Girsang
Girsang adalah salah satu Marga atau Morga Suku Simalungun yang ada Di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Indonesia yang Berasal Dari Kabupaten Simalungun Silimakuta (Silimahuta) Keturunan Marga Girsang juga Termasuk Sipukka Huta Di Tanah Pak Pak Dairi Dan Simantek Kuta Di Tanah Karo Keturunan Marga Girsang Di Tanah Karo Masuk Dalam Kelompok Marga Tarigan Yang Disebut Dengan Tarigan Gersang Dan Tarigan Girsang . Asal-UsulAda beberapa pendapat mengenai asal usul marga Girsang ini. Hal ini dikarenakan referensi atau dokumen yang sedikit serta belum diadakan penyelidikan secara maksimal. Ada seseorang mengatakan bahwa Girsang berasal dari keturunan Lumbantoruan.[1],[2], referensi ini berasal dari buku " Sejarah & Silsilah, Asal Usul Marga Girsang" karangan Jaludin Purba Girsang BA yang dicetak tahun 1970-an. Penulis mengungkapkan dalam buku tersebut data-data yang diperoleh berdasarkan wawancara kepada para pihak yang dianggap kompeten (serta cek silang antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya) dan kumpulan dokumen-dokumen yang tersedia dari sumber-sumber yang diwawancarai.
Dijelaskan, Opung Diarsipkan 2022-08-12 di Wayback Machine. (Op) Girsang pertama dilahirkan di kampung Nagasaribu/ Sigalingging 6 Km dari Kota Siborongborong arah Lintongnihuta, Kabupaten Tapanuli Utara (Bukan Nagasaribu yang ada di kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun).Op Girsang (Lumbantoruan) ini karena membunuh seorang abang kerabatnya, terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri, dan hidup berpindah-pindah sebelum akhirnya tiba di 'Lehu, Kec.Tigalingga Kabupaten Dairi, provinsi Sumatera Utara. Dari Lehu ini kemudian keturunannnya ada yang berpindah ke Nagasaribu, Silimakuta, kabupatenSimalungun dan bertambah banyak disana, dan akhirnya menyebar. Oleh karena itu sampai sekarang, Nagasaribu di Silimakuta, kabupaten Simalungun dianggap sebagai kampung halaman marga girsang sementara Lehu dianggap asal nenek moyang marga Girsang. Menurut kisah turun temurun, nenek moyang marga Girsang lahir dari sebuah keluarga yang sangat sederhana di Lehu. Karena begitu susah mencari makanan, orangtuanya sering meninggalkan dia di bawah sebuah pohon buluh botung, tetapi saat itu setiap kali si Ibu datang mau memberi menyusui anaknya selalu ada mendahuluinya seekor Ursa (rusa) yang menyusui anak tersebut, hingga anak tersebut tumbuh besar & dewasa, itu jugalah alasannya sehingga marga Girsang tidak boleh memakan daging Ursa-Belkih (rusa). Setelah anak itu tumbuh besar dia pergi merantau, karena begitu luas daerah yang ia jalani sampai ia mempunyai 16 orang isteri yang berasal dari berbagai rantau. Suatu hari dia pergi merantau ke negeri Timur - tanah Simalungun (wilayah ini kini disebut Girsang Sipangan Bolon, karena kepintaran dan kekuatanya akhirnya seorang Raja marga Sinaga mengaguminya, ia dijamu panganan yang mewah sekelas raja, sampai akhirnya Raja tersebut menikahkan dia dengan Putrinya. Marga Girsang ini mempunyai kegemaran berburu sehingga dia disebut juga dengan julukan Parultop Ultop. Tapi suatu hari tibalah saatnya pembagian tanah di desa tersebut, namu dia tidak menerima bagian yang diberikan oleh raja tersebut. Tolakanya bukan berarti dia tidak butuh bagian tersebut tetapi karena kelicikanya dan ia mempunyai tujuan tertentu. Saat itu dia hanya meminta bagian tempat menanam Labu, dengan perjanjian setiap tanah yang dijalari oleh labunya itu menjadi tanah miliknya. Karena kepolosan masyarakat & Raja tersebut hingga beranggapan bahwa labu tersebut tidak akan bisa menjalar luas akhirnya mereka menyetujui perjanjian itu. Setelah itu diapun menanam Labu tersebut, setiap akar dari labu tersebut dia beri baja (sejenis pupuk), sehingga labu tersebut tumbuh subur dan meluas bahkan tanah di desa tersebut sudah menjadi miliknya. Akhirnya Raja pun mengambil keputusan untuk membagi ulang tanah tersebut. Dia mempunyai 3 orang anak, namun untuk membesarkan anak tersebut dia harus menyembunyikannya di tempat yang