Gempa bumi Lisboa 1755
Gempa Bumi 1755, juga dikenal Gempa bumi dan tsunami Lisboa, terjadi pada 1 November 1755 pukul 9:40 pada pagi hari. Gempa tersebut diikuti oleh tsunami dan kebakaran, yang menyebabkan kerusakan mendekati total di Lisboa dan area sekitarnya. Ahli Geologis saat ini memperkirakan gempa Lisboa mencapai magnitudo 8,5–9,0 Skala magnitudo momen, dengan episentrum di Samudra Atlantik sekitar 200 km (120 mi) barat barat daya Tanjung Santa Vincent. Diperkirakan total kematian antara 30.000 hingga 50.000 orang; termasuk 30,000 orang tewas di Lisbon, Portugal, 10,000 di Maroko, dan 5,000 di selatan Spanyol. Gempa ini menjadikan salah satu gempa paling merusak dalam sejarah Eropa. Secara kronologis, ini adalah gempa bumi skala besar ketiga yang melanda kota ini (setelah gempa tahun 1321 dan 1531). Perkiraan menyebutkan jumlah korban tewas di Lisbon sekitar 10,000, menjadikannya salah satu gempa bumi terbesar dalam sejarah dan yang terbesar di Eropa. Gempa tersebut menekankan ketegangan politik di indonesia dan sangat mengganggu ambisi kolonial abad kedelapan belas. Kejadian itu secara luas dibahas dan diminati oleh filsuf Pencerahan Eropa, dan mengispirasikan pengembangan utama dalam Teodisi dan dalam filosofi abad pencerahan. Pertama kali gempa dipelajari secara ilmiah terhadap dampaknya hingga area yang luas, hal ini membawa kelahiran seismologi modern. Gempa bumi dan tsunamiGempa mengguncang pada 1 November, hari libur Katolik Hari Raya Semua Orang Kudus. Laporan saat itu menyatakan bahwa gempa yang berlangsung antara tiga setengah hingga enam menit, menyebabkan rekahan besar selebar lima meter yang muncul di tengah kota. Orang yang selamat segera bergegas menuju ke dermaga untuk menyelamatkan diri dan ketika tampak air mulai menyusut, disebutkan di lantai samudra terdapat sampah kargo dan kapal tua. Sekitar empat puluh menit setelah gempa, tsunami besar menghantam pelabuhan dan masuk ke kota melalui sungai Tagus. Gempa itu disusul lebih dari dua gelombang. Di area yang tidak terkena tsunami, kebakaran hebat terjadi tiba-tiba, dan api membakar selama tiga hari. Guncangan akibat gempa dirasakan di seluruh Eropa hingga Finlandia dan Afrika Utara, dan menurut beberapa sumber bahkan di Greenland dan Karibia. Tsunami setinggi 20 meter (66 kaki) menyapu sepanjang pantai Afrika Utara, dan melanda Martinik dan Barbados di seberang Samudera Atlantik. Tsunami setinggi tiga meter (10 kaki) melanda Cornwall di pantai selatan Inggris.[1] Galway, di pantai barat Irlandia, juga terkena dampaknya, mengakibatkan kehancuran sebagian bagian "Lengkungan Spanyol" di tembok kota. Di County Clare, Pulau Aughinish terbentuk ketika koneksi dataran rendah ke daratan tersapu. Di Kinsale, beberapa kapal diputar di pelabuhan, dan air dialirkan ke pasar. Pada penelitian tahun 2015, gelombang tsunami diperkirakan telah mencapai pantai Brasil, yang saat itu merupakan koloni Portugal. Surat yang dikirim oleh pihak berwenang Brasil pada saat gempa terjadi menggambarkan kerusakan dan kehancuran yang disebabkan oleh gelombang raksasa.[2] Populasi Lisbon adalah 275.000, sebanyak 30.000 orang tewas. 10.000 lainnya tewas di Maroko, dan 5,000 tewas di Andalusia, Spanyol. Delapan puluh lima persen bangunan di Lisbon hancur, termasuk istana terkenal dan perpustakaan, seperti kebanyakan contoh perbedaan arsitektur Manueline abad ke-16 Portugal. Beberapa bangunan yang rusak ringan akibat gempa hancur akibat kebakaran yang merajalela. Gedung Opera baru, (Gedung Phoenix) yang dibuka hanya enam bulan sebelum, terrbakar rata dengan tanah. Lisbon bukanlah satu-satunya kota di Portugal yang terkena bencana. Sepanjang bagian selatan kota, khususnya Algarve, Istana Kerajaan Ribeira, yang berdiri disamping sungai Tagus di alun-alun modern modern Terreiro do Paço, hancur oleh gempa dan tsunami. Di dalam perpustakaan raja volume 70.000 sebanyak ratusan karya seni, seperti lukisan oleh Titian, Rubens, dan Correggio, hilang. Arsip raja hilang bersamaan dengan detail catatan