Google Ads
Google meluncurkan AdWords pada tahun 2000.[1] Pada tanggal 24 Juli 2018, Google AdWords berganti nama menjadi Google Ads. Nama Google Ads digunakan untuk menggambarkan tipe kampanye komplit yang tersedia saat ini, termasuk Search, Display dan Video.[3] SejarahGoogle meluncurkan AdWords pada tahun 2000.[1] Awalnya, Google sendiri yang akan menyiapkan dan mengelola kampanye pengiklan. Google kemudian memperkenalkan sebuah portal layanan sendiri AdWords untuk bisnis kecil yang ingin mengatur iklan mereka. Pada tahun 2005, Google memulai sebuah layanan manajemen kampanye yang dikenal sebagai "Jumpstart".[4] Pada tahun 2007, Google mengakuisisi DoubleClick sebesar $3,1 miliar. Akuisisi ini penting secara strategis bagi Google, karena memberikan akses ke teknologi penayangan iklan DoubleClick yang canggih dan hubungan industri yang terjalin.[5] Perjanjian ini, sementara "mengubah Google menjadi tenaga rumahan", kemudian menarik pengawasan antimonopoli, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap persaingan pasar dan dominasi periklanan digital.[6] Pada tahun 2008, Google meluncurkan Tantangan Pemasaran Daring Google,[7] sebuah latihan akademik di kelas untuk siswa tersier.[8] Google menghentikan merek DoubleClick dan AdWords pada tahun 2018 untuk menyederhanakan titik masuk bagi pengiklan dan penjual iklan. Produk utama dinamakan ulang menjadi Google Ads, memberikan akses ke inventaris di Google Search, layanan video YouTubenya, toko aplikasi Google Play, dan partner penerbit situs web AdSense.[9][10] FungsionalitasSistem Google Ads sebagian didasarkan pada tembolok dan sebagian lagi pada kata kunci yang ditentukan oleh pengiklan. Google menggunakan karakteristik-karakteristik untuk menaruh salinan iklan di halaman yang mungkin mereka pikir relevan. Pada tahun 2023, Google memperkenalkan Topics API, yang memungkinkan penargetan iklan berdasarkan riwayat penelusuran yang disimpan di peramban, untuk Google Chrome.[11][12] Pengiklan membayar ketika pengguna mengalihkan penjelajahan mereka untuk mengklik salinan iklan.[13] Iklan dapat diterapkan secara lokal, nasional, atau internasional. Google Ads memberikan kemampuan kepada pengiklan untuk menargetkan audiens berdasarkan kata kunci, lokasi, dan data demografis, sehingga iklan dapat ditampilkan kepada orang-orang yang paling sesuai dan relevan[14]. Iklan teks Google meniru tampilan rata-rata hasil pencarian di Google.[15] Menawarkan pencarian iklan hanya teks pada awalnya, Google meluncurkan iklan "Showcase Shopping" pada 2016. Dengan format ini, pengecer dapat memilih agar serangkaian gambar produk muncul di hasil pencarian terkait dengan berbagai permintaan pencarian dan kata kunci.[16] Pada Mei 2016, Google mengumumkan Expanded Text Ads, memungkinkan 23% lebih banyak teks.[17] Iklan gambar di jaringan tampilan dapat berupa salah satu dari beberapa ukuran standar yang berbeda seperti yang ditentukan oleh Interactive Advertising Bureau (IAB). Pembatasan konten iklan"Status Keluarga" dari sebuah iklan ("aman bagi keluarga", "tidak aman bagi keluarga", atau "dewasa") ditetapkan oleh peninjau Google dan menunjukkan "pemirsa mana yang cocok untuk iklan dan situs web tersebut". Hal ini akan berganti pada waktu, halaman tertentu, dan negara mana saja iklan ini dapat muncul. Mulai Desember 2010, Google AdWords menurunkan pembatasan penjualan minuman beralkohol kadar tinggi.[18] Kini Google mengizinkan iklan yang mempromosikan penjualan minuman beralkohol kadar tinggi dan minuman keras. Ini adalah tambahan dari perubahan kebijakan yang telah dibuat pada Desember 2008, yang mengizinkan iklan yang mempromosikan merek minuman beralkohol kadar tinggi dan minuman keras. Beberapa kata kunci, seperti yang berhubungan dengan peretasan, tidak diperbolehkan sama sekali. Dari Juni 2007, Google melarang pengiklan AdWords untuk layanan penulisan esai mahasiswa, sebuah langkah yang mendapat tanggapan positif dari universitas.