aman, karena Raja menganggap bahwa anak-anak Girsang memiliki kelicikan seperti ayahnya; Girsang mengkhawatirkan jika Raja tidak suka kepada anak-anaknya. Saat kelahiran anak pertamanya dia harus membohongi raja dengan menyembelih seekor anjing dan menunjukkan darah anjing itu kepada raja bahwa dia telah membunuh anak tersebut. Setelah anak-anaknya besar anak tersebut pergi merantau. Anak-anaknya inilah yang menyebar menjadi marga Girsang. Sehingga jika di tanah karo (Tarigan Gersang), Dairi (Gersang), Simalungun (Girsang). Yang pergi ke tanah karo tersebut juga kegemarannya adalah berburu. Suatu saat dia pergi berburu ke sebuah hutan dan dia membawa banyak anjik pemburu binatang. Di hutan tersebut dia menemukan 2 (dua) jenis jamur, yaitu satu yang berwarna putih dan satu lagu berwarna Merah. Awalnya dia tidak mengetahui jamur itu mempunyai keajaiban, saat itu anjingnya menyentuh jamur yang berwarna merah dan setiap anjing yang menyentuh jamur yang berwarna merah anjing tersebut akan pingsan dan setiap anjing yang tersentuh oleh jamur merah maka anjing tersebut akan sadar kembali. Dari situlah dia mengetahui bahwa jamur tersebut mempunyai fungsi yaitu satu sebagai racun dan satu lagi sebagai obat. sejak saat itu dia juga menjalani banyak daerah sehingga dia di beri julukan Pagar Dawan. Nama pagar Dawan sampai saat ini juga sudah menjadi rurun marga Tarigan Gersang. Saat itu dia dinikahkan oleh marga ginting yaitu tepatnya daerah juhar, dia dinikahkan juga karena kepintarannya menyembuhkan segala penyakit di daerah itu. Dan dia mempunyai 1 satu orang anak salah satunya adalah yang di sebut NINI PENAWAR dan anak tersebut mempunyai keahlian yaitu pintar mengobati seperti orangtuanya. Keturunan dari NINI PENAWAR ini adalah Tarigan SIMPANG PAYONG.[butuh rujukan]
Kerajaan Girsang Silimakuta dan SejarahnyaPengakuan kerajaan Girsang di Silimakuta tidak terlepas dari sejarah historis suku Simalungun.
Suku Simalungun dalam sejarah historis memiliki 3 fase kerajaan yangg pernah berkuasa dan memerintah di Simalungun. Berturut-turut fase itu adalah Fase ke -3 ini berkaitan dengan kolonial Belanda di Simalungun. Pada tahun 1907 diadakan perjanjian pendek (korte verklaring) yang intinya tunduknya seluruhnya kerajaan kepada kolonial Belanda, maka untuk mempermudah urusan administrasi serta mempermudah politik divide et impera, maka status partuanon dari tiga partuanon Dolog Silou itu dinaikkan statusnya menjadi kerajaan, yakni Silimakuta, Simalungun(Girsang) di Naga Saribu, kerajaan Purba (Purba Pak-pak) di Pematang Raya. Sejarah Kerajaan Silimakuta bermula dari seorang Girsang membantu Tuhan Naga Mariah, Raja Sinaga untuk mengusir musuh Tuhan Naga Mariah dari Siantar[butuh rujukan]. Girsang ini menyuruh penduduk mengumpulkan sebanyak mungkin bermacam- macam duri dan diambilnya cendawan merah, diperasnya dalam air, racunnya diletakkannya pada duri-duri dan diletakkan di sepanjang jalan yang bakal dilalui musuh., sedangkan air yang beracun itu dimasukkannya ke dalam Paya Siantar. Musuh oleh karena itu semuanya mati kena racun.Ia melapor kepada Tuhan Naga Mariah dan berkata, "Nunga mate marsinggalang saribu di dolok i!" (beribu-ribu musuh sudah mati bergelimpangan di gunung itu), sehingga gunung itu dinamakan Dolok Singgalang dan namanya Saribu Dolok.
Girsang lalu kawin dengan puteri dari Tuhan Naga Mariah dan karena ahli mencampur racun dinamai Datu Parulas. Setelah Raja Sinaga itu mati, maka Datu Parulas ini naik tahta dan mendirikan kampungnya Naga Saribu yang menjadi ibu kota kerajaan Silimakuta.
Kerajaannya dinamainya Si Lima Kuta karena dalam kerajaannya mencakup lima kampung (kuta) yaitu: Sub-Marga GirsangMarga Girsang terdiri dari 5 sub marga, berdasarkan letak tempat moyang mereka di Silimakuta Simalungun, antara lain: Tokoh TerkenalReferensi
4. Majalah "SINALSAL" Tuan Badja Purba Girsang 5. Sejarah dan Silsilah Marga Girsang Hasil Seminar PGBPI 6.Pustaka Samosir Silsilah Batak yang di karang oleh W.K.H YPES tahun 1932 berjudul “ BIJDRAGE TOT DE KENNIS VADE |