakarta); ia menjalani sebagian besar masa pendidikannya di Jakarta.[1] Pada pertengahan 1960-an, dia masuk departemen sastra pada Universitas Indonesia dan terdaftar pada program Bahasa Inggris, tetapi dia tidak menamatkan sekolahnya. Dia mulai bekerja sebagai jurnalis, yaitu menjadi pemeriksa naskah (copy - editor) pada koran the Indonesian Observer, dan kemudian bekerja sebagai penerjemah dan wartawan pada Indonesia Raya hingga tahun 1974. Dia juga bekerja sebagai kontributor untuk majalah Intisari (1972–1977), dan kemudian sebagai wartawan pada majalah Mutiara (1977–1992).[2] Menurut Jane Miller, karya-karya Rambe dijiwai dengan rasa ironi yang kuat— dalam cerpen Cinta Orang-orang Kota ("The Love of City People"), seorang gadis desa menjadi bingung ketika ia menjumpai keluarganya di kota dan menyadari bahwa mereka lebih peduli kepada hewan peliharaan mereka daripada kepada satu sama lain.[3] Pekerjaan Rambe sebagai wartawan memberi dia kesempatan untuk bepergian dan perjalanannya menginspirasi karya-karyanya.[2] Dia juga terkenal sebagai seorang penulis yang dengan rinci meneliti subjeknya sebelum menulis; ketika mempersiapkan "Mirah dari Banda" ia tinggal selama sebulan di Banda demi penelitiannya; ketika menulis "Seorang Lelaki dari Waimitai" Hanna bepergian bolak-balik ke Seram, ke tempat-tempat yang sulit dijangkau di pulau tersebut.[4] Menurut Korrie Layun Rampan, Hanna Rambe adalah sorang novelis misteri yang menyelidiki sejarah dan mengaitkannya dengan persoalan takdir seperti terlihat dalam Mirah dari Banda.[5] Beberapa karyanya bukan merupakan cerita rekaan. Profesinya sebagai wartawan mempengaruhi bentuk tulisannya. Beberapa karya biografinya antara lain: Terhempas Prahara ke Pasifik, Mencari Makna Hidupku (biografi Ibu Suyatin Kartowijono, seorang pelopor perjuangan hak-hak wanita pada periode 1920an), dan Pelayaran Cadik Nusantara (seorang pemuda yang berlayar ke Brunei dengan perahu nelayan). Pada saat ini, Hanna Rambe telah pensiun dari jurnalisme dan mengisi hari-harinya dengan menulis dan mengajar bahasa Inggris. Ia sedang mengerjakan buku sejarah dalam tiga jilid tentang Indonesia Timur pada abad 17. Hasil KaryaDia menulis cerita anak-anak, cerita remaja, novel, memoar, dan cerita pendek. Karyanya antara lain:
Rujukan
Pranala luar
|