Grande ArméeGrande Armée (pengucapan bahasa Prancis: [ɡʀɑ̃d aʀme]; dalam bahasa Prancis berarti "Angkatan Darat Besar") adalah angkatan darat yang dipimpin oleh Napoleon selama peperangan era Napoleon. Angkatan darat ini berhasil memperoleh berbagai kemenangan yang gemilang dari tahun 1805 hingga 1809, sehingga Kekaisaran Prancis Pertama menjadi kekuatan yang dominan di benua Eropa. Namun, angkatan darat ini mengalami kekalahan yang besar selama invasi Prancis ke Rusia pada tahun 1812 dan tidak dapat pulih lagi sesudahnya. Angkatan darat ini dibentuk dari pasukan yang dikumpulkan oleh Napoleon di pesisir Selat Inggris untuk persiapan penyerangan Britania. Namun, rencana tersebut tidak pernah terwujud, dan nama pasukan ini diganti menjadi Grande Armée. Pasukan ini kemudian dikirim ke timur untuk menghadapi ancaman Austria dan Rusia selama Perang Koalisi Ketiga. Kemudian, istilah Grande Armée mengacu kepada pasukan utama Prancis yang ditugaskan dalam Perang Koalisi Keempat pada tahun 1807, Perang Koalisi Kelima pada tahun 1809, invasi Prancis ke Rusia pada tahun 1812 dan Perang Koalisi Keenam pada tahun 1813–14. Namun, dalam literatur bahasa Inggris, istilah Grande Armée sering kali mengacu kepada seluruh pasukan multinasional yang dikumpulkan oleh Napoleon pada awal abad ke-19..[6] Grande Armée pertama terdiri dari enam korps yang diperintah oleh marsekal-marsekal dan jenderal-jenderal senior Prancis. Saat Napoleon mendengar kabar bahwa Rusia dan Austria sedang bersiap-siap untuk menyerang Prancis pada akhir tahun 1805, Grande Armée diperintahkan untuk menyeberangi Sungai Rhein dan memasuki wilayah Jerman selatan. Di situ pasukan ini berhasil memperoleh kemenangan dalam pertempuran di Ulm, Austerlitz dan Jena. Angkatan darat ini semakin membesar seiring dengan meluasnya wilayah kekuasaan Prancis di Eropa. Pada puncak kejayaannya, jumlah anggotanya mencapai 680.000 pasukan[7] menjelang invasi Prancis ke Rusia pada tahun 1812. Kontingen-kontingennya diperintah oleh jenderal-jenderal Prancis kecuali untuk korps Polandia dan satu korps Austria. Pasukan multinasional yang amat besar ini secara perlahan bergerak ke timur, sementara pasukan Rusia mundur untuk menghindari pertempuran. Setelah Prancis merebut kota Smolensk dan memenangkan Pertempuran Borodino, Napoleon dan sebagian dari Grande Armée berhasil memasuki kota Moskow pada tanggal 14 September 1812. Namun, jumlah angkatan darat ini sudah berkurang drastis akibat pertempuran, penyakit (khususnya tifus), pasukan yang lari dari tugas, serta jalur komunikasi yang panjang. Grande Armée menghabiskan waktu selama sebulan di kota Moskow, tetapi pada akhirnya terpaksa mundur ke barat. Pada saat perjalanan mundur, banyak yang gugur akibat musim dingin yang parah, kelaparan dan penyakit. Selain itu, mereka juga sering kali diserang oleh Cossack. Grande Armée pun hancur dan hanya 120.000 orang yang berhasil keluar dari Rusia dengan selamat (tidak termasuk mereka yang lari dari tugas sebelumnya). 50.000 di antara mereka adalah pasukan Austria, Prusia dan negara-negara Jerman lainnya, 20.000 adalah pasukan Polandia, dan 35.000 adalah pasukan Prancis.[8] Jumlah korban tewas sendiri mencapai 380.000 jiwa.[9] Napoleon memimpin angkatan darat yang baru dalam pertempuran antar bangsa di Leipzig pada tahun 1813, tetapi ia mengalami kekalahan. Ia juga berupaya mempertahankan perbatasan timur laut Prancis pada tahun 1814 dengan angkatan darat baru tersebut. Setelah Napoleon berhasil kembali dari pengasingan di Pulau Elba, ia mengumpulkan pasukan baru dan mereka berupaya memenangkan Pertempuran Waterloo pada tahun 1815, tetapi angkatan darat Napoleon tidak pernah lagi bisa kembali ke masa kejayaan Grande Armée pada Juni 1812 dan ambisi Napoleon pun berakhir untuk selamanya di Waterloo. Catatan kaki
Pranala luar
|