Gereja Kristus di Indonesia
Sejarah1990 - 1993: Masa-masa awalSejarah GKDI dimulai pada 1 April 1990. Sebuah tim misi berjumlah 9 orang memulai penginjilan di Jakarta, 5 di antaranya berasal dari Indonesia dan 4 dari Malaysia. Kebaktian dimulai di ruang tamu sebuah rumah di daerah Jakarta Pusat. Pada awalnya, jemaat bernaung di bawah Gereja Elim Tabernakel di daerah Jakarta Pusat dan nama yang diberikan adalah Jemaat Kristus Penginjilan Nusantara (JKPN). Kata Jemaat menunjukkan bahwa JKPN ini bernaung dalam sebuah gereja. Jumlah jemaat terus bertambah, sehingga kebutuhan pemimpin pun meningkat. Pada tahun 1992, pasangan pelayan ICOC Singapura, yakni John dan Karen Louis, datang untuk memimpin gereja dan melatih pemimpin jemaat Jakarta. Hasilnya pun segera terlihat. Tahun 1993, jemaat bertumbuh menjadi 280 orang. Pula, pada periode ini, misi ke seluruh Indonesia pun dimulai. John Louis memperkenalkan Operasi Penginjilan Nusantara (OPN) untuk menginjili pulau-pulau utama Indonesia: Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Surabaya menjadi kota berikut untuk penanaman gereja, dimulai pada Oktober 1992. 1994 - 1998: Misi ke kota-kota besar di IndonesiaTahun 1994 menjadi titik awal tersebarnya jemaat ke luar pulau Jawa. Dimulai dengan Medan (1994), kemudian Manado (1995), lalu Bogor, Tangerang, dan Bekasi (1995), dan diikuti dengan Denpasar, Pontianak, lalu Bandung(1996). Pada tahun 1996, terjadi pergantian kepemimpinan di dalam gereja. John dan Karen Louis pindah ke jemaat Australia, sedangkan Harliem dan Vania Salim kini memegang kepemimpinan jemaat di Indonesia. Di tahun 1998, tahap pertama Operasi Penginjilan Nusantara pun tuntas dengan dikirimnya misi ke Jayapura, Papua. 1999: Berdirinya GKDI sebagai gereja yang sahDi dalam periode ini, Peter Smith dari Milwaukee, Amerika Serikat, datang untuk membantu misi di Indonesia. Selain terlibat dalam misi, dia juga bekerja sebagai pengajar bahasa Inggris. Salah satu peran penting Peter Smith adalah membantu JKPN berdiri sendiri dan menjadi institusi yang sah di mata hukum, serta diakui pemerintah. Setelah sembilan tahun berdiri, pada tahun 1999 JKPN resmi berganti nama menjadi Gereja Kristus di Indonesia (GKDI). 2000 - 2009: Misi ke kota-kota lain dan berdirinya gereja pusatAwal era 2000an pendirian gereja-gereja baru terus bergerak. Tahun 2000, misi ini bertolak ke Batam diikuti pada 2002 dengan pengiriman misi ke Semarang dan Yogyakarta. Kemudian tahun 2005, misi di Nias dimulai. Pada tahun 2006, GKDI meraih suatu pencapaian yang istimewa. Gedung gereja pusat di lantai F3 Menara Kuningan, Jakarta, telah selesai dibangun. Sejak saat itu, jemaat Jakarta memiliki gedung gereja yang tetap untuk beribadah. 2009 - 2017: Asian Discipleship Summit, GKDI tersebar di 35 kotaTahun 2009 ditandai dengan berdirinya gereja di 5 kota baru: Makassar, Manokwari, Solo, Pekanbaru, dan Pangkalpinang. Tahun 2010, misi berlanjut ke Cirebon, Jambi, Balikpapan,Palembang, dan Ambon. Dua konferensi besar pada masa ini berlangsung di Bali: Single International Conference tahun 2012 dan Asian Discipleship Summit pada tahun 2016. Di kedua konferensi tersebut, Indonesia menjadi tuan rumahnya, dengan peserta yang hadir berasal dari mancanegara. Pada tahun 2018, dengan dikirimnya misi ke kota Magelang, gereja GKDI genap berada di 35 kota di Indonesia. 2018 - Sekarang: Media sosial, Ibadah daring, dan kota-kota misi baruPada tahun 2018, GKDI mulai memperkenalkan dirinya melalui platform media sosial. Mulai dari situs internet, blog, Facebook, Instagram,Youtube,hingga saat ini merambah ke TikTok. Melalui akun-akun ini, GKDI aktif membagikan konten-konten rohani secara rutin. Ketika pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020, aktivitas gereja berpindah ke ranah digital. Ibadah dan penginjilan banyak dilakukan secara daring. Kabar baiknya, orang-orang yang berdomisili di kota yang belum ada gereja secara fisik, dapat bergabung ke dalam ibadah-ibadah daring yang ada. Dengan meredanya pandemi di akhir 2021, perlahan-lahan ibadah beralih dari daring ke hybrid, yaitu gabungan ibadah fisik (luring) dan daring. Kemudian, tahun 2022, pengiriman misi pun mulai dilakukan kembali. PelayananSelain melayani dalam kerohanian dan konseling keluarga, GKDI juga berkontribusi dan membantu masyarakat umum, seperti mendukung HOPE Worldwide Indonesia dan Haggai Institute. HOPE Worldwide Indonesia adalah sebuah NGO (Non Governmental Organization) atau lembaga swadaya masyarakat yang sudah terdaftar di badan PBB.[1] Anggota jemaat GKDI terlibat aktif bersama HOPE Worldwide Indonesia untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial di seluruh Indonesia. Kegiatan-kegiatannya mencakup: aksi donor darah, Walkathon (jalan sehat massal), membantu korban bencana, konseling pemulihan bencana, dan membantu edukasi untuk orang-orang yang tidak mampu (English Training Center, Terampil Digital, dan Saturday Academy).[1] KeyakinanKeyakinan Gereja Kristus Di Indonesia adalah sebagai berikut:[2] Kedaulatan Tuhan
Keselamatan
Hubungan dengan Tuhan
Kewajiban KamiKita harus mengasihi sesama sebagaimana kita mengasihi diri sendiri (Markus 12:28-31, 1 Petrus 1:22).Termasuk, namun tidak dibatasi oleh:
Kegiatan-kegiatanGereja GKDI memiliki kegiatan-kegiatan sebagai berikut:[3]
PelayananGKDI memiliki kelompok pelayanan (ministry) yang disesuaikan dengan usia dan kebutuhan jemaat.
Pelayanan KhususSelain kelompok pelayanan berdasarkan usia di atas, Gereja Kristus di Indonesia juga memiliki kelompok pelayanan khusus, seperti:
Referensi
Pranala luar
|