Gegar budayaGegar budaya atau keterkejutan budaya merupakan istilah yang digunakan bagi menggambarkan kegelisahan dan perasaan (seperti terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing. Perasaan ini timbul akibat kesukaran dalam asimilasi kebudayaan baru, menyebabkan seseorang sulit mengenali apa yang wajar dan tidak wajar. Perasaan ini sering kali digabung dengan kebencian moral atau estatik yang kuat mengenai beberapa aspek dari budaya yang berlainan atau budaya baru tersebut. Istilah ini mulai diperkenalkan pertama kali pada tahun 1954 oleh Kalvero Oberg. Peneliti lain yang kemudian meneruskan penyelidikan gegar budaya termasuk Michael Winkelman. Gegar budaya merupakan bagian penelitian dalam komunikasi antara budaya. Saat ini sebagian peneliti menunjukkan bahwa gegar budaya memberikan banyak keuntungan, seperti meningkatkan jati diri seseorang[1] dan membantu meningkatkan motivasi diri.[2] Fase gegar budayaGegar budaya yang kuat (seperti tinggal di negara asing) sering kali terdiri dari fase yang berlainan, walaupun tidak semua orang melalui semua fase ini dan juga dipengaruhi oleh faktor waktu:[3]
Pada sebagian kasus, tidak jarang orang tidak sanggup untuk menangani gegar budaya. Sebagian orang tidak mampu menyerap ke dalam budaya baru dan kembali kepada budaya asal mereka, sementara sebagian yang lain menjadi begitu terpesona dengan budaya asing sehinggakan mereka merasakan mereka harus mengadopsinya sebagai budaya asal mereka. Menangani gegar budayaOrang yang sering bepergian cenderung untuk lebih baik dalam menangani gegar budaya. Beberapa langkah untuk membantu seseorang mengatasi gegar budaya:[4]
Gegar budaya balikGegar budaya balik adalah gegar budaya yang dirasakan ketika seseorang kembali ke negara asal setelah cukup lama tinggal di negara asing. Keterkejutan semacam ini sering menimbulkan kesan yang sama seperti digambarkan di atas. Referensi
Pranala luar
|