GoDaddy
GoDaddy Inc. adalah perusahaan registrar domain dan web hosting asal Amerika Serikat yang diperdagangkan secara publik di Amerika.[3] Perusahaan ini didirikan di negara bagian Delaware, dan saat ini berkantor pusat di Tempe, Arizona.[4] Hingga Juni 2020[update], GoDaddy memiliki lebih dari 20 juta pelanggan[5] dan lebih dari 7.000 karyawan di seluruh dunia.[6] Perusahaan ini dikenal dengan iklannya yang di TV dan surat kabar.[7] GoDaddy telah terlibat dalam beberapa kontroversi terkait dengan sensor.[8][9] SejarahGoDaddy didirikan pada tahun 1997 di Baltimore, Maryland oleh pengusaha bernama Bob Parsons . Parsons menjual perusahaan jasa perangkat lunak keuangannya Parsons Technology ke Intuit seharga $65 juta pada tahun 1994.[10] Dia keluar dari masa pensiunnya pada tahun 1997 untuk meluncurkan Jomax Technologies yang sekarang menjadi GoDaddy Group Inc. GoDaddy menerima investasi strategis dari dana ekuitas swasta, KKR, Silver Lake, dan Technology Crossover Ventures.[11] Nama PerusahaanPada tahun 1999, sekelompok karyawan dari Jomax Technologies sedang bertukar pikiran dan memutuskan untuk mengubah nama perusahaan. Seorang karyawan berkata, "Bagaimana dengan Big Daddy?" Namun, nama domain tersebut sudah dibeli, jadi Parsons menjawab, "Bagaimana dengan Go Daddy?" Nama itu masih tersedia, lalu dia membelinya.[12] Parsons mengatakan bahwa perusahaan tetap menggunakan nama itu karena membuat orang tersenyum dan mengingatnya. Perusahaan mengubah merek namanya dari "Jomax Technologies" [13] menjadi "GoDaddy" pada Februari 2006. Logo asli GoDaddy menampilkan seorang pria bertema kartun dengan rambut acak-acakan yang mengenakan kacamata berwarna hitam. Pada Januari 2020, GoDaddy meluncurkan logo baru dengan gaya font sans-serif yang sederhana disertai dengan desain berbentuk hati yang bertuliskan "GO".[14] Pertumbuhan perusahaanPada tahun 2001, segera setelah Network Solutions bukan lagi satu-satunya tempat untuk mendaftarkan nama domain, GoDaddy kira-kira berukuran sama dengan pesaing Dotster dan eNom.[15] Pada bulan April 2005, GoDaddy menjadi pencatat akreditasi ICANN terbesar yang di Internet.[16] Hingga 2018[update], GoDaddy merupakan web host terbesar di dunia berdasarkan pangsa pasar,[17][18] dengan lebih dari 62 juta nama domain terdaftar.[19] Pada Maret 2018, Amazon Web Services (AWS) memberitahukan bahwa GoDaddy memigrasikan sebagian besar infrastrukturnya ke Amazon Web Services sebagai bagian dari transisi aneka-tahun.[20] InfrastrukturPada tahun 2013, GoDaddy dilaporkan sebagai registrar akreditasi ICANN terbesar di dunia, dengan ukuran empat kali lipat dari pesaing terdekatnya.[21] Mereka juga memiliki fasilitas 270.000-kaki-persegi (25.000 m2) di Phoenix, Arizona.[22] JasaGoDaddy memiliki banyak pedoman untuk menyediakan berbagai layanan kepada para pelanggannya. Dengan GoDaddy Auctions, yang merupakan pasar domain milik GoDaddy, pengguna dapat mencantumkan nama domain mereka untuk dijual atau menawarkan di Auctions nama domain lainnya. GoDaddy juga mencantumkan auctions nama domain yang kadaluwarsa dari pendaftar lain, sehingga ribuan nama domain yang kadaluwarsa akan dilelang dan dijual setiap hari di GoDaddy Auctions. Nama domain yang kadaluwarsa ini langsung masuk ke akun GoDaddy pemilik baru sebelum kedaluwarsa. Layanan lainnya adalah GoValue, sejenis alat penilaian domain, yang menunjukkan nilai rata-rata dari setiap nama domain tertentu. Ini menghitung nilai dengan algoritme yang mengevaluasi ekstensi, kata kunci, domain sebanding yang dijual, dan mungkin beberapa data lainnya. GoDaddy menamai blognya sebagai GoDaddy Garage. IPO dan ekuitas swastaPada 12 April 2006, Marketwatch melaporkan bahwa GoDaddy.com, Inc., telah menyewa Lehman Brothers untuk mengelola penawaran saham perdana yang dapat mengumpulkan lebih dari $100 juta dan menilai perusahaan beberapa kali lipat dari jumlah tersebut.[23] Pada 12 Mei 2006, GoDaddy mengajukan pernyataan pendaftaran S-1 sebelum penawaran umum perdana.[24][25] Pada 8 Agustus 2006, Bob Parsons, mengumumkan bahwa ia telah menarik pengajuan IPO perusahaan[26] karena "ketidakpastian pasar".[27] Pada September 2010, GoDaddy melelang diri sendiri. GoDaddy membatalkan lelang beberapa minggu kemudian, meskipun ada laporan bahwa tawaran melebihi harga yang diminta dari $1,5 miliar hingga $2 miliar.[28] Pada 24 Juni 2011, The Wall Street Journal melaporkan bahwa perusahaan ekuitas swasta KKR dan Silver Lake Partners, bersama dengan investor ketiga, hampir mencapai kesepakatan untuk membeli perusahaan tersebut dengan harga antara $2–2,5 miliar.[29] Pada tanggal 1 Juli 2011, GoDaddy mengonfirmasi bahwa KKR, Silver Lake Partners, dan Technology Crossover Ventures telah menutup kesepakatan. Meskipun harga pembelian tidak diumumkan secara resmi, dilaporkan $2,25 miliar, untuk 65% perusahaan.[30] Hingga December 2011[update], Bob Parsons mengundurkan diri sebagai CEO dan menjadi Ketua Eksekutif.[31] Pada bulan Juni 2014, GoDaddy sekali lagi mengajukan IPO $100 juta kepada Security and Exchange Commission.[32] Pengajuan tersebut memberikan gambaran mendalam tentang keuangan GoDaddy dan menunjukkan bahwa perusahaan belum menghasilkan keuntungan sejak 2009 dan sejak 2012 telah mengalami kerugian total sebesar $531 juta. Bersamaan dengan pengumuman IPO, pendiri GoDaddy, Bob Parsons, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Ketua Eksekutif meskipun ia akan tetap di dewan.[33] CEO Blake Irving, bergabung dengan GoDaddy pada 6 Januari 2013 dan menjabat sebagai CEO sebelum pensiun pada 31 Desember 2017.[34] Pada tanggal 1 April 2015, GoDaddy melakukan IPO yang sukses di Bursa Efek New York, dengan saham melonjak hingga 30% pada hari pertama perdagangan.[35] Scott W. Wagner (dan mantan COO dan CFO GoDaddy) diangkat menjadi CEO pada 31 Desember 2017.[36] CEO Aman Bhutani yang baru diangkat telah menggantikan mantan CEO Scott W. Wagner dan mengambil alih tugasnya sejak 4 September 2019.[37] Referensi
Pranala luar
|