Guru Patimpus

Guru Patimpus Sembiring Pelawi
Monumen Guru Patimpus Sembiring Pelawi.
Lahirca 1540
Aji Jahe, Taneh Karo
Meninggal1 Juli 1590(1590-07-01) (umur 49–50)
Tempat peristirahatanLama, Hamparan Perak, Deli Serdang[1]
3°44′25.13″N 98°35′49.96″E / 3.7403139°N 98.5972111°E / 3.7403139; 98.5972111 (Makam Guru Patimpus Sembiring Pelawi)
MonumenPetisah Tengah, Medan Petisah, Medan
3°35′29.24″N 98°40′16.03″E / 3.5914556°N 98.6711194°E / 3.5914556; 98.6711194 (Monumen Guru Patimpus Sembiring Pelawi)
Dikenal karenaPendiri Kota Medan
AgamaIslam
(sebelumnya Pemena)[2]
Pasangan
  • beru Sinuhaji Rumah Julu
  • beru Sinuhaji Rumah Jahe
  • beru Peranginangin Bangun
  • beru Tarigan
Anak
  • Dari beru Peranginangin Bangun:
    • Bagelit
  • Dari beru Tarigan:
    • Kolok
    • Kecik
Orang tuaTuan Si Raja Hita (ayah)[3]

Guru Patimpus Sembiring Pelawi (lahir di Aji Jahe, Taneh Karo, ca 1540–1 Juli 1590) adalah pendiri Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia, yang diambil dari kata "madan" yang berarti "sembuh" dalam bahasa Batak Karo.

Sebelum Guru Patimpus Sembiring Pelawi memeluk agama Islam, ia adalah seorang yang mempunyai kepercayaan Pemena. Guru Patimpus Sembiring Pelawi menikah dengan seorang putri Raja Pulo Brayan dan mempunyai dua anak laki-laki, masing-masing bernama Kolok dan Kecik.

Setelah menikah, Guru Patimpus Sembiring Pelawi dan istrinya membuka kawasan hutan di antara Sungai Deli dan Sungai Babura yang kemudian menjadi Kampung Medan. Tanggal kejadian ini biasanya disebut sebagai 1 Juli 1590, yang kini dirayakan sebagai hari jadi Kota Medan, hari lahir Kota Medan, dan hari ulang tahun Kota Medan.

Kota Medan

Kota Medan didirikan pada 1 Juli 1590 oleh Guru Patimpus. Kota ini berawal dari sebuah kampung yang bernama Kampung Medan Putri. Selanjutnya, kampung ini yang akan menjadi cikal bakal kota. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Nama Medan sendiri berasal dari kata "madan" yang berarti menjadi sehat (sembuh) atau lebih baik.[4]

Sepuluh Dua Kuta Hamparan Perak

Selain membuka Kota Medan, ia juga mendirikan sebuah kedatukan yang dikenal dengan Kedatukan Sapuluh Dua Kuta Hamparan Perak. Hamparan Perak merupakan nama sebuah kecamatan, sekaligus nama sebuah desa yang berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Datangnya Guru Patimpus ke dataran rendah membuktikan bahwa sejak dahulu sudah ada hubungan antara orang dataran rendah dan dataran tinggi, terutama dalam hal perdagangan. Kedatangan Guru Patimpus ke dataran rendah membawa pengaruh yang cukup besar, yaitu pada masyarakat Melayu Deli dan juga masyarakat Batak Karo.

Perpindahan yang dilakukan masyarakat Karo dari dataran tinggi menuju ke dataran rendah menurut J.H. Neumann karena adanya desakan dari orang-orang India Tamil yang datang dari arah Singkil dan Barus yang masuk ke dalam Taneh Karo, yang karena itu juga marga Sembiring diusir dari Aceh. Kemungkinan lain yaitu karena tanah dataran rendah lebih subur daripada di dataran tinggi.[4]

Galeri

Referensi

  1. ^ Pencawan, Yoseph (14 April 2023). "Ijeck Prihatin Melihat Kondisi Makam Pendiri Kota Medan". Media Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juli 2023. Diakses tanggal 29 Juli 2023. 
  2. ^ Simanjuntak, Batara Sangti (1978). Sejarah Batak. K. Sianipar Company. hlm. 217. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Mei 2023. Diakses tanggal 29 Juli 2023. 
  3. ^ Pelly, Usman (1984). Sejarah Sosial Daerah Sumatra Utara Kotamadya Medan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. hlm. 5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juli 2023. Diakses tanggal 28 Juli 2023. 
  4. ^ a b Tanjung, Mhd. Rusdi; Nawawi, Hafiz Fahry (2020). "Animasi 2D Reinterpretasi Sejarah Guru Patimpus Pendiri Kota Medan". Jurnal FSD. 1 (1): 103–116. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Juli 2023. Diakses tanggal 12 Juli 2021. 

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya