Frans Harjawiyata
Dom Fransiskus Harjawiyata, O.C.S.O. (dengan nama populer Frans Harjawiyata; 24 September 1931 – 7 Juni 2016)[1][2] adalah abbas pertama Pertapaan Santa Maria Rawaseneng sejak tanggal 23 April 1978.[3][4] Romo Abbas Frans, sebagaimana ia biasa dipanggil, mengundurkan diri dari jabatan abbas pada tanggal 24 September 2006 karena telah mencapai usia 75 tahun. Posisinya secara resmi digantikan oleh abbas terpilih Dom Aloysius Gonzaga Rudiyat, OCSO sejak 6 Januari 2007.[5] Dikatakan bahwa Abbas Frans Harjawiyata "pernah menggunakan lebih dari sepuluh bahasa", dan pernah membantu penyiapan liturgi dalam bahasa Jepang. Sejak pendidikannya di seminari menengah ia telah aktif menggubah lagu Gregorian, lalu bakatnya dikembangkan saat menjadi novis di Biara Koningshoeven, Belanda,[1] sehingga kemudian ia banyak menerjemahkan maupun menciptakan lagu Gregorian (misalnya yang terdapat dalam Puji Syukur). KehidupanKeluargaFrans Harjawiyata adalah putra sulung dari delapan bersaudara dan salah seorang adiknya adalah imam diosesan di Keuskupan Agung Jakarta, yaitu RD Josef Wiyanto Harjopranoto.[6] Sebelum ia dilahirkan, orang tua Abbas Frans sudah berharap bahwa putra sulungnya akan menjadi imam.[1] Panggilan sebagai rahib dan imamMenurut pengakuannya, ada 3 buku yang mempengaruhinya untuk menjadi rahib dalam Ordo Trapis: otobiografi Thomas Merton dengan judul The Seven Storey Mountain, otobiografi Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus dengan judul l'Histoire d'une Âme (di Indonesia diterjemahkan dengan judul Aku Percaya akan Cinta Kasih Allah), dan sebuah buku mistisisme klasik dari abad ke-14 berjudul The Cloud of Unknowing.[1] Pada tanggal 26 Juli 1951, Frans Harjawiyata mengawali kehidupannya sebagai rahib Trapis di Biara Koningshoeven, di Tilburg, Belanda; masa novisiat dijalaninya sejak tanggal 30 September 1951, dan sejak itu ia dipanggil Frater Maria Fransiskus Harjawiyata. Ia mengikrarkan kaul sementara pada tahun 1954, dan berkaul kekal pada tanggal 7 Oktober 1956.[7] Frater Frans kemudian ditahbiskan sebagai imam di Basilika Agung Santo Yohanes Lateran, Roma, pada tanggal 14 Maret 1959.[2][7] Ia kembali ke Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1960 untuk bergabung dengan para rahib sepersaudaraannya di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Temanggung, dan pada tanggal 3 Oktober 1961 mengubah stabilitas loci (keterikatan permanen seorang rahib/rubiah pada suatu biara tertentu) yang diikrarkan dalam kaulnya ke Rawaseneng. Pada tanggal 4 Mei 1978, ia dilantik sebagai abbas pertama di Pertapaan Rawaseneng oleh Kardinal Justinus Darmojuwono, dan mengundurkan diri dari jabatan tersebut pada tanggal 1 Oktober 2006.[7] Meninggal duniaRomo Abbas Frans Harjawiyata, OCSO meninggal dunia pada tanggal 7 Juni 2016 pukul 01.45 di Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo di Parakan, Temanggung. Misa Requiem diselenggarakan pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 12.00,[2] dan jenazahnya dimakamkan di pemakaman dalam kompleks Pertapaan Santa Maria Rawaseneng. KaryaBuku
Lagu dan musik
Penugasan
Jabatan lainRomo Abbas Frans Harjawiyata, OCSO pernah memegang beberapa jabatan seperti:[13]
Referensi
|