Handrio
Handrio lahir tangal 6. September 1926 di Purwakarta, Jawa Barat,[1] dan meninggal tahun 2010 di Jakarta.[2] Ia adalah seorang pelukis Ekspresionisme abstrak yang dikenal dengan lukisan Kubisme dan Bidang Warna, yang sering menggunakan elemen musik. HidupHandrio pertama kali bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), tempat ia lulus sekitar tahun 1940.[3] Di masa mudanya, Handrio pernah belajar melukis dengan beberapa pelukis ulung Indonesia. Tahun 1943, ia mulai belajar melukis di bawah bimbingan Basoeki Abdullah (1915-1993). Pada masa Pendudukan Jepang di Nusantara, ia juga belajar di bawah bimbingan S. Sudjojono (1913–1986) dan Agus Djaya (1913–1994) di Keimin Bunka Shidoso (Lembaga Pendidikan dan Kebudayaan Rakyat) dan Putera (Pusat Tenaga Rakyat) di Jakarta. Setelah menghabiskan tahun-tahun artistik awalnya menjelajahi realisme dan surealisme, Handrio secara bertahap menumbuhkan ketertarikan pada abstraksi geometris pada 1950-an di Yogyakarta. Handrio suka bermain cello, yang juga menginspirasi elemen musik dalam lukisannya. Di tahun 1980an, Handrio pergeseran ke gaya lukisan abstrak murni, Bidang Warna dan Kubisme. Kemampuan seninya ditunjukkan dengan menjadi panitia seleksi Biennale Jogja ketiga tahun 1993.[3] KaryaPada mulanya lukisan - lukisan Handrio dalam gaya Realisme dan Surealisme. Tahun 1950-an Handrio telah berubah pada gaya semi abstrak, yang secara analitik memecah - mecah bentuk dalam Bidang Warna dan geometrik, cubist. Gaya demikian merupakan ungkapan yang berbeda dengan pelukis - pelukis Yogyakarta pada masa itu yang umumnya melukis tema - tema kerakyatan dalam gaya realisme sampai ekspresionisme dan dekoratif. Dalam gaya semi abstrak itu, ia banyak menganalisis bentuk - bentuk objek stileven dan alat - alat musik. Karya-karya ini mengingatkan para pelukis kubisme awal yang menggambarkan tema musik, seperti Jean Metzinger, Juan Gris dan Pablo Picasso. Namun, sudah pada tahun 1950, Handrio mengambil abstraksi ke tingkat lain, termasuk tokoh-tokoh yang mirip dengan Keith Haring, beberapa dekade sebelumnya. Dalam perkembangannya pada akhir tahun 1960-an, bentuk - bentuk itu hilang menjadi ruang - ruang geometrik yang dinamis dan kompleks.[4] Puncak pencapaian gaya abstrak Handrio terjadi pada tahun 1980-an. Ruang, bidang, dan warna dalam lukisannya merupakan pencitraan karakter konstruksi elemen - elemen itu sendiri. Dalam ungkapan tersebut yang hadir adalah dinamika, irama, kerumitan, kekokohan, balans, atau citra - citra yang lain. Bersama Fadjar Sidik dan Nashar, Handrio adalah penggagas utama seni lukis Bidang Warna di Indonesia.[5] Handrio adalah seniman pertama yang muncul dengan semangat dalam seninya, mengungkapkan "jiwa lukisan". Pada tahun 1960, Fadjar Sidik dengan bidang warna yang menciptakan dinamika ruang serta Srihadi dengan lanskap liris dan penari mengikuti dan memperluas konsep menunjukkan jiwa sebuah lukisan. Handrio menyukai musik dan bermain cello sendiri, yang tercermin dari judul pameran tahun 2023 di Jakarta: “The Modernist Series #4: Dawai”.[6] Namun, butuh beberapa dekade hingga lukisannya mendapat pengakuan lokal dan internasional yang lebih kuat pada tahun 2020-an. Monograf Eddy Sutrisno tahun 2022 menerbitkan lukisan Handrio dalam jumlah besar dan menunjukkan perkembangannya sebagai seniman abstrak kubisme. Lukisan abstraknya tidak hanya dibandingkan dengan rekan senegaranya Ahmad Sadali dan Fadjar Sidik, namun pada peluncuran buku tersebut, kritikus seni Mikke Susanto membandingkannya dengan Pablo Picasso dan Wassily Kandinsky: "Ada beberapa buku yang menyebutkan nama Handrio, bahkan saya bilang dia setara dengan Pablo Picasso dan Wassily Kandinsky...".[7] Handrio bertanya:
Gurunya, Sudjojono, mencirikan karya Handrio sebagai berikut:
Kurator Senior dan Kritikus Seni Rupa, Eddy Soetriyono[10] terbilang:
PameranPameran Tunggal[3]
Pameran Bersama [13]
BibliografiMonograf▷ Tugas Akhir Tehnik lukisan Handrio. by FX Budi Prabowo, publisher Yogyakarta : FSR ISI Yk., 1988, 126 pages Referensi
Video dan Internet▷ 'GARIS-GARIS LUKISAN HANDRIO MENJAWAB “DIA BUKAN SEORANG AUTODIDAK” (2022)'. LvR official, 12.November 2022 [12] |