[19] Google memiliki beragam kata kunci dan kategori spesifik yang dilarangnya, berbeda-beda menurut jenis dan negara. Misalnya, penggunaan kata kunci untuk produk yang berhubungan dengan alkohol dilarang di Thailand dan Turki; kata kunci untuk perjudian dan kasino dilarang di Polandia; kata kunci untuk layanan aborsi dilarang di Rusia dan Ukraina; dan kata kunci untuk layanan atau produk dewasa dilarang di seluruh dunia mulai Juni 2014.[20] Pada Maret 2020, pada awal krisis Virus Corona, Google memblokir semua kata kunci masker wajah agar tidak memenuhi syarat untuk penargetan iklan sebagai bagian dari kebijakan untuk mencegah perusahaan mencoba memanfaatkan pandemi ini.[21] HargaSetiap kali seorang pengguna melakukan sebuah pencarian di Google, Google Ads menjalankan sebuah lelang waktu nyata yang menentukan iklan penelusuran mana yang ditampilkan pada laman hasil penelusuran serta posisi iklan. Oleh karena itu, biaya kampanye Google Ads bergantung pada berbagai faktor, termasuk jumlah maksimum seorang pengiklan bersedia membayar per klik kata kunci, dan kualitas penilaian dari iklan (berdasarkan relevansinya dan frekuensi klik serta ekstensi iklan). Meskipun strategi penawaran lanjutan dapat digunakan untuk secara otomatis mencapai Cost per action (CPA) yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini tidak sama dengan model penetapan harga CPA tetap. Pelacak konversiSebagai tambahan untuk melacak klik, Google Ads menyediakan pengiklan sebuah kemampuan untuk melacak dan melaporkan konversi lainnya yang terjadi setelah klik sebagai pembelian, pembuatan akun atau panggilan. Pelacakan konversi diterapkan dengan mengirimkan pengidentifikasi ke situs web pengiklan sebagai parameter URL, yang kemudian digunakan oleh pengiklan untuk mengirim konversi ke Google Ads, memungkinkan Google Ads untuk melacak konversinya lagi kembali ke aslinya untuk pelaporan. Google juga memungkinkan pengiklan memasang piksel di situs web mereka yang mengirimkan konversi ke akun Adwords. Hal ini memungkinkan pengiklan menargetkan iklan mereka untuk mendorong konversi dengan lebih efektif. Untuk kebanyakan lalu lintas, Google mengirimkan pengenal unik untuk setiap klik (dalam parameter gclid), memungkinkan untuk menentukan sumber konversi secara tepat. Untuk mematuhi pembatasan pelacakan pada perangkat Apple, pengidentifikasi anonim yang tidak dikaitkan dengan orang tertentu digunakan (disebut wbraid dan gbraid). Google Ads menyediakan kemampuan untuk melaporkan banyak konversi anonim dengan menggunakan "konversi sesuai model" yang menggabungkan detail pelanggan tambahan untuk menyimpulkan, pengguna mana yang akan di atribusikan konversi tersebut.[22][23] Google Ads dapat diintegrasikan dengan Google Analytics 4 (GA4), yang dapat meningkatkan konversi secara efektif. Integrasi ini memungkinkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang interaksi pengguna di berbagai platform dan perangkat. Google Ads memperkenalkan konversi yang disempurnakan untuk membuat pengukuran konversi lebih akurat.[24] Pada 2018, Bloomberg News melaporkan bahwa Google telah membayar jutaan dollar kepada Mastercard untuk kegunaan pelacakan konversi data kartu kredit penggunanya secara offline. Kesepakatan itu belum diumumkan secara publik.[25][26] Mode Consent GooglePengenalan dari Google Consent Mode pada tahun 2020 merepresentasikan sebuah usaha oleh Google untuk menavigasi persimpangan kompleks antara strategi periklanan digital yang agresif dan standar privasi data global yang ketat yang mengaturnya. Fitur ini, yang memungkinkan pengkilan pada platform Google Ads platform untuk menyesuaikan cara kuki digunakan berdasarkan izin pengguna, adalah respons terhadap meningkatnya ekspektasi privasi dan kerangka hukum seperti Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa.[27] Sementara Google presents Consent Mode sebagai sebuah alat yang memungkinkan pengiklan untuk mmepertahankan kepatuhan terhadap undang-undang privasi sambil meminimalkan gangguan terhadap iklan bertarget, efektivitas dan keasliannya dalam melindungi privasi pengguna telah menjadi bahan perdebatan. Pengkritik beragumen bahwa sementara alat tersebut seolah-olah mendukung kepatuhan, hal ini juga memungkinkan Google mempertahankan posisi dominannya di pasar periklanan digital dengan menyediakan mekanisme yang secara dangkal mengatasi masalah privasi tanpa secara signifikan mengubah praktik pengumpulan data yang mendasarinya. TeknologiSistem AdWords pada awalnya diimplementasikan di atas mesin basis data MySQL. Setelah sistem diluncurkan, pihak manajemen memutuskan untuk memakai Oracle tetapi akhirnya dikembalikan ke MySQL setelah sistem menjadi lebih lambat.[28] Akhirnya, Google mengembangkan sistem distribusi Relational database (RD) khusus yang dikenal sebagai Google Spanner khusus untuk kebutuhan bisnis periklanan. Antarmukanya menawarkan Pengeditan Spreadsheet, Laporan Kueri Penelusuran, dan metrik konversi.[29] Platform
Platform Google AdWords terbagi 2, yaitu: 1. Google Search, di mana iklan kita muncul pada mesin pencarian Google. Platform search ini berdasarkan text dan keyword. 2. Google Display Network, di mana iklan kita akan muncul pada situs-situs yang termasuk ke dalam jaringan Google Display Network. Yaitu situs-situs yang memasang Google Adsense pada situsnya. Platform Display Network ini berdasarkan text, image, flash maupun video. Google juga menyediakan alat (tool) Keyword Tool untuk melihat data mengenai jumlah pencarian dan tingkat kompetisi pemakaian suatu keyword untuk beriklan di AdWords. Selain itu dengan menggunakan Google Insight dan Google Trends kita juga dapat mengetahui trend keywords yang sedang banyak dicari oleh suatu masyarakat, sehingga kita bisa menargetkan campaign iklan kita melalui keywords tersebut sesuai dengan tren yang berlaku saat ini. Situs resmi AdWords beralamat di http://www.google.com/adwords/.[2] Namun tidak semua yang memasang iklan di Google memiliki kemampuan maupun waktu untuk mengelola kampanye iklan secara efisien. Hal ini disebabkan sangat banyak sistem pengaturan atau settings yang dapat mempengaruhi efektivitas kampanye iklan mereka. Masalah tersebut dapat diatasi oleh agen Adwords yang mempekerjakan seorang Adwords Qualified Individual Diarsipkan 2013-10-16 di Wayback Machine. yang mampu mengoptimalkan iklan, contohnya Golden e-Marketing Diarsipkan 2013-04-15 di Wayback Machine., agar tidak ceroboh dan tanpa disadari membuang-buang anggaran budget Adwords-nya. Sistem
Google AdWords mempunyai dua cara beriklan, yaitu: 1. Sistem PPM atau Pay Per Million Impressions, di mana para pengiklan membayar produk yang diiklankan melalui Google berdasarkan jumlah per seribu impressions atau tayangnya iklan tersebut. 2. Sistem PPC atau Pay Per Click, di mana para pengiklan membayar iklan berdasarkan jumlah klik yang didapat dari iklan tersebut. Jadi apabila iklan tersebut tampil di mesin pencarian Google namun tidak ada yang melakukan klik, maka pengiklan tidak akan membayar biaya tayang iklannya. KontroversiKata kunci bermerek dagangGoogle mendapat kecaman karena mengizinkan pengiklan AdWords untuk menawar kata kunci bermerek dagang.[30] Pada 2004, Google memulai mengizinkan pengiklan untuk bertaruh pada berbagai istilah pencarian di AS dan Kanada, termasuk merek dagang pesaing mereka[31] dan pada Mei 2008 memperluas kebijakan ini ke Inggris dan Irlandia. Hingga tahun 2023, pengiklan dilarang menggunakan merek dagang perusahaan lain dalam teks iklannya jika merek dagang tersebut telah terdaftar di tim Dukungan Hukum Periklanan.[32] Pada Maret 2010, Google telah terlibat dalam kasus pelanggaran hak cipta yang melibatkan perusahaan Perancis yang memiliki merek dagang Louis Vuitton.[33] Gugatan tersebut berkaitan dengan apakah Google bertanggung jawab atas pengiklan yang membeli kata kunci yang melanggar pelanggaran merek dagang. Pada akhirnya, Pengadilan Uni Eropa memutuskan bahwa Google AdWords "bukanlah pelanggaran hukum merek dagang Uni Eropa, tetapi konten dari beberapa iklan yang terhubung dengan kata kunci Google keywords mungkin saja melanggar tergantung pada fakta-fakta khusus dari kasus tersebut."[34] Selain itu, di beberapa yurisdiksi Amerika, penggunaan nama seseorang sebagai kata kunci untuk tujuan periklanan atau perdagangan tanpa persetujuan orang[35] tersebut telah menimbulkan kekhawatiran mengenai Hak atas Privasi.[36] Pelarangan dukungan TIPada tahun 2018, Google menerapkan perubahan kebijakan yang melarang mengiklan dukungan teknis konsumer, termasuk layanan yang berkaitan dengan pemecahan masalah, keamanan, penghapusan virus, konektivitas internet, akun daring (seperti pengaturan ulang kata sandi atau dukungan login), atau instalasi perangkat lunak",[37][38] Direktur Kebijakan Produk Global Google, David Graff menyatakan bahwa kebijakan tersebut dimaksudkan untuk "mengatasi penyalahgunaan" dan "aktivitas penipuan" dari penyedia dukungan teknis pihak ketiga, dan bahwa program verifikasi untuk penyedia yang sah akan diluncurkan "dalam beberapa bulan mendatang".[39] Hal ini masih belum terwujud, mengakibatkan pelarangan yang efektif di semua layanan dukungan IT dan perbaikan yang berhubungan di platform Google Ads. Para komentator menyatakan keprihatinannya bahwa ini adalah upaya Google untuk menghambat hak konsumen untuk memperbaiki perangkat elektronik.[40] Digunakan oleh perusahaan bahan bakar fosil untuk greenwashingPerusahaan bahan bakar fosil, penyandang dana dan lembaga hubungan masyarakat termasuk ExxonMobil, Shell, Aramco, McKinsey, dan Goldman Sachs adalah salah satu pelanggan terbesar Google Ads. Satu dari lima Google Ads untuk istilah terkait iklim (misalnya net zero, penyimpanan karbon, penangkapan karbon, dan transisi energi) dibayar oleh perusahaan bahan bakar fosil. Sebuah studi oleh The Guardian dan InfluenceMap menemukan bahwa iklan muncul di 86% pencarian untuk "nol bersih". Lebih dari separuh pengguna dalam survei tahun 2020 tidak dapat membedakan antara hasil Google biasa dan Iklan Google.[41] Salah satu penulis studi tersebut, InfluenceMap menyatakan "Google membiarkan kelompok yang berkepentingan untuk terus menggunakan bahan bakar fosil membayar untuk mempengaruhi sumber daya yang diterima masyarakat ketika mereka mencoba untuk mendidik diri mereka sendiri. Sektor minyak dan gas sudah tidak lagi memperdebatkan ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim dan kini berupaya mempengaruhi diskusi publik mengenai dekarbonisasi demi kepentingan dekarbonisasi sendiri."[41] Klinik anti-aborsiSebuah laporan yang dilakukan oleh Tech Transparency Project menemukan bahwa wanita yang berasal dari daerah penghasilan rendah di kota-kota AS lebih banyak ditargetkan oleh pusat krisis kelahiran anti-aborsi daripada wanita di wilayah kota yang lebih berpenghasilan. Banyak dari pusat krisis ini menggambarkan diri mereka sebagai klinik aborsi dan menganjurkan tindakan anti-aborsi bagi perempuan hamil.[42] Penelitian ini dilakukan di Atlanta, Miami, dan Phoenix dengan perempuan dari tiga kelompok pendapatan berbeda, menggunakan frasa "klinik aborsi di dekat saya" dan "Saya ingin aborsi". Menurut hasilnya, Phoenix menunjukkan peningkatan sebesar 16% dalam rekomendasi pusat krisis dari kelompok berpendapatan rendah ke menengah, sedangkan terdapat perbedaan sebesar 49% jika dibandingkan dengan daerah berpendapatan tinggi.[43][44] Referensi
Pranala luar
|