GamarGamar (Tumenggung) bergelar Tumenggung Cakra Yuda adalah salah seorang panglima Perang Banjar. Pada 10 Desember 1860, Pangeran Hidayatullah melantik Gamar dengan gelar Tumenggung Cakra Yuda untuk mengadakan perang Sabil terhadap kolonial Belanda.[1][2][3] Pengangkatan sebagai Pemimpin PerangSurat pengangkatan Tumenggung Gamar sebagai pimpinan perang seperti berikut ; “ Surat Seruan Pangeran Hidajatoellah ; Dengan ini saya menganugrahkan kepada seorang rakyat bernama Gamar gelar Tumenggung Cakra Yuda dan dengan ini pula memperkenankan kepadanya melakukan Perang Sabilullah untuk menegakkan kejayaan agama dan ajaran Nabi Muhammad Rasululloh SAW. Selanjutnya saya memaklumkan, bahwa pengangkatan ini tidak dapat diubah lagi, sehingga dengan demikian Tuan dapat mengadakan musyawarah atau persetujuan dengan Mufti Muhammad Cholid (mufti gubernemen ), Mufti Abdul Jalil, Pangulu Machmud ( pengulu gubernemen Martapura ), Tuan Chalifah Idjra-ie ( bertugas melakukan penyumpahan para saksi di Mahkamah Militer di Martapura ), semua haji yang di Dalam Pagar ( tempat tinggal para ulama ) dan yang ada di mana-mana dan semua kepala didalam perang ini disamping semua penduduk kampung, baik lelaki maupun perempuan, yang masih terikat kepada Al Khaliq dan Rasulnya. Bilamana ada diantara mereka yang tidak memperhatikan atau ada yang menentang peraturan yang telah saya keluarkan, maka saya memperkenankan kepada Tuan untuk menghukumnya sampai mati dengan jalan dipancung kepalanya dan menghancurkan harta bendanya. Dalam hal Tuan tidak melaksanakan kemauan saya ini dengan seksama dan tidak memperhatikan semua perintah yang telah saya keluarkan dengan persetujuan orang tua saya, maka Tuan dan seluruh keturunan Tuan selama lamanya akan terkutuk. Saya memohon semoga Yang Maha Kuasa akan memperkenankan harapan saya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menggempur Pasukan BelandaPada tanggal 19 Maret 1861 Tumenggung Gamar dan pasukannya menggempur patroli Belanda di Karang Intan dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang. Pada suatu kesempatan, anak buah Tumenggung Gamar terpaksa harus membunuh Kepala Distrik Riam Kanan (Kiai Patih Warga Dalam) di Karang Intan karena diduga sangat membantu kepada pihak Belanda.[4] KematianPerlawanan Tumenggung Gamar di Lok Tunggul tidak berhasil sehingga ia dengan pasukannya terpaksa mengundurkan diri ke kawasan Tanah Bambu di sebelah tenggara pulau Kalimantan. Di tempat ini pertempuran terjadi lagi. Tumenggung Gamar gugur dalam salah satu pertempuran tahun 1886. Referensi
|