Germaine Greer
Germaine Greer (lahir 29 Januari 1939) adalah seorang penulis dan jurnalis literatur Inggris modern kelahiran Australia, yang secara luas dianggap sebagai salah satu penyuara feminisme paling signifikan pada abad ke-20.[1][2][3] Pendidikan dan KarierGreer menempuh pendidikan di University of Melbourne dan University of Sydney sebelum mengambil program doktor di bidang literatur di University of Cambridge pada tahun 1967. Sebelum mempublikasikan buku pertamanya yang berjudul The Female Eunuch (1970), ia sibuk berakting di televisi, menulis beberapa jurnal, dan mengajar di University of Warwick. Dalam bukunya, ia berargumen bahwa kepasifan perempuan dalam seksualitas merupakan karakter yang dikaitkan dengan pengebirian/kastrasi. Pemilihan judul tersebut juga merupakan ketidaksetujuannya pada norma umum yang kerap menekan perempuan untuk bertindak sesuai dengan ekspektasi publik. Lebih lanjut, Germaine Greer berargumen bahwa ini saatnya untuk perempuan memberontak dan mengambil kembali kebebasan yang seharusnya mereka miliki dari tekanan sosial yang selama ini ada. Pada bulan April tahun 1971, bertempat di aula kota New York, Greer memperdatkan ide Norman Mailer dalam topik pembebasan perempuan. Debat ini kemudian dijadikan tema film dokumenter bernama "Town Bloody Hall". Selanjutnya, Greer berpindah ke Italia, meskipun ia kemudian kembali lagi ke Inggris. KontroversiIde Greer telah menebar kontroversi sejak novelnya The Female Eunuch menjadi novel dengan penjualan terbaik tahun 1970. Ia juga merupakan pengarang Sex and Destiny: The Politics of Human Fertility (1984); dan The Change: Women, Ageing and the Menopause (1991), dan yang paling baru adalah Shakespeare's Wife (2007). Bukunya yang berjudul The Female Eununch sendiri dikaitkan langsung dengan 'gerakan pembakaran bra' dan opini kontroversialnya yang menyatakan bahwa bra pada tahun 1960an sangat mengekang dan tidak nyaman dikenakan. Menurutnya, bra merupakan penemuan yang menggelikan. Ketika perempuan memakai bra, ia dibatasi, tapi saat perempuan menyuarakan untuk membebaskan diri dari bra, maka ia akan mendapatkan tekanan lainnya dari publik. Semasa hidupnya, ia kerap mendapatkan pujian juga sekaligus cercaan. Suatu kali, ia pernah mengatakan bahwa, "semakin banyak orang yang berhasil kita usik, semakin kita tahu bahwa apa yang kita lakukan itu adalah suatu yang benar. " Dalam beberapa kesempatan seperti di Selandia baru, ia juga didenda oleh otoritas setempat karena bersumpah serapah saat menyampaikan pidato. Meskipun setelah kejadian tersebut ia juga memperoleh simpati dari berbagai kalangan. Di waktu lain, ia bekerja di majalah satir yang berbasis di London berjudul "Private Eye" dan beberapa kali muncul dalam pogram BBC "Have I got News for You". Di tanah kelahirannya, ia juga menuai banyak kontroversi, dari menyatakan kematian Steve Irwin merupakan bentuk pembalasan dendam dunia hewan, hingga ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah Australia terhadap populasi Aborigin. Pernyataan lain dari Germaine yang juga menimbulkan pro-kontra adalah saat ia menolak ide perempuan transgender. Menurutnya, kehadiran perempuan transgender merupakan suatu bentuk ketidakadilan karena kaum pria diberikan kebebasan untuk menentukan gender mereka. Daftar pustaka
Referensi
|