eksplorasi bersejarah oleh Vasco da Gama dan navigator awal lain. Gempa juga menghancurkan gereja-gereja besar di Lisboa, seperti Katedral Lisboa, Basilika São Paulo, Santa Catarina, São Vicente de Fora, dan Gereja Misericordia. Rumah Sakit Kerajaan Semua Orang Kudus (rumah sakit publik terbesar saat itu) di alun-alun Rossio terlalap kebakaran dan ratusan pasien terbakar hingga tewas. Makam pahlawan nasional Nuno Álvares Pereira juga hilang. Pengunjung yang pergi ke Lisboa masih dapat mengunjungi reruntuhan Carmo Convent, yang dipelihara untuk mengenag kehancuran Lisboa. Dikatakan bahwa banyak binatang yang merasakan bahaya dan menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi sebelum tsunami menerjang. Gempa Lisboa adalah dokumentasi pertama yang melaporkan fenomena di Eropa. Usaha pembangunan dan rekonstruksiKeluarga kerajaan terbebaskan dari siksaan bencana; Raja Joseph I dari Portugal dan keluarganya meninggalkan kota setelah menghadiri massa saat matahari terbit, karena putrinya ingin menghabiskan liburan jauh dari Lisboa. Setelah bencana, Joseph I membangun ketakutan hidup di dalam dinding, dan keluarganya diakomodasikan dalam kompleks tenda dan paviliun luas di bukit Ajuda, dan juga di tepi Lisboa. Claustrofobia raja tidak pernah hilang, dan hanya setelah kematian Joseph bahwa putrinya Maria I dari Portugal mulai membangun Istana Ajuda kerajaan, yang masih berdiri pada lokasi tenda pengungsian. Seperti raja, Perdana Mentri Sebastião de Melo (Marquis dari Pombal) terselamatkan dari gempa bumi. Laporan mengatakan "Sekarang? Kubur yang mati, dan rawat yang masih hidup,", dia mengatur poengorganisasian usaha pembangunan dan rehabilitasi.Pemadam kebakaran dikirimkan untuk memadamkan amukan api, dan tim pekerja dan warga biasa berkelompok untuk memindahkan ribuan mayat sebelum penyakit menyebar. Bertentangan dari kebiasaan dan terhadap berbagai keinginan Gereja, banyak mayat dimasukkan ke dalam tongkang dan dikubur di laut di luar mulut Tagus. Untuk mencegah kekacauan di kota yang hancur, Tentara Portugis disebarkan dan tiang gantungan dibangun pada titik yang tinggi di sekitar kota untuk menakut-nakuti perampok; sedikitnya 34 orang dieksekusi di depan umum. Tentara tersebut mencegah banyak warga sehat dari pelarian, yang menekan mereka dalam kerja rekonstruksi dan pembangunan. Raja dan perdana mentri meluncurkan usaha pembangunan ulang kota, merekrut arsitek, insinyur dan memerintahkan untuk bekerja keras. Kurang dari setahun, kota bebas dari puing-puing. Ketekunan menjadikan kota menjadi baru dan sempurna, raja mengawasi konstruksi alun-alun besar, jalan lurus, jalan luas dan gang lebar — motto baru Lisboa. Ketika Marquis dari Pombal ditanyai tentang kebutuhan tentang gang lebar, dia mengatakan memiliki jawaban: "suatu hari jalan-jalan itu akan lebih kecil." Bangunan Pombaline adalah konstruksi yang tahan secara seismik pertama di dunia. Model kayu kecil dibangun untuk percobaan, dan gempa disimulasikan dengan pasukan berbaris di sekitarnya. Pusat keramaian "baru" Lisboa, yang saat ini dikenal sebagai Pusat Keramaian Pombaline (Baixa Pombalina), adalah salah satu pusat atraksi terkenal di kota. Bagian kota di Portugal yang lain, seperti Vila Real de Santo António di Algarve, juga dibangun ulang menurut prinsip Pombaline. Dampak pada masyarakat dan filosofiGempa bumi memiliki efek berkepanjangan pada kehidupan masyarakat dan intelegensi. Gempa bumi terjadi pada hari libur penting Katolik dan menghancurkan hampir setiap gereja penting di kota, menyebabkan ketakutan dan ketertarikan antar masyarakat dari nagara dan kota Katolik yang tulus dan setia, yang awalnya merupakan pelindung utama Gereja. Teologs dan filsuf memfokuskan dan mempertimbangkan pada penyebab dan pesan keagamaan, melihat gempa bumi sebagai manifestasi kemarahan Tuhan. Gempa bumi dan kehancurannya sangat mempengruhi intelegensi Zaman Pencerahan Eropa. Catatan filsuf-penulis Voltaire menggunakan gempa dalam Candide dan dalam Poème sur le désastre de Lisbonne ("Puisi bencana Lisbon") miliknya. Candide Voltaire menyerang dugaan bahwa semua yang terbaik dalam ini, "terbaik dari semua kemungkinan dunia", dunia diawasi ketat oleh dewa yang baik. Bencana Lisbon menunjukkan pusat contoh sehat. Seperti tulisan Theodor Adorno, "gempa bumi Lisbon cukup memulihkan Voltaire dari teodice Leibniz" (Dialektis Negatif 361). Dalam abad ke-20 kemudian, mengikuti Adorno, gempa bumi 1755 kadang dibandingkan dengan Holocaust seperti bencana yang mengubah kebudayaan dan filosofi Eropa. Jean-Jacques Rousseau juga terpengaruh oleh kehancuran akibat gempa bumi, kekejamannya yang dipercayainya meliputi terlalu banyak orang yang hidup dekat dengan kota. Rousseau menggunakan gempa bumi sebagai argumen terhadap kota sebagai bagian keinginannya terhadap jalan kehidupan yang lebih alami. Kosep luhur, meskipun muncul sebelum 1755, dikembangkan dalam filosofi dan diangkat menjadi arti lebih penting oleh Immanuel Kant, dalam bagian sebagai hasil usahanya untuk memahami kekejaman gempa dan tsunami Lisboa. Kant menerbitkan tiga teks terpisah untuk gempa bumi Lisboa. Kant muda, yang terpesona oleh gempa bumi, mengumpulkan semuan informasi yang tersedia untuknya dalam pamflet berita, dan menggunakannya untuk merumuskan teori penyebab gempa bumi. Teori Kant, yang melibatkan pergeseran gua besar bawah tanah yang terisi gas panas, merupakan (meskipun akhirnya salah) satu dari usaha sistematis modern pertama yang menjelaskan gempa bumi dengan sebab kedudukan alam daripada supernatural. Menurut Walter Benjamin, buku awal Kant pada gempa bumi "kemungkinan menunjukkan awal geografi ilmiah di Jerman. Dan tentunya awal sismologi." Werner Hamacher mamiliki klaim bahwa konsukweansi gempa bumi diperluas dalam kosakata filosofi, menjadikan metafora umum pengelompokkan "dasar" untuk kegoyahan dan ketidakpastian argumen filsuf: "Dibawah kesan yang digunakan untuk gempa Lisboa, yang menyentuh pikiran Eropa dalam suatu jangka waktu yang lebih sensitif, metafora dasar dan ringan sepenuhnya kehilangan kenyataan benarnya; yang tidak lagi menggambarkan percakapan" (263). Klaim Hamacher bahwa kepastian fondasional filosofi Descartes mulai menggoyahkan terkait gempa bumi Lisboa. Gempa bumi memiliki dampak penting dalam politik Portugis. Perdana mentri merupakan kebanggaan raja, namun aristokrasi meremehkannya sebagai putra orang kaya dari alun-alun kota (meskipun Perdana Mentri Sebastião de Melo saat ini dikenal sebagai Marquis dari Pombal, jabatan yang hanya digunakan tahun 1770, lima belas tahun setelah gempa bumi). Perdana mentri pada masanya membenci kaum tua kaya, yang ia anggap korupsi dan tidak mampu dalam tindakan praktis. Sebelum 1 November 1755 terdapat perjuangan konstan terhadap kekuasaan dan kebaikan raja, namun tanggapan kompeten Marquis dari Pombal secara efektif memotong kuasa fraksi aristokratis tua. Namun, oposisi diam dan kemarahan Raja Joseph I mulai muncul, yang akan memuncak dalam percobaan pembantaian raja, dan eliminasi kekuasaan Adipati Aveiro dan keluarga Távora. Perkembangan seismologiTanggapan perdana mentri tidak dibatasi dengan praktikalitas rekonstruksi. Dia mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan untuk dikirimkan ke semua Paroki provinsi untuk menangani gempa bumi dan dampaknya. Pertanyaan-pertanyaannya meliputi:
Jawaban untuk ini dan pertanyaan lain masih tersimpan di Torre do Tombo, penyimpanan sejarah nasional. Penelitian dan referensi silang akun imam, ilmuwan modern mampu merekonstruksi peristiwa dari prespektif ilmiah. Tanpa desain pertanyaan oleh Marquis dari Pombal, ini hampir tidak mungkin. Karena marquis merupakan yang pertama menguji deskripsi ilmiah objektif dari bidang penyebab dan konsukwensi gempa bumi, dia dihormati sebagai tanda ilmuwan seismologi modern. Penyebab geologi gempa bumi ini dan aktivitas seismik di wilayah itu berlanjut menajdi perbincangan dan debat oleh ilmuwan kontemporer. Lihat pulaReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai 1755 Lisbon earthquake.
|