Handyside v. United Kingdom

Handyside v United Kingdom (5493/72) adalah sebuah perkara yang diputuskan oleh Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia pada tahun 1976. Perkara ini dikenal karena dalam putusannya Mahkamah Eropa merumuskan doktrin margin apresiasinya.

Latar belakang

Richard Handyside, pemilik penerbit "Stage 1", memperoleh hak untuk mendistribusikan The Little Red Schoolbook di Britania Raya. Buku tersebut ditulis oleh Søren Hansen dan Jesper Jensen dari Denmark dan diterbitkan pada tahun 1976. Buku tersebut mendorong siswa untuk bersikap kritis, dan salah satu babnya berisi tentang "Seks", termasuk keterangan mengenai homoseksualitas dan aborsi.

Pada 31 Maret 1971, 1.069 salinan buku tersebut beserta dengan selebaran dan poster yang mempromosikan buku tersebut disita untuk sementara oleh pemerintah. Pada 1 April 1971, 139 salinan lainnya juga disita. Sementara itu, terdapat 18.800 salinan lainnya yang beredar.

Pada 1 Juli 1971, Handyside divonis bersalah atas delik "memiliki buku cabul untuk publikasi untuk keuntungan" dan diganjar hukuman denda. Upaya bandingnya ditolak.[1]

Putusan

Dalam perkara ini, Mahkamah Eropa mengeluarkan pernyataan terkait dengan kebebasan berekspresi yang dilindungi oleh Pasal 10 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia:

"Kebebasan berekspresi... berlaku tidak hanya untuk 'informasi' atau 'gagasan' yang diterima dengan baik atau dianggap tidak menghina atau membuat acuh, tetapi juga yang menghina, mengguncang, atau menyinggung negara atau sebagian dari penduduk"

— Paragraf 49 putusan.

Maka dari itu, pertanyaannya adalah apakah kebebasan berekspresi Handyside dapat dibatasi untuk melindungi moral. Mahkamah Eropa kemudian menerapkan doktrin margin apresiasi yang menyatakan bahwa aparat negara lebih tahu daripada hakim internasional terkait dengan apa yang dimaksud dengan "moral" serta kriteria yang mengharuskan pembatasan terhadap HAM itu memenuhi asas "diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis". Terkait dengan moral, Mahkamah juga menyatakan bahwa "tidak mungkin untuk menemukan dalam hukum nasional negara-negara anggota konsepsi moral yang seragam".[2] Pada akhirnya, Mahkamah Eropa memutuskan bahwa tidak terjadi pelanggaran Pasal 10 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia. Terdapat satu hakim yang mengeluarkan pendapat berbeda (dissenting opinion), yaitu Hakim H. Mosler, dan ia merasa bahwa telah terjadi pelanggaran karena pembatasan hak kebebasan berekspresi Handyside dianggap tidak memenuhi asas "diperlukan dalam masyarakat demokratis".

Mahkamah HAM Eropa juga memutuskan bahwa hak properti Handyside (dilindungi oleh Pasal 1 Protokol 1 Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia) tidak dilanggar. Hakim M. Zekia mengeluarkan pendapat yang mendukung putusan ini (concurring opinion).

Referensi

  1. ^ Ventura, Marco (2014). From Your Gods to Our Gods: A History of Religion in Indian, South African, and British Courts. Eugene: Cascade Books. hlm. 234. 
  2. ^ Perrone, Roberto (2014). "Public Morals and the European Convention on Human Rights". Israel Law Review. 47 (3): 363. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya