Gunuang Omeh, Lima Puluh Kota
Gunuang Omeh (bahasa Indonesia: Gunung Mas) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia dan beribu kota di Koto Tinggi. Kecamatan ini baru terbentuk pada tahun 2006.[1] Sebelumnya bersama Kecamatan Suliki membentuk Kecamatan Suliki Gunuang Omeh. Kecamatan ini terkenal sebagai penghasil jeruk siam gunuang omeh (biasa disebut jesigo),[2] kawasan tambang emas Manggani, dan juga sempat menjadi salah satu dari delapan tempat di Sumatera Barat yang menjadi ibu kota Republik Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).[3] GeografisKecamatan Gunuang Omeh memiliki luas wilayah 156,54 km² dan terletak pada ketinggian 700-1100 mdpl. Jarak dari ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten yaitu sejauh 53 km.[4] Nagari terluas yaitu Nagari Koto Tinggi seluas 74,00 km² dan yang terkecil yaitu Nagari Talang Anau seluas 18,54 km². Batas wilayah
PemerintahanKecamatan Gunuang Omeh telah mengalami empat kali pergantian camat sejak berdiri dari tahun 2006 dengan pusat pemerintahan di Koto Tinggi. Kecamatan Gunuang Omeh terdiri dari tiga nagari dengan 20 jorong, nagari-nagari tersebut yaitu:
PerekonomianKecamatan Gunuang Omeh memiliki tiga pasar atau biasa disebut pokan (Indonesia: pekan, karena hanya buka sekali sepekan) atau balai, yaitu Pasar Kasiak Kuduang pada Hari Kamis, Pasar Talang Anau pada Hari Senin dan Pasar Koto Tinggi pada Hari Sabtu.[1] Pertanian, perkebunan, dan peternakanKomoditas pertanian unggulan di Kecamatan Gunuang Omeh adalah jeruk siam gunuang omeh. Pada tahun 2017, produksi jeruk dari kecamatan ini mencapai 24.600 ton. Selain jeruk, komoditas lain yang cukup besar dihasilkan yaitu padi, dengan luas area sawah yang ada mencapai 923 ha dengan produksi mencapai 9.706 ton.[1] Di bidang peternakan, hewan yang diternakan di Kecamatan Gunuang Omeh di antaranya sapi, kambing, kerbau, ayam kampung, dan itik.[1] PertambanganTambang emas merupakan hasil tambang yang terkenal dari Gunuang Omeh, tepatnya di kawasan Manggani yang terletak di hutan suaka Jorong Pua Data, Nagari Koto Tinggi. Pada awal abad ke-19, kawasan Manggani sempat dikelola aktivitas penambangannya oleh Belanda dan dilanjutkan oleh Amerika Serikat hingga memiliki beragam fasilitas selayaknya kota. Namun, penambangan besar di area tersebut telah ditinggalkan sejak 1930-an.[5][6] Kini hanya penambangan emas secara ilegal yang dilakukan oleh warga setempat saja yang berjalan karena lokasi penambangan yang berada di hutan suaka.[7] Potensi biji emas yang terkandung di kawasan Manggani diperkirakan mencapai 900.000 ton dan logam murni 5,85 ton. Terkait hal itu, pemerintah mulai meningkatkan pengawasan terhadap kawasan tersebut, terlebih sempat terjadi aktivitas penambangan yang melibatkan warga negara asing (WNA).[8] Selain itu, galian lain yang dihasilkan di Gunuang Omeh yaitu batu dan pasir. Hasil galian batu gunung di Nagari Pandam Gadang biasa diproduksi menjadi batu asah.[1][3] Tempat-tempat pentingTempat-tempat penting yang menjadi objek wisata, budaya, dan sejarah di Kecamatan Gunuang Omeh di antaranya:
Referensi
|