Gereja Santo Fransiskus Asisi, Sukasari
Gereja Santo Fransiskus Asisi, Sukasari adalah sebuah gereja paroki Katolik yang terletak di Jalan Siliwangi No.50, Bondongan, Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Paroki ini termasuk dalam naungan Keuskupan Bogor. SejarahKomplek Gereja Fransiskus Asisi Bogor tadinya adalah peninggalan almarhum Bp. Hoo Tian Hoei. Peninggalannya berupa tanah seluas 11.231 meter persegi. Di atas tanah tersebut telah berdiri bangunan sekolah yang bernama Cheng Chung/Chinese Methodis School, yang di kelola oleh Badan Pengurus Hua Chiua Yoen. Kemudian sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Nasional yang berada di bawah Badan Pengurus Nasional.[1] Di atas tanah tersebut terdapat dua buah bangunan gedung tua yang berukuaran besar dan kecil dengan gaya Arsitektur Belanda. Gedung itu dahulu kosongdan hanya di pergunakan untuk tempat pertemuan dan tempat menyimpan karet mentah, karena di belakang gedung tersebut terdapat perkebunan karet. Pada tanggal 27 Oktober 1958, Pastor Rd. Mas C.S. Tjiptokusumo Pr, yang bertindak sebagai kuasa dari Yayasan Bakti mengajukan permohonan kepada Menteri Agraria di Bandung melalui Kepala Inspeksi Agraria Bandung untuk pemindahan hak atas lahan tersebut, dari almarhum Bp. Hoo Tian Hoei kepada Pastor Rd. Mas C.S Tjiptokusumo Pr yang bertindak untuk dan atas nama Misi Katolik Bogor. Setelah mendapat persetujuan dari Badan Pengurus Hua Chiua Yuen She (Tjoa Koen Tian ), Badan Pengurus Sekolah Nasional (Oey Tjin Bie), Kepala Kantor Inspeksi Sekolah Rakyat Kabupaten/Kotapraja Bogor (RE. Hidajat), dan Kepala Kantor Urusan Perumahan Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Barat (R. Sjarief Soerjanatamihardja), maka pada tanggal 13 Oktober 1959 di tanda tanganilah Surat Perjanjian Jual Beli antara pihak penjual Ny. Thung Liong Oen-Hoo Goat Hiang dengan pihak pembeli atas nama Mgr. Dr. N. Geise OFM. Era Baru sebagai ParokiSetelah Sekolah Nasional di bubarkan, gedungnya di pakai oleh Keuskupan untuk Seminari. Namun tak berlangsung lama, karena pada tanggal 1 Agustus 1963, Seminari dipindah lagi ke gedung Vincentius di jalan Kapten Muslihat 22 (kompleks Katedral). Gedung eks sekolah ini kemudian sedikit demi sedikit diperbaiki agar layak di jadikan tempat ibadah. Tahun 1963 adalah tahun bersejarah, karena sejak saat itu, Sukasari telah menjadi Paroki tersendiri, lepas dari Paroki Katedral. Dalam buku baptis tercatat bahwa umat pertama yang di baptis sebagai warga paroki baru ini adalah Paulus Ang Sui Hou, yang lahir tanggal 2 Agustus 1963 dan di baptis 5 Agustus 1963 di Kapel Susteran Bondongan. Almarhum Pater Kohler OFM, yang sejak 1962 diserahi reksa pastoral daerah sukasari, resmi menjadi pastor Paroki pertama. Setelah 5 tahun mengembalakan umat sukasari, tahun 1967 ia kembali ke negeri Belanda dan menetap disana sampai meninggal pada tahun 1976 dalam usia 67 tahun. Tahun-tahun pertama ini ditandai oleh pertambahan umat yang cukup pesat. Pater Bonaventura Satuan OFM turut mendampingi Pater Kohler, sebelum ditugaskan ke Flores. Pater van Genuchten OFM di tunjuk sebagai Pastor Paroki ke dua. Ia dibantu oleh P. Vincenthe Kunrath OFM. Mereka tidak lama bertugas disini setelah perpindahan ke dua gembala ini, sukasari mengalami kekosongan tenaga. Pater A.J.H. Schellart SMM, seorang Pastor tamu dari Kalimantan yang untuk sementara waktu tinggal di Bondongan, membantu pelayanan umat Sukasari. Kekosongan ini kemudian di isi untuk sementara oleh P. EJ Rijper OFM, sampai di tugaskannya P. Felix Bos OFM dari Cicurug untuk melayani Sukasari. Ia di Bantu oleh P. Alex Lanur OFM dan beberapa bruder dari Cicurug. Akhir 1970 Pater Felix Bos meninggal di Cicurug, 8 bulan setelah bertugas di Sukasari. P. Alex Lanur pun berpindah tugas. Maka kini Sukasari kembali mengalami kekosongan Pastor. Awal 1971, Pater Jan Pruim OFM di tugaskan menjadi Pastor Paroki Sukasari. Setahun kemudian ia dibantu oleh Yohanes Ma’mun Muchtar OFM, imam muda yang merupakan putra sunda pertama dan satu-satunya dari Keuskupan Bogor pada waktu itu yang menjadi Pastor. Pater Ma’mun hanya setahun bertugas di Sukasari karena kemudian ia di tugas/belajarkan keluar negeri oleh pimpinan Fransiskan. Pada bulan Oktober 1974, Pater Rijper yang sebelumnya menjabat Pastor Paroki Katedral kembali menjadi Pastor Paroki Sukasari. Para Imam yang pernah berkarya di Paroki Sukasari
Jadwal Perayaan Ekaristi[2]
Lihat jugaReferensiPranala